Mohon tunggu...
Muhammad Bernas Avisena
Muhammad Bernas Avisena Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA - UNIVERSITAS JEMBER

Hobi saya menyanyi khususnya bernyanyi music genre dangdut dan lagu daerah Banyuwangi,saya suka nonton bola saya juga analis bola mulai dari Liga Indonesia sampai Liga Europa.Kepribadian saya,jujur saya orangnya suka totalitas dalam menjalankan kegiatan baik itu tugas,diskusi,dan kolaborasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah dan Peran Sistem Ekonomi Tradisional dalam Mempertahankan Kearifan Lokal Masyarakat Baduy

7 September 2023   14:24 Diperbarui: 7 September 2023   14:45 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sistem perekonomian tradisional merupakan suatu sistem perekonomian yang dilakukan secara bersama-sama untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan tata cara yang lazim dilakukan oleh nenek moyang dulu, dimana kegiatan perekonomiannya masih sangat sederhana, yang dilakukan oleh masyarakat secara turun-temurun dengan mengandalkan ekonomi tradision.

Sistem perekonomian tradisional ini biasa dijumpai pada kehidupan masyar  yang bergantung pada hasil alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga dalam sistem perekonomian ini, rumah tangga berperan sebagai produsen sekaligus konsumen untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.Ciri sistem ekonomi tradisional adalah teknik produksinya,teknnik produksi yang masih menggunakan bahan secara tradisional akan membuat pertukaran dalam proses ekonomi mereka akan menjadi sorotan tersendiri bagi yang bertransaksi.

Sebut saja masyarakat suku Baduy , sistem perekonomian masyarakat Baduy masih bertumpu pada prinsip tradisional.Masyarakat Baduy, sering juga disebut dengan Suku Baduy atau Suku Kanekes, merupakan etnis minoritas yang mendiami wilayah pedaalaman barat Provinsi Banten di Indonesia. Mereka terkenal menjalani gaya hidup yang cukup tradisional dan menjunjung tinggi sistem ekonomi konvensional yang memiliki sejarah dan warisan budaya. Warisan budaya masyarakat Baduy sangat beragam dan mendalam. Komponen penting dari identitas mereka adalah struktur ekonomi kuno mereka.Suku Baduy mempunyai sistem kepercayaan yang kental dengan animisme dan dinamisme.

Masyarakat Baduy diyakini dulunya merupakan anggota suku Sunda. Mereka berasal dari Kerajaan Sunda atau dikenal dengan Kerajaan Pajajaran pada abad ke-15 dan ke-16. Menurut beberapa penelitian sejarah, wilayah Banten pada masa itu mempunyai peranan penting dalam kerajaan Pajajaran.Dalam sejarah nusantara Banten tercatat sebagai penghasil rempah-rempah pada pelayaran Belanda pertama dalam sejarah Nusantara. Pelabuhan perdagangan yang cukup besar terletak di daerah Banten.

Keadaan Geografis Suku Baduy tinggal di daerah pedalaman terpencil yang dikelilingi pegunungan dan hutan tropis. Wilayah Baduy secara fisik terletak pada 627'27"-630' Lintang Utara (LU) dan 1083'9"-1064'55" Bujur Timur (BT), namun secara administratif merupakan bagian dari Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.Perkampungan masyarakat Baduy banyak terdapat daerah aliran sungai Ciujung yang terletak di dataran tinggi Kendeng,Banten Selatan, berjarak kurang lebih 172 kilometer sebelah barat Jakarta, 65 kilometer sebelah selatan Provinsi Banten, dan 38 kilometer sebelah selatan kota.

Masyarakat Baduy ini memiliki akses yang sulit dan kondisi lingkungan yang tidak cocok untuk pertanian modern atau industrialisasi. Oleh karena itu, mereka tetap mengandalkan pertanian tradisional berbasis ladang dan peternakan sederhana sebagai sumber penghidupan utama mereka.

Mengapa masyarakat suku baduy lebih memilih sistem ekonomi tradisional?apakah lingkungan yang mempengaruhi atau adat yang mengharuskan mereka tetap untuk melakukan sistem ekonomi secara tradisional?.

  • Suku Baduy memiliki tingkat kemandirian yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan mereka. Mereka berusaha untuk hidup dari hasil tanah mereka sendiri dan sumber daya alam yang tersedia di sekitar mereka. Praktik pertanian berkelanjutan dan pemahaman mendalam tentang lingkungan membantu mereka bertahan dengan cara ini.
  • Isolasi Sosial Suku Baduy telah hidup dalam isolasi sosial yang tinggi selama bertahun-tahun. Mereka cenderung menjauh dari kontak dengan dunia luar dan teknologi modern. Keterbatasan komunikasi dan aksesibilitas membuat sulit bagi mereka untuk mengadopsi perubahan ekonomi yang lebih modern.
  • Pengaruh Budaya dan Teknologi Asing yang Terbatas Keterbatasan kontak dengan dunia luar berarti bahwa pengaruh budaya asing dan teknologi modern sangat terbatas di kalangan Suku Baduy. Mereka cenderung mempertahankan cara hidup tradisional mereka dan menolak banyak aspek modernisasi ekonomi.

Masyarakat Baduy sebagian besar hidup dari produksi pertanian dalam  skala kecil dan perburuan. Pertanian jenis ini hanya mengandalkan sawah sebagai tempat bercocok tanam dalam sistem pertanian lahan kering (Samawa, Oma). Perburuan juga dibatasi pada wilayah kecil, hanya di kawasan hutan adat. Rusa, lutung, dan madu adalah contoh hewan buruan. Selama ini keterampilan masyarakat Baduy terpusat pada sektor pertanian, berburu, dan mulai melakukan diversifikasi jenis tanaman perkebunan, buah-buahan, dan sayur-sayuran untuk keperluan rumah tangga semata. 

Perekonomian Baduy berada di bawah tekanan yang sangat besar akibat laju pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, yang tidak sebanding dengan luas lahan pertanian tradisional Baduy. Meskipun inisiatif pemerintah yang diuraikan di atas berupaya memberikan solusi terhadap seluruh kendala yang ada , namun belum berhasil secara signifikan untuk memberi dampak peningkatan kesejahteraan bagi sebagian besar masyarakat Baduy.

Sejak sekitar tahun 1970, struktur perekonomian masyarakat Baduy telah sepenuhnya menerima perekonomian pasar dengan menggunakan uang tunai sebagai alat transaksi. Kecuali untuk tuntutan terbatas dalam lingkungan keluarga, sistem barter telah ditinggalkan. Meski banyak masyarakat Baduy yang pindah tempat dan berpindah agama, namun ikatan mereka sebagai kakek buyut masih tetap kuat. Ikatan asli ini didukung oleh hubungan perdagangan anatar wilayah suku Baduy.

Masyarakat Baduy telah berhubungan dan berbaur dengan berbagai komunitas selama ratusan tahun. Pada tahun 1960an, kampung Baduy mulai menunjukkan keterbukaannya terhadap pihak luar dengan memperbolehkan pengunjung untuk menginap dan berbicara langsung dengan mereka.

Pada tahun 1975, masyarakat Baduy mulai merespon pengobatan kesehatan kontemporer yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak. Namun, masyarakat Baduy masih menolak penerapan prinsip dan pola hidup sehat yang memenuhi persyaratan kesehatan nasional. Kesulitan yang paling besar antara lain adalah kuatnya kepercayaan masyarakat terhadap hukum adat, rendahnya tingkat pengetahuan karena masyarakat Baduy tidak diperbolehkan bersekolah di sekolah formal, serta rasa takut dan malu terhadap orang luar.

Desa Baduy Dalam mulai menerapkan pengobatan kekinian pada tahun 1997. Meskipun sudah mendapatkan pelayanan kesehatan, namun pelayanan kesehatan masyarakat Baduy dalam berbeda dengan masyarakat Baduy luar karena harus mengikuti standar adat yang berlaku. Sebagai penganut sistem budaya tradisional, masyarakat Baduy juga dapat digambarkan sebagai masyarakat yang sedang berkembang. Hal ini terjadi bukan hanya karena adanya pembangunan yang terus berlanjut, namun juga karena adanya pergeseran sikap atau adat istiadat. Perubahan yang begitu cepat dapat terlihat pada masyarakat Baduy yang berada di Baduy Luar.

Struktur sosial dan ekonomi masyarakat Baduy tidak pernah berubah. Dalam bidang sosial, mereka hidup berdampingan dan saling membantu. Semangat gotong royong tersebut terlihat dalam setiap kegiatan, seperti pembangunan rumah, pembukaan lahan, penanaman dan panen padi, pendirian leuit (lumbung) dan gudang, serta pembangunan jembatan. Kegiatan tersebut masih dilakukan secara tradisional. Namun dengan adanya modifikasi yang terus menerus menyebabkan terjadinya pergeseran adat atau adat istiadat Baduy.

Masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar memperoleh makanannya melalui usaha bercocok tanam atau berladang  (huma) dengan bercocok tanam padi dan palawija. Penerapan perusahaan yang berorientasi pasar (commerce) kini mulai diterapkan di rumah-rumah masyarakat. Masyarakat yang berdagang hampir terdapat di setiap kota (Baduy Luar).

Perubahan kehidupan sosial ekonomi masyarakat Baduy didorong oleh dua hal, yaitu kekuatan internal dan pengaruh eksternal. Unsur internal yang mempengaruhi perubahan masyarakat Baduy antara lain pertumbuhan jumlah penduduk dan adanya perselisihan dan pemberontakan dalam masyarakat, baik atas kemauan sendiri maupun akibat pengasingan. Lingkungan alam sekitar manusia serta dampak budaya orang lain merupakan variabel eksternal yang mempengaruhi perkembangan kebudayaa masyarakat Baduy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun