Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengapa Visi Misi Tak Lagi Jadi Prioritas dalam Kampanye Politik?

21 November 2024   18:00 Diperbarui: 21 November 2024   18:02 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa faktor utama yang menyebabkan pergeseran fokus kampanye politik dari visi misi menuju sekadar massa yang hadir adalah sebagai berikut:

Salah satu faktor utama yang memengaruhi perubahan ini adalah kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang semakin pragmatis. Banyak orang yang menghadiri kampanye politik bukan karena tertarik dengan visi dan misi calon, tetapi karena mereka membutuhkan bantuan langsung, seperti uang transportasi atau barang-barang gratis. Dalam banyak kasus, kehidupan yang serba sulit dan tantangan ekonomi membuat masyarakat lebih memilih keuntungan instan, daripada membuang waktu untuk menganalisis visi misi kandidat. 

  • Kampanye yang Berorientasi pada Massa 

Bagi banyak kandidat, jumlah peserta dalam kampanye menjadi ukuran keberhasilan yang lebih terukur daripada kedalaman diskusi tentang visi misi. Massa yang banyak dianggap sebagai indikator dukungan yang kuat dan menjadi daya tarik media. Sebuah kampanye yang dipenuhi dengan kerumunan dianggap lebih sukses di mata publik, bahkan jika sebagian besar peserta tidak memiliki pemahaman mendalam tentang apa yang disampaikan. 

  • Menurunnya Kepercayaan Terhadap Janji Politik 

Seiring berjalannya waktu, banyak masyarakat yang merasa kecewa dengan janji politik yang tidak pernah terwujud. Visi dan misi yang diungkapkan oleh para kandidat sering kali hanya menjadi slogan kosong yang tidak berdampak nyata pada kehidupan sehari-hari mereka. Ketika masyarakat merasa bahwa janji politik tidak pernah dipenuhi, mereka menjadi apatis terhadap program-program yang disampaikan. 

  • Perubahan dalam Cara Berkampanye 

Dengan berkembangnya teknologi, kampanye politik semakin bergantung pada media sosial dan platform digital. Kampanye tradisional yang dulu melibatkan pertemuan langsung di lapangan kini lebih banyak dilakukan melalui iklan digital, video, dan pesan singkat yang disebarkan secara masif. Dalam konteks ini, kandidat lebih memilih untuk menyampaikan pesan-pesan mereka secara singkat dan visual daripada melakukan orasi panjang yang menyentuh substansi kebijakan. 

  • Kecenderungan Komersialisasi Politik 

Kampanye politik kini semakin dipengaruhi oleh sektor komersial, di mana pihak yang memiliki sumber daya lebih besar memiliki peluang untuk menguasai panggung politik. Dalam hal ini, kandidat yang mampu menyediakan insentif lebih banyak untuk peserta kampanye sering kali lebih diuntungkan, meskipun visi misi mereka tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat. 

Dampak dari Hilangnya Fokus pada Visi Misi

Kondisi ini memiliki dampak jangka panjang yang serius. Hilangnya perhatian terhadap visi misi membuat kualitas pemimpin yang terpilih seringkali tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Ketika pemilih lebih fokus pada insentif atau kehadiran massa daripada substansi kebijakan, maka calon pemimpin yang terpilih sering kali bukanlah mereka yang memiliki kapasitas atau visi yang kuat untuk memimpin, melainkan mereka yang paling mampu menarik perhatian melalui cara-cara transaksional. 

Hal ini berisiko menghasilkan pemimpin yang tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas-tugas besar negara, yang justru dapat memperburuk masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi masyarakat.

Selain itu, ketidakpedulian terhadap visi misi juga berpotensi mengarah pada kebijakan yang tidak efektif dan tidak menguntungkan bagi masyarakat. Pemimpin yang terpilih dengan cara transaksional cenderung lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, daripada fokus pada pembangunan jangka panjang atau kesejahteraan umum. 

Haruskah Kita Berbenah?

Melihat kondisi kampanye politik yang semakin transaksional dan kurang berfokus pada visi misi ini, jawabannya jelas: Ya, kita harus berbenah. Perubahan mendasar dalam cara kita menjalankan demokrasi sangat diperlukan agar masa depan politik Indonesia tidak hanya bergantung pada kuantitas massa, tetapi lebih pada kualitas kebijakan dan kepemimpinan yang dihasilkan. 

Berbenah tidak hanya menjadi tugas para kandidat, tetapi juga tanggung jawab masyarakat sebagai pemilih yang cerdas dan kritis.

  • Meningkatkan Literasi Politik Masyarakat

Salah satu langkah pertama yang harus dilakukan adalah meningkatkan literasi politik di kalangan masyarakat. Pemilih yang teredukasi dengan baik akan lebih mampu mengevaluasi visi misi calon pemimpin dan memahami bagaimana kebijakan mereka dapat berdampak pada kehidupan sehari-hari. Program pendidikan politik yang melibatkan masyarakat di tingkat akar rumput bisa menjadi kunci untuk meningkatkan kesadaran politik. 

Selain itu, media massa dan digital harus lebih bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi yang jelas, objektif, dan berbasis fakta agar masyarakat tidak hanya terjebak dalam janji kosong atau slogan yang tidak substansial.

  • Kandidat Harus Lebih Transparan dan Akuntabel

Para kandidat juga perlu menunjukkan komitmen yang lebih kuat terhadap visi misi mereka. Daripada sekadar mengejar jumlah massa yang hadir di kampanye, mereka harus fokus pada bagaimana cara mereka dapat menjelaskan secara jelas dan transparan kebijakan yang akan mereka jalankan. 

Akuntabilitas menjadi hal yang tak terelakkan dalam hal ini kandidat harus siap untuk memberikan penjelasan mendalam mengenai bagaimana mereka akan mewujudkan visi mereka, serta mengapa kebijakan tersebut penting bagi masyarakat. Bukan hanya pada saat kampanye, tetapi setelah terpilih, para pemimpin harus siap untuk dipertanggungjawabkan atas setiap keputusan yang diambil. 

Pemerintah perlu mengatur kampanye politik dengan lebih ketat dan jelas, terutama dalam hal pengawasan terhadap praktik transaksional yang terjadi di lapangan. Misalnya, pemberian insentif finansial atau barang yang berlebihan harus dibatasi untuk menghindari praktik yang dapat merusak integritas demokrasi. 

Kampanye harus berfokus pada proses edukasi politik dan bukan sekadar ajang untuk mengumpulkan kerumunan demi citra.Selain itu, partai politik dan penyelenggara kampanye harus memprioritaskan dialog politik yang sehat, bukan hanya sekedar orasi tanpa substansi. 

  • Keterlibatan Generasi Muda dalam Politik

Generasi muda adalah kunci untuk masa depan politik yang lebih baik. Pemilih muda yang teredukasi dengan baik dan memiliki pemahaman yang jelas tentang kebijakan politik akan lebih mampu membawa perubahan positif. Oleh karena itu, penting untuk mendorong partisipasi politik generasi muda, baik dalam bentuk pemilihan umum maupun dalam kegiatan politik lainnya. 

  • Pemanfaatan Teknologi untuk Dialog yang Lebih Terbuka

Teknologi dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk mengembalikan substansi dalam kampanye politik. Dengan menggunakan media sosial dan platform digital lainnya, kandidat dapat mengadakan diskusi terbuka dengan masyarakat, mendengarkan langsung masukan mereka, dan menjelaskan lebih mendalam tentang kebijakan yang akan diambil. 

Kesimpulan

Hilangnya fokus pada visi misi dalam kampanye politik mencerminkan tantangan besar yang dihadapi demokrasi di Indonesia. Jika fenomena ini terus berlanjut, kita berisiko memilih pemimpin yang tidak berorientasi pada perubahan substansial, melainkan pada pencitraan sesaat. 

Oleh karena itu, penting untuk kembali menekankan edukasi politik kepada masyarakat, memperkuat akuntabilitas kandidat, dan memastikan bahwa kampanye politik berfokus pada kebijakan yang dapat membawa kemajuan nyata. Tanpa perubahan ini, demokrasi kita akan terancam kehilangan arah, dan kualitas pemimpin yang terpilih akan semakin dipertanyakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun