Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Inflasi dan Daya Beli Masyarakat: Apakah Subsidi Masih Relevan?

22 Desember 2024   21:37 Diperbarui: 22 Desember 2024   21:37 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Inflasi dapat terjadi akibat berbagai faktor, seperti meningkatnya permintaan barang dan jasa (demand-pull inflation), kenaikan biaya produksi (cost-push inflation), atau kebijakan moneter yang memperbesar jumlah uang beredar di masyarakat. 

Meski dalam batas tertentu inflasi dianggap wajar dan bahkan diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi yang terlalu tinggi atau tidak terkendali dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dan sosial.

Bagi masyarakat, inflasi membawa dampak langsung pada daya beli. Ketika harga barang naik, nilai uang yang mereka miliki secara efektif berkurang, sehingga mereka harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk memenuhi kebutuhan yang sama. Kondisi ini paling dirasakan oleh kelompok berpenghasilan rendah, yang sebagian besar pendapatannya digunakan untuk kebutuhan pokok.

Di tengah tekanan inflasi, pemerintah sering mengandalkan berbagai kebijakan untuk mengurangi beban masyarakat. Salah satu langkah yang sering diambil adalah memberikan subsidi pada barang-barang esensial, seperti bahan bakar, pangan, dan listrik. 

Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan tantangan fiskal, muncul perdebatan tentang relevansi subsidi sebagai solusi jangka panjang. Apakah subsidi masih menjadi cara terbaik untuk melindungi daya beli masyarakat? Atau, sudah saatnya pendekatan lain yang lebih berkelanjutan diutamakan?

Dampak Inflasi pada Daya Beli Masyarakat

Penurunan daya beli ini memaksa masyarakat untuk melakukan penyesuaian dalam pola konsumsi mereka. Barang-barang yang sebelumnya dianggap kebutuhan pokok bisa berubah menjadi barang mewah yang sulit dijangkau. Akibatnya, kelompok masyarakat berpenghasilan rendah cenderung mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan sekunder dan tersier, seperti pendidikan, kesehatan, dan hiburan, demi memenuhi kebutuhan dasar.

Dampak ini tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga oleh perekonomian secara keseluruhan. Ketika daya beli menurun, konsumsi rumah tangga yang merupakan salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi juga ikut melemah. Kondisi ini dapat memicu perlambatan ekonomi, terutama di negara-negara berkembang yang bergantung pada konsumsi domestik sebagai motor utama pertumbuhan.

Selain itu, penurunan daya beli sering kali menciptakan ketidakpuasan sosial. Ketimpangan antara kelompok masyarakat yang mampu beradaptasi dengan inflasi dan mereka yang tidak dapat bertahan menjadi pemicu ketegangan sosial yang dapat memperburuk stabilitas ekonomi dan politik suatu negara. 

Subsidi sebagai Alat Stabilitas Ekonomi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun