Masalah pengelolaan sampah di perkotaan menjadi isu yang tak kunjung selesai. Hal ini dipicu oleh pertumbuhan populasi yang terus meningkat, pola konsumsi masyarakat yang cenderung menghasilkan lebih banyak limbah, serta kurangnya sistem pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan.Â
Di satu sisi, masyarakat berharap akan terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat, namun di sisi lain, kenyataan menunjukkan masih banyaknya tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), polusi yang merusak lingkungan, hingga banjir yang disebabkan oleh saluran air tersumbat limbah.
Tantangan ini semakin kompleks dengan minimnya kesadaran masyarakat dalam memilah dan mengelola sampah sejak dari sumbernya. Padahal, solusi terhadap persoalan ini tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga memerlukan keterlibatan aktif masyarakat dan pihak swasta.Â
Volume Sampah yang Terus Meningkat
Salah satu masalah utama adalah volume sampah yang terus meningkat. Pertumbuhan penduduk dan perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan menjadi faktor utama yang mendorong lonjakan jumlah limbah.Â
Tidak hanya sampah organik seperti sisa makanan, tetapi juga sampah anorganik seperti plastik, kertas, dan logam yang sulit terurai. Kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, menghasilkan ribuan ton sampah setiap harinya.
Sayangnya, infrastruktur pengelolaan sampah yang ada sering kali tidak mampu mengimbangi jumlah tersebut. Kapasitas tempat pembuangan akhir (TPA) semakin terbatas, sementara alternatif seperti daur ulang dan pengolahan sampah menjadi energi masih belum diterapkan secara luas.Â
Akibatnya, banyak sampah yang berakhir di jalanan, sungai, atau mencemari lingkungan sekitar, yang pada akhirnya berdampak buruk pada kesehatan masyarakat dan ekosistem perkotaan.
Pengelolaan yang Belum Optimal
Meski ada regulasi terkait pengelolaan sampah, implementasinya sering kali masih jauh dari harapan. Banyak kebijakan yang hanya berjalan di atas kertas tanpa pengawasan yang memadai.Â