"Minuman limun mungkin sudah jarang terdengar di telinga kita saat ini, tapi siapa yang bisa melupakan rasa segar dari minuman ini?"
Limun merupakan jenis minuman khas Indonesia yang sudah lama menjadi favorit di kalangan masyarakat, terutama pada masa lalu. Minuman ini sangat populer di Indonesia pada dekade tahun 80-an hingga 90-an.
Dulu, limun sering dijumpai di warung-warung kecil yang ada di jalan-jalan gang sempit. Warung-warung kecil yang menjual limun seringkali dihuni oleh para pembuatnya yang masih setia menekuni bisnis ini tahun demi tahun. Mereka adalah para penjual keliling yang merantau dari kampung halaman mereka untuk mencari rezeki di kota-kota besar. Selain sebagai warisan budaya, minuman limun juga menjadi sumber pendapatan bagi banyak keluarga di masa lalu.
Tradisi minum limun biasanya dilakukan di sore hari saat cuaca sedang panas-panasnya. Limun menjadi minuman yang sangat cocok untuk menghilangkan dahaga, karena memiliki rasa yang asam, manis, dan segar di tenggorokan. Selain rasanya yang enak, minuman limun juga dianggap memiliki beragam manfaat untuk kesehatan. Kandungan vitamin C di dalamnya dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh, membantu menjaga kesehatan kulit, dan melancarkan pencernaan.
Kehadiran minuman limun sebagai minuman sehari-hari yang menyegarkan mengikuti sejarah kebudayaan Indonesia. Hal ini seiring dengan masuknya pengaruh tradisi dari India, Tiongkok, Belanda, dan Arab ke Indonesia. Sebelum munculnya minuman limun, orang Indonesia hanya mengenal minuman berbasis jeniper, seperti wedang uwuh, bajigur, cendol, dan es kelapa muda.
Proses pembuatan minuman limun relatif mudah. Pertama-tama, jeruk nipis diperas hingga menghasilkan air perasan yang cukup. Kemudian, air perasan jeruk nipis dicampur dengan air biasa dan gula hingga tercampur rata. Setelah itu, air campuran tersebut dicampur dengan es batu dan siap dinikmati.
Namun, seiring berjalannya waktu, banyak variasi limun yang kini bisa kita nikmati. Beberapa variasi tersebut, antara lain:
- Limun Susu Kental Manis: Limun susu kental manis menjadi varian limun yang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia. Tak hanya terasa segar, tapi juga memberikan sensasi manis dan lezat dalam setiap tegukan.
- Limun Kopyor: Limun kopyor dibuat dari buah kelapa muda yang diparut hingga halus, kemudian dicampur dengan perasan jeruk nipis dan gula. Varian limun ini memiliki sensasi legit dan gurih karena dicampur dengan kelapa muda parut.
- Limun Sereh: Biasanya limun sereh atau serai dibuat dari campuran air, serai, jeruk nipis, dan gula. Limun jenis ini terkesan lebih segar karena terdapat rasa yang berasal dari serai.
- Limun Jeruk Purut: Limun jeruk purut sangat cocok bagi yang menyukai rasa yang lebih tajam, khasnya yang lain. Limun ini dibuat dari air jeruk purut, air gula, es batu, dan air mineral.
Selain jenis-jenis limun yang telah disebutkan sebelumnya, dalam tradisi minum limun di Indonesia terdapat bebeberapa produsen/merek limun tradisional yang masih bertahan, seperti:
- Oriental Cap Nyonya di Pekalongan
- Ay Hwa dari Yogyakarta
- Agung Ngoro dari Jombang
- Hongkong dari Banyuwangi
- Miki Mas dari Pati
- Linggadjati dari Pasuruan
- Cap Badak dari Pematangsiantar
- Berdikari dan Elang di Singkawang. sumber: wikipedia.org)
Anita Laraswaty dalam jurnal Proceedings yang berjudul "Maknai Tradisi dalam Minuman Limun Khas Kudus" mengungkapkan pentingnya memahami mobilitas budaya yang terjadi pada minuman limun khas Kudus. Mobilitas budaya pada minuman limun ini mempengaruhi cara pandang dan nilai-nilai masyarakat terhadap minuman tersebut.
Dalam konteks Kudus, minuman limun menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Selain sebagai minuman segar, limun dipersepsikan sebagai identitas budaya yang kental. Minuman ini juga menawarkan nuansa religi karena pada awalnya limun sering dihidangkan di dalam acara perayaan agama Islam.
Mobilitas budaya pada minuman limun di Kudus diilustrasikan dalam variasi limun yang hadir di daerah tersebut. Ada limun kecombrang, limun laos, dan limun lemo yang berbeda dengan variasi limun di daerah lain. Dan variasi-variasi inilah yang menjadi bagian dari mobilitas budaya pada minuman limun sehingga menjadikan fungsinya berkembang dan berubah dari waktu ke waktu.
Dalam jurnalnya, Anita juga mengungkapkan bahwa minuman limun bukan hanya mengandung nilai estetika dan kuliner yang tinggi, tetapi juga memiliki nilai sosial dan budaya yang penting. Minuman ini menjadi simbol dari kedalaman nilai-nilai budaya dari sebuah masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk menjaga dan mengembangkan minuman limun sebagai warisan budaya yang memiliki nilai historis dan budaya yang sangat penting.
Meskipun limun sudah mulai ditinggalkan, namun jejaknya masih terus ada di kalangan masyarakat Indonesia. Minuman ini masih sering dihidangkan pada acara-acara tertentu seperti pernikahan, khitanan, dan acara keagamaan. Selain itu, beberapa pengusaha juga memanfaatkan peluang bisnis dengan mengembangkan bisnis minuman limun yang modern dengan menghadirkan varian rasa dan penampilan yang menarik.
Namun, meskipun minuman limun berkembang dan bervariasi, perlu diingat bahwa keberadaan limun sebagai warisan budaya dan kuliner Indonesia tidak boleh terlupakan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pelestarian dan pengembangan minuman limun sebagai warisan budaya yang memiliki nilai historis dan budaya yang sangat penting.
Sebagai masyarakat Indonesia, mari kita jaga dan lestarikan warisan budaya dan kuliner tradisional seperti minuman limun agar tetap lestari di tengah-tengah perkembangan zaman yang terjadi. Kita dapat mengajarkan dan mengenalkan minuman limun pada generasi muda agar mereka juga dapat menghargai dan menjaga keberadaan warisan budaya dan kuliner Indonesia yang begitu kaya dan beragam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H