Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ketika Rakyat Takut, Apa yang Hilang dari Demokrasi?

25 Desember 2024   05:00 Diperbarui: 24 Desember 2024   22:23 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hubungan antara rakyat dan pemimpin (suaraislam.id)

Selain itu, inovasi dan ide-ide baru terhambat dalam iklim ketakutan. Masyarakat yang hidup dalam bayang-bayang intimidasi cenderung menghindari risiko, termasuk risiko mengemukakan gagasan yang mungkin berbeda dari pandangan pemimpin atau mayoritas. Padahal, demokrasi membutuhkan keberanian untuk berinovasi dan memperjuangkan ide-ide segar yang dapat membawa perubahan positif.

Ketika rakyat takut, ruang diskusi dan kreativitas menyempit. Akademisi, seniman, aktivis, dan inovator lainnya mungkin memilih untuk diam demi menghindari konsekuensi buruk. Akibatnya, potensi besar yang dimiliki masyarakat untuk menciptakan solusi atas tantangan bersama menjadi terkubur. Ketakutan tidak hanya membungkam suara individu, tetapi juga memadamkan api perubahan yang sering kali dimulai dari gagasan kecil.

Dalam demokrasi yang sehat, perbedaan pendapat dan ide-ide baru adalah bahan bakar bagi kemajuan. Namun, di bawah iklim ketakutan, segala bentuk perbedaan justru dianggap ancaman, bukan peluang. Akibatnya, stagnasi menjadi hal yang tak terhindarkan, karena semua pihak lebih sibuk menjaga status quo daripada berusaha menciptakan terobosan.

Untuk mengembalikan demokrasi ke jalurnya, pemimpin harus mampu menumbuhkan rasa hormat, bukan takut. Rasa hormat lahir dari integritas, keadilan, dan komitmen pemimpin untuk melayani kepentingan rakyat, bukan memaksakan kehendak. Pemimpin yang dihormati adalah mereka yang membuka ruang dialog, mendengarkan aspirasi, dan memberikan solusi tanpa menggunakan kekuasaan sebagai alat intimidasi.

Penting bagi pemimpin untuk menunjukkan keteladanan dalam bersikap. Ketika rakyat melihat pemimpin bertindak adil, transparan, dan konsisten, kepercayaan akan tumbuh secara alami. Rasa hormat juga bisa diperkuat melalui pendekatan yang inklusif, di mana setiap kelompok merasa dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Pemimpin yang berhasil menciptakan rasa memiliki di kalangan rakyat akan lebih mudah mendapatkan dukungan tanpa perlu menggunakan ancaman.

Selain itu, membangun mekanisme yang melindungi kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia menjadi langkah penting. Demokrasi yang sehat membutuhkan kritik dan pengawasan sebagai bagian dari sistem check and balance. Ketika rakyat merasa aman untuk menyuarakan pendapat, mereka tidak hanya menghormati pemimpin, tetapi juga merasa bahwa pemerintahan benar-benar mewakili mereka.

Pemimpin juga perlu menunjukkan bahwa mereka bersedia menerima kritik dan memperbaiki diri. Ketika rakyat melihat bahwa pemimpin terbuka terhadap masukan dan tidak menjadikan kritik sebagai ancaman, rasa hormat akan tumbuh semakin kuat. Inilah yang membedakan pemimpin sejati dari penguasa yang hanya bergantung pada rasa takut untuk mempertahankan kekuasaan.

Rasa hormat tidak hanya memperkuat hubungan antara rakyat dan pemimpin, tetapi juga menjadi fondasi yang kokoh bagi keberlangsungan demokrasi. Dengan membangun kepercayaan dan rasa hormat, demokrasi tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang menjadi sistem yang benar-benar mampu menjawab kebutuhan dan aspirasi rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun