Berhutang pada teman memang menjadi pilihan yang mudah ketika dalam keadaan darurat atau kebutuhan mendesak, seperti ketika kehabisan uang untuk membayar tagihan atau pengeluaran tak terduga. Namun, sebaiknya kita harus mempertimbangkan beberapa hal sebelum memutuskan untuk berhutang pada teman.Â
Pertama-tama, kita harus memastikan apakah benar-benar ada kebutuhan mendesak atau hanya sekadar menginginkan sesuatu. Jika hanya menginginkan sesuatu, sebaiknya kita menunda keinginan tersebut dan menghemat uang untuk membelinya di kemudian hari.
Kedua, kita harus memeriksa keuangan kita dan mencari tahu apakah ada sumber dana lain yang dapat digunakan untuk menutupi kebutuhan. Misalnya, kita bisa memanfaatkan dana darurat yang sebelumnya telah dialokasikan untuk kondisi darurat, atau menjual barang atau jasa yang tidak lagi kita butuhkan. Hal ini akan membantu kita menghindari terjadinya berhutang pada teman yang bisa mempengaruhi hubungan pertemanan di kemudian hari.
Terakhir, jika memang sudah tidak ada pilihan lain selain berhutang pada teman, sebaiknya kita memastikan bahwa ada batas waktu dan besaran hutang yang jelas. Kita harus membuat penjelasan yang rinci dan jelas mengenai besaran hutang dan jangka waktu pembayaran. Dengan cara ini, kita berdua akan memahami secara jelas mengenai hutang yang terkait dan menjaga hubungan persahabatan tetap baik dan harmonis.
Tidak adanya batas dan jangka waktu yang jelas
Ketika berhutang pada teman, batas waktu dan nilai hutang bisa menjadi kurang jelas, terutama jika tidak ada perjanjian tertulis dan hanya ditetapkan secara lisan. Kondisi ini bisa membingungkan dan menimbulkan perbedaan persepsi antara kedua belah pihak tentang besar kecilnya hutang serta kapan waktu pembayarannya.
Jika kita meminjam uang pada teman, sebaiknya kita membuat perjanjian tertulis yang mencantumkan jumlah hutang, bunga (jika ada), jangka waktu pembayaran, serta mekanisme pengembalian uang. Selain itu, kita juga perlu mencantumkan tanda tangan kedua belah pihak sebagai bukti kesepakatan dan keseriusan dalam melunasi hutang tersebut.
Dalam perjanjian tersebut, harus juga dinyatakan bahwa hutang tersebut hanya berlaku untuk pihak yang meminjamkan uang dan tidak akan disebarkan ke orang lain. Selain itu, kita juga harus tetap mempertimbangkan kemampuan kita untuk melunasi hutang tersebut sehingga tidak ada masalah di kemudian hari.
Memungkinkan adanya perbedaan persepsi terkait jumlah hutang
Jumlah dan nilai hutang dapat menjadi subjektif bagi orang yang meminjam. Anda mungkin merasa hutang yang dimiliki jumlahnya tidak terlalu besar, bahkan cukup wajar dalam situasi yang sedang dihadapi. Namun, perspektif orang lain - termasuk teman Anda - mungkin berbeda dan melihat jumlah hutang yang Anda miliki sebagai masalah yang lebih besar.
Menyebabkan perspektif yang berbeda dapat menyebabkan kesalahpahaman dan perdebatan yang mengganggu pemulihan hubungan persahabatan Anda. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk menjaga agar nilai hutang tersebut tidak menjadi subjektif, terlepas dari perasaan pribadi Anda, dengan cara yang jelas menyampaikan kesepakatan mengenai jumlah hutang dan jangka waktu pembayaran.