Figur publik dan influencer juga memainkan peran besar dalam mempopulerkan minimalisme. Buku seperti The Life-Changing Magic of Tidying Up karya Marie Kondo dan dokumenter seperti Minimalism: A Documentary About the Important Things menginspirasi jutaan orang untuk menyederhanakan hidup mereka. Di era di mana tekanan untuk memiliki dan tampil sempurna semakin tinggi, minimalisme menawarkan "jalan keluar" yang menjanjikan kebebasan dari ekspektasi tersebut.
Namun, ada sisi paradoks dalam tren ini. Meskipun minimalisme mengusung prinsip kesederhanaan, sering kali gaya hidup ini dikomodifikasi menjadi produk yang dijual dengan harga tinggi, seperti furnitur minimalis, pakaian kapsul, atau kursus tentang decluttering. Akibatnya, minimalisme yang seharusnya meminimalkan konsumsi justru menjadi bagian dari budaya konsumsi itu sendiri.
Manfaat Minimalisme
Manfaat minimalisme meluas ke berbagai aspek kehidupan, mulai dari keuangan hingga kesehatan mental. Dengan mengadopsi gaya hidup ini, seseorang dapat lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting, yang sering kali tersisihkan dalam kesibukan hidup modern.Â
Minimalisme membantu mengurangi stres yang disebabkan oleh kekacauan fisik dan emosional. Ketika seseorang memiliki lebih sedikit barang, mereka juga memiliki lebih sedikit hal yang perlu diatur, dirawat, atau dikhawatirkan, sehingga menciptakan ruang untuk ketenangan pikiran.
Secara finansial, minimalisme memungkinkan seseorang untuk lebih bijaksana dalam mengelola uang. Dengan menghindari pembelian impulsif dan hanya fokus pada kebutuhan utama, banyak orang menemukan bahwa mereka dapat menghemat lebih banyak uang untuk investasi masa depan atau pengalaman berharga, seperti traveling atau pendidikan.
Dari segi lingkungan, minimalisme juga memberikan dampak positif. Dengan membeli lebih sedikit barang, individu dapat membantu mengurangi limbah dan jejak karbon yang dihasilkan dari produksi dan konsumsi berlebihan. Hal ini sejalan dengan tren keberlanjutan yang semakin relevan di tengah krisis iklim global.
Di sisi relasi, minimalisme mengajarkan pentingnya kualitas daripada kuantitas. Dengan mengurangi distraksi yang tidak perlu, seseorang dapat lebih hadir dalam hubungan mereka dengan keluarga, teman, atau komunitas. Hal ini menciptakan interaksi yang lebih bermakna dan memperkuat koneksi sosial.
Tantangan dan Kritik terhadap Minimalisme
Meski memiliki banyak manfaat, minimalisme juga menghadapi kritik. Salah satu kritik utama adalah bahwa gaya hidup ini sering kali dianggap hanya dapat diakses oleh mereka yang memiliki "privilege" atau kemewahan. Bagi sebagian orang, terutama mereka yang hidup dalam keterbatasan ekonomi, mengurangi barang atau memilih hidup sederhana bukanlah pilihan yang realistis, melainkan suatu kebutuhan yang dipaksakan.Â
Mereka yang terpaksa berjuang untuk mencukupi kebutuhan dasar mungkin merasa bahwa minimalisme, dengan penekanannya pada kepemilikan yang sedikit, tampak jauh dari kenyataan kehidupan sehari-hari mereka.