Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Menulis Artikel

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perjalanan yang Tak Terlupakan

11 Mei 2024   11:38 Diperbarui: 11 Mei 2024   11:43 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pexels.com/ jonathanborba-4750898


Di ujung dunia yang jauh terhampar, Terbuka luas lautan yang membiru, Menanti untuk kami jelajahi, Dalam perjalanan yang tak terlupakan.

Jalan yang meliuk-liuk, menantang, Tapi pemandangan yang terbentang, Menarik hati untuk terus pergi, Dan mengikuti alur air yang mengalir.

Pulau-pulau kecil sebagai sandaran, Untuk kaki kami berpijak sejenak, Sambil menikmati keindahan waktu, Dan memuaskan kehausan hati.

Namun waktu terus berjalan, Dan kita harus kembali ke tempat asal, Dalam kenangan indah yang terukir, Tentang perjalanan yang tak terlupakan.

Melangkah dengan penuh semangat, Melihat bahwa dunia begitu besar, Terbuka lebar untuk penjelajah seperti kita, Dalam perjalanan yang tak terlupakan.

Melati di jalan-jalan kota-kota, Sawahlunto, Bukittinggi, Danau Maninjau, Kereta api menembus gelap malam, Menggenggam asa dalam pelukan.

Rasa lelah terobati naluri penasaran, Bagaimana selama ini kehidupan berjalan, Berjumpa orang-orang baru, senyum ria, Berbagi cerita untuk membuka wawasan.

Hari-harinya terasa singkat, Ingin kami menetap di sana, Namun kewajiban memanggil, Membawa kami pulang dengan harapan.

Mari kita biarkan kenangan menghias masa lalu, Mengiringi perjalanan yang tak terlupakan, Kita kembali ke sini dengan penuh semangat, Tak henti-hentinya mengagumi tanda kejayaan.

Melambat meski suka dan duka, Tak mampu memisahkan antara itu dan kita, Terik mentari menerangi setiap langkah, Tak kalah dengan kerlap lampu kota.

Santai, bersantai hingga ke ujung ketapang, Menunggu sunset mengantarkan hati tetap bahagia, Derai tawa, cerita tentang kehidupan, Teruang bersama dalam kreativitas teman.

Berkaca, teruslah berkaca, Tak ada yang berubah selain hidup pasti berubah, Namu yang tak berubah adalah hati, Hati yang selalu diwarnai oleh kebaikan.

Perjalanan yang tak terlupakan, Bagaikan riuh rendah nyanyian kehidupan, Kuyakin akan terus beresonansi, Mengajak kita hidup dengan kesederhanaan.

Melalui bukit dan lembah yang berliku, Menjelang senja kami tiba di perbukitan, Kumpul dengan penduduk setempat, Mereka menyambut kami dengan hangat.

Malam itu sempurna, langit cerah, Dalam gemerlap bintang yang bersinar, Lagu rakyat bergema dari kejauhan, Sebuah perjalanan yang tak terlupakan.

Takdir telah mengatur setiap langkah, Namun akan selalu ada tempat yang baru, Yang bisa kami jelajahi bersama, Dalam perjalanan yang tak terlupakan.

Kami pun berpisah, namun penuh kenangan, Yang tak akan pernah terlupakan, Kamipun berjanji, bahwa di suatu waktu, Akan kembali berkumpul dalam kebersamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun