Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manusia Rakus: Mengapa Kebutuhan Berubah Menjadi Keinginan yang Tidak Terkendali?

22 Agustus 2024   11:37 Diperbarui: 22 Agustus 2024   11:38 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan teknologi pun dapat memicu sifat rakus. Ketergantungan manusia terhadap teknologi membuat orang menjadi gundah dan gagap ketika tidak membawa gadget. Hal itu terjadi karena gadget menjadi sarana untuk berkirim pesan, membaca berita, bermain game, melihat video atau foto, dan membeli barang. Semua bisa dilakukan dengan bantuan teknologi. Akibatnya, manusia sering kali membeli barang hingga jumlah yang tidak bisa dipertanggungjawabkan dan terjebak dalam sikap konsumtif yang berujung pada sifat rakus.

Arus informasi yang sangat cepat di era digital juga dapat mempercepat sifat rakus pada manusia. Dengan adanya akses mudah ke informasi yang baru dan tren terbaru, manusia sering kali menjadi terlena dan lupa pada kebutuhan dasarnya. Orang menjadi salah fokus dalam mencari fashion, gadget terbaru dan barang lainnya yang tidak betul-betul dibutuhkan dan mengabaikan kebutuhan yang lebih pokok seperti kesehatan, keamanan, dan pendidikan.

Masalah lain yang dapat timbul dengan sifat rakus pada manusia adalah munculnya peningkatan tingkat konsumsi dan pemborosan yang berkontribusi pada masalah keuangan, kesetimbangan ekonomi global, dan lingkungan.

Dengan meningkatnya sifat rakus, manusia sering kali membeli barang-barang yang tidak perlu atau berganti barang yang sama-namun baru karena adanya sebuah promo atau diskon. Hal ini mengakibatkan persediaan barang-barang yang tidak terjual, memberikan efek yang tidak menguntungkan bagi individu maupun pasar produk.

Pemborosan yang diciptakan oleh sifat rakus pada manusia seringkali menyebabkan penumpukan sampah yang tak terhitung jumlahnya. Barang yang dibeli hanya digunakan sebentar, kemudian terbuang begitu saja karena faktor fashion atau kebutuhan yang tidak betul-betul diperlukan. Siklus ini memicu masalah lingkungan karena meningkatnya produksi sampah dan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar.

Konsumsi yang berlebihan sering membuat manusia terjebak dalam hutang dan kesulitan keuangan lainnya. Terkadang, sifat rakus dapat membebani seseorang dengan hutang yang begitu besar sehingga sulit untuk melunasi dan membuatnya semakin terjebak dalam lingkaran hutang.

Melalui kesadaran dan pengaturan pengeluaran, manusia dapat menghindari konsumsi yang berlebihan dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan dan masyarakat secara keseluruhan. Menjaga kontrol akan pengeluaran dan kebebasan memahami bahwa uang bukanlah indikator kesuksesan adalah langkah awal dalam mengurangi sifat rakus yang membahayakan diri sendiri dan orang di sekitarnya.

Banyak orang yang menjadi terjebak dalam budaya konsumtif yang merugikan ini akhirnya menjadi terlilit hutang yang semakin berat, sangat sulit untuk dilunasi, dan dapat mempengaruhi kualitas hidup yang signifikan. Hal ini terutama diakibatkan oleh sifat rakus yang sulit ditahan dan kecenderungan manusia untuk membeli barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan atau bahkan barang yang tidak perlu sama sekali.

Dalam menghadapi tekanan dari tuntutan sosial untuk terus membeli dengan sifat rakus yang tidak terkendali, banyak manusia menjadi tidak sadar akan keuangan mereka dan kadang-kadang bahkan terpaksa memilih pinjaman untuk memenuhi pembelian mereka. 

Kendati demikian, bukan berarti pinjaman adalah pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan konsumtif seseorang. Meminjam uang sering hanya mengakibatkan seseorang terjebak hutang yang semakin besar, bunga serta denda yang harus dibayarkan. Situasi seperti ini terkadang menuntut adanya restrukturisasi hutang dan pemusatan pinjaman consumer agar tidak merugi.

Meski begitu, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu menghindari terjebak dalam pola konsumtif yang merugikan. Salah satunya adalah dengan membuat anggaran belanja untuk menentukan jumlah yang seharusnya dihabiskan untuk berbelanja dan berusaha untuk tetap dalam anggaran tersebut, serta melakukan pembelian hanya terhadap barang yang memang diperlukan dengan efisiensi dari segi waktu dan uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun