6. Perencanaan Tata Kota Berbasis Lingkungan
Setiap pembangunan baru harus mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan dan tata air. Pendekatan berbasis ekosistem, seperti konsep sponge city yang diterapkan di beberapa negara, dapat menjadi contoh untuk mengelola air hujan secara alami dan efektif.
7. Pemeliharaan Infrastruktur Secara Rutin
Pemeliharaan berkala terhadap saluran drainase, sungai, dan infrastruktur pengendali banjir sangat penting. Hal ini mencakup pengerukan sedimentasi, pembersihan sampah, dan perbaikan saluran yang rusak agar tetap berfungsi optimal.
Secara keseluruhan, sistem drainase yang buruk bukanlah satu-satunya penyebab sungai meluap, tetapi menjadi salah satu faktor yang memperburuk situasi. Selain itu, faktor lain seperti kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan, alih fungsi lahan resapan, dan kurangnya perencanaan kota yang terintegrasi turut berkontribusi pada permasalahan ini. Semua elemen ini saling berkaitan, menciptakan kondisi yang memperparah dampak musim hujan, terutama di wilayah perkotaan.
Namun, dengan langkah-langkah yang tepat, seperti pembaruan sistem drainase, peningkatan ruang terbuka hijau, pengelolaan sampah yang efektif, serta perencanaan tata kota yang berkelanjutan, risiko banjir dapat diminimalisir. Solusi ini membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk menciptakan lingkungan yang lebih tahan terhadap curah hujan ekstrem.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H