"Dalam beberapa tahun terakhir, konsep staycation liburan tanpa harus pergi jauh telah mengalami perubahan tren."
Awalnya, staycation identik dengan menginap di hotel mewah atau resor dalam kota, lengkap dengan fasilitas modern seperti kolam renang, spa, dan rooftop lounge. Namun, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keseimbangan hidup dan koneksi dengan alam, banyak orang mulai mencari alternatif yang lebih menenangkan dan bermakna.
Pandemi beberapa tahun lalu turut mempercepat perubahan ini. Pembatasan perjalanan internasional mendorong masyarakat untuk mengeksplorasi destinasi lokal, termasuk desa-desa yang sebelumnya kurang populer sebagai tempat wisata.Â
Kini, staycation bukan lagi sekadar tentang kenyamanan modern, tetapi juga tentang pengalaman yang menawarkan ketenangan, kesederhanaan, dan kedekatan dengan budaya serta alam. Desa menjadi pilihan favorit, terutama bagi mereka yang ingin melepaskan diri dari kesibukan kota tanpa harus menempuh perjalanan jauh.
Di tahun 2025, tren ini terus berkembang. Desa-desa dengan potensi wisata mulai mempercantik diri, menawarkan akomodasi yang nyaman namun tetap otentik, serta berbagai aktivitas yang membawa pengunjung lebih dekat dengan alam dan tradisi lokal.Â
Fenomena ini tidak hanya memengaruhi cara orang berlibur, tetapi juga memberikan dampak positif bagi desa-desa yang kini menjadi pusat perhatian.
Mengapa Desa?
Mengapa desa menjadi pilihan utama dalam tren staycation? Desa menawarkan sesuatu yang tidak bisa ditemukan di kota-kota besar, ketenangan, kedekatan dengan alam, dan kehidupan yang lebih sederhana.Â
Ketika kehidupan urban dipenuhi dengan kesibukan, polusi, dan ritme yang tak pernah berhenti, desa memberikan ruang untuk bernapas. Tidak ada klakson kendaraan yang memekakkan telinga, tidak ada jadwal padat yang menunggu, hanya keindahan alam dan suasana yang damai.
Di desa, orang bisa menemukan kembali hubungan dengan alam yang sering terlupakan. Berjalan di tengah hamparan sawah, menikmati udara segar pegunungan, atau mendengarkan suara gemericik sungai memberikan efek terapeutik yang sulit digantikan.Â
Aktivitas sederhana seperti memetik buah dari kebun, menanam padi, atau mengikuti tradisi lokal menjadi pengalaman yang berkesan. Desa juga menawarkan kesempatan untuk merasakan gaya hidup yang lebih lambat, sesuatu yang semakin dicari oleh masyarakat modern yang lelah dengan tekanan hidup di perkotaan.
Selain itu, desa adalah tempat di mana budaya lokal hidup dan berkembang. Mengunjungi desa tidak hanya soal menikmati alam, tetapi juga belajar tentang tradisi yang telah bertahan selama berabad-abad.Â
Wisatawan dapat terlibat dalam aktivitas yang memperkenalkan mereka pada cara hidup yang autentik, mulai dari memasak makanan tradisional hingga menyaksikan ritual adat. Ini memberikan nilai lebih dibandingkan liburan yang hanya berfokus pada kenyamanan atau kemewahan.
Desa dan Era Digital
Ironisnya, kemajuan teknologi menjadi salah satu pendorong popularitas staycation di desa. Di era digital ini, teknologi seharusnya berperan dalam mempercepat kehidupan dan memudahkan akses ke berbagai tempat, namun justru dalam konteks staycation, teknologi membawa kita kembali ke tempat yang lebih sederhana.Â
Melalui kemudahan akses informasi, promosi melalui media sosial, dan platform wisata online, banyak orang kini lebih mudah menemukan desa-desa yang menawarkan pengalaman alam dan budaya yang otentik. Foto-foto indah dari destinasi desa yang tersebar di Instagram atau TikTok menggugah rasa penasaran dan memotivasi banyak orang untuk mencari ketenangan yang hanya bisa ditemukan jauh dari keramaian kota.
Selain itu, meskipun desa menawarkan kesederhanaan, teknologi juga membuat pengunjung tetap dapat terhubung dengan dunia luar jika diperlukan. Internet yang semakin meluas, bahkan ke pelosok desa, memungkinkan wisatawan untuk tetap bekerja atau berkomunikasi dengan keluarga dan teman tanpa harus terputus dari dunia digital.Â
Bagi sebagian orang, staycation di desa memberikan kesempatan untuk menjalani "digital detox" mengurangi ketergantungan pada perangkat elektronik dan media sosial sementara tetap dapat mengakses informasi atau melakukan pekerjaan yang mendesak. Hal ini memberi fleksibilitas, memungkinkan orang untuk merasakan ketenangan desa tanpa merasa terisolasi.
Dampak Positif untuk Desa
Popularitas staycation di desa membawa manfaat langsung bagi masyarakat setempat. Salah satu dampak positif yang paling terlihat adalah peningkatan ekonomi lokal. Wisatawan yang datang untuk menghabiskan waktu di desa membantu menggerakkan roda perekonomian, mulai dari penginapan, restoran lokal, hingga penjualan produk kerajinan tangan.Â
Masyarakat setempat sering kali menjadi bagian penting dari pengalaman wisata tersebut, menawarkan layanan yang bersifat lokal, seperti pemandu wisata yang mengenalkan sejarah desa atau pengrajin yang menunjukkan cara pembuatan barang-barang tradisional. Hal ini tidak hanya memberikan pendapatan tambahan bagi mereka yang terlibat langsung dalam industri pariwisata, tetapi juga meningkatkan kesadaran tentang nilai-nilai budaya dan warisan mereka.
Selain itu, pariwisata berbasis desa juga mendorong pelestarian budaya dan tradisi lokal. Saat lebih banyak wisatawan datang untuk melihat dan belajar tentang cara hidup masyarakat desa, ada dorongan untuk melestarikan kebiasaan dan kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun.Â
Desa-desa yang sebelumnya mungkin tidak memiliki akses ke pasar yang lebih luas kini memiliki kesempatan untuk memamerkan kebudayaan mereka, yang sekaligus memperkaya pengalaman wisatawan. Budaya lokal seperti tarian tradisional, masakan khas, dan upacara adat yang diadakan untuk wisatawan bisa menjadi sumber daya ekonomi yang berkelanjutan, asalkan dilakukan dengan cara yang menghormati nilai-nilai budaya.
Staycation di desa bukan sekadar tren, tetapi refleksi dari kebutuhan masyarakat modern untuk menemukan keseimbangan antara kehidupan yang sibuk dan koneksi dengan alam serta budaya. Di tengah kehidupan urban yang serba cepat dan penuh tekanan, banyak orang mulai mencari cara untuk melarikan diri dari rutinitas yang membosankan dan menikmati ketenangan yang hanya dapat ditemukan di tempat yang lebih tenang dan alami.Â
Desa, dengan segala kesederhanaannya, menawarkan ruang untuk bernapas, untuk kembali terhubung dengan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Fenomena staycation ini juga mencerminkan perubahan dalam cara kita memandang liburan. Liburan tidak lagi hanya soal melarikan diri dari pekerjaan atau kegiatan sehari-hari, tetapi tentang mencari makna lebih dalam dalam perjalanan.Â
Staycation di desa memberi kesempatan untuk merasakan kedamaian batin, memperkaya diri dengan budaya lokal, dan mendukung pariwisata yang berkelanjutan. Ini adalah cara baru untuk menikmati waktu bersama keluarga atau teman-teman, dengan menekan tombol "pause" pada kehidupan yang terlalu sibuk dan menghabiskan waktu dengan lebih bermakna.
Selain itu, staycation di desa juga membawa dampak positif yang luas bagi masyarakat setempat, dengan meningkatkan perekonomian lokal, melestarikan budaya, dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Ini menjadi win-win solution yang memberikan manfaat bagi semua pihak, baik bagi wisatawan yang mencari kedamaian, maupun bagi desa yang mendapat perhatian lebih besar dari dunia luar.Â
Dengan pendekatan yang bijak, staycation di desa memiliki potensi untuk berkembang menjadi model pariwisata yang mendukung pemberdayaan masyarakat lokal, pelestarian alam, dan penguatan identitas budaya.
Kesimpulannya, staycation di desa adalah lebih dari sekadar tren musiman, ia merupakan bagian dari perubahan yang lebih besar dalam cara kita memahami liburan, budaya, dan koneksi dengan alam. Ini adalah kesempatan bagi masyarakat modern untuk menemukan keseimbangan, menikmati keindahan yang ada di sekitar mereka, dan sekaligus memberikan kontribusi positif bagi lingkungan dan masyarakat lokal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI