Berikut adalah beberapa tantangan utama dalam mencapai net zero:
- Ketergantungan pada Energi Fosil. Salah satu tantangan terbesar dalam mencapai net zero adalah ketergantungan global yang masih tinggi terhadap bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas alam. Banyak negara, terutama negara-negara yang berkembang, masih mengandalkan sumber energi ini untuk memenuhi kebutuhan energi mereka, yang membuat transisi ke energi terbarukan menjadi sangat sulit.
- Keterbatasan Teknologi Penyerapan Karbon. Teknologi untuk menangkap dan menyimpan karbon (carbon capture and storage, CCS) adalah salah satu cara untuk membantu mencapai net zero. Namun, teknologi ini masih dalam tahap pengembangan dan belum tersedia secara luas. Penggunaan CCS dalam skala besar menghadapi tantangan teknis, biaya yang tinggi, serta potensi risiko lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
- Investasi yang Dibutuhkan. Mencapai net zero membutuhkan investasi besar dalam teknologi bersih, infrastruktur hijau, dan inovasi lainnya. Negara-negara dan sektor swasta perlu berinvestasi dalam riset dan pengembangan untuk menciptakan solusi yang efisien dan terjangkau. Namun, banyak negara, terutama yang memiliki ekonomi berkembang, mungkin menghadapi kesulitan dalam memperoleh pendanaan yang cukup untuk memfasilitasi transisi ini.
- Perubahan Kebijakan dan Regulasi. Untuk mencapai net zero, perubahan kebijakan yang mendalam diperlukan di seluruh dunia. Ini termasuk pengaturan yang lebih ketat terhadap emisi industri, pembatasan penggunaan bahan bakar fosil, serta insentif untuk energi terbarukan. Namun, perubahan kebijakan ini sering kali terhambat oleh kepentingan politik, lobi dari industri energi tradisional, dan ketidaksetujuan antara negara-negara maju dan berkembang.
- Ketidaksetaraan Global dan Sosial
Salah satu tantangan utama dalam mencapai net zero adalah ketidaksetaraan dalam kemampuan dan tanggung jawab antara negara maju dan negara berkembang. Negara-negara maju, yang telah lama berkontribusi terhadap peningkatan emisi GRK, sering kali memiliki kapasitas lebih besar untuk melakukan transisi ke energi bersih dan teknologi rendah karbon. Sementara itu, negara-negara berkembang, yang mungkin memiliki emisi per kapita lebih rendah, menghadapi tantangan besar dalam melakukan transisi ini tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi mereka.- Perubahan Perilaku dan Kesadaran Publik. Untuk mencapai net zero, perubahan dalam perilaku masyarakat juga sangat penting. Mengurangi konsumsi energi, beralih ke kendaraan listrik, mengurangi limbah, dan memilih produk yang lebih ramah lingkungan adalah langkah-langkah yang dapat diambil individu untuk membantu menurunkan emisi karbon. Namun, tingkat kesadaran dan komitmen masyarakat terhadap perubahan ini masih beragam. Banyak orang mungkin belum sepenuhnya menyadari urgensi masalah perubahan iklim atau mungkin merasa bahwa tindakan mereka sendiri tidak cukup untuk membuat perbedaan.Â
- Pemenuhan Kebutuhan Energi Global. Meskipun sumber energi terbarukan semakin berkembang, seperti tenaga angin dan surya, sebagian besar dunia masih bergantung pada energi fosil untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat. Transisi menuju net zero memerlukan penataan ulang sistem energi global agar dapat mengimbangi permintaan energi yang terus berkembang, terutama di negara-negara dengan populasi besar dan pertumbuhan ekonomi pesat.Â
Dalam kesimpulannya, konsep net zero adalah salah satu langkah paling signifikan dalam menghadapi krisis iklim global. Dengan berfokus pada pengurangan dan penyerapan emisi GRK, net zero tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga mendorong keberlanjutan di berbagai sektor.Â
Namun, keberhasilan implementasinya membutuhkan kerja sama global, komitmen dari berbagai pihak, dan inovasi berkelanjutan. Melalui upaya bersama, net zero dapat menjadi jalan menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan bagi planet ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H