Chairil Anwar, Penyair yang lahir di Medan 26 Juli 1922 ini sangat terkenal sekali atau terkemuka  di kalangan penyair dan juga di Indonesia  saat ini. Penyair yang memiliki julukan  sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul aku) memang sudah meninggal lama sekali di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun. Â
Umur Chairil Anwar memang tak lama namun karya - karyanya akan tetap bertahan lam dan abadi selama lamanya di bumi yang dicintai olehnya yaitu Indonesia.Pada pukul 03.30 sore tanggal 28 April 1949, Chairil Anwar meninggal dunia karena berbagai penyakit yang idapnya . Untuk memperingati jasanya dan karya-karyanya, hari kematiannya diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.
Banyak karya-karyanya yang sangat mempengaruhi perkembangan puisi kontemporer di Indonesia.Diperkirakan semasa hidupnya dalam 27 tahun ia telah menciptakan 96 karya, termasuk 70 puisi. Seperti yang dikemukakan oleh A. Teeuw, seorang kritikus sastra Belanda di Indonesia, hampir semua karyanya menggunakan alasan kematian, seolah-olah menyadari bahwa dirinya akan mati muda. Dan hampir sebagian besar karyanya tidak diterbitkan atau belum sempat diiterbitkan sampai akhir kematiannya.
Inilah 3 kumpulan puisi karya Chairil Anwar paling populer dan dapat mengispirasi kamu menginspirasi.Â
1.AkuÂ
Aku
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun  lagi
Maret 1943
2. Doa
Doa
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Kawanku dan Aku
Kami sama pejalan larut
Menembus kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan
Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat
Siapa berkata-kata...?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga
Dia bertanya jam berapa?
Sudah larut sekali
Hilang tenggelam segala makna
Dan gerak tak punya arti.
Itu dia beberapa karya sang Legenda penyairan Indonesia yang
 karya - karyanya tidak ada terlekang oleh waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H