Fédération Internationale de Football Association (FIFA) secara resmi telah mencabut status Negara Indonesia sebagai tuan rumah  Piala Dunia U-20 tahun 2023 sejak 29 Maret lalu. Dekrit ini disampaikan oleh FIFA melalui pernyataan resmi dari pihak federai pasca diadakannya pertemuan antara Presiden FIFA, Gianni Infantino dan Ketua Umum PSSI Erick Thohir. Â
Keputusan FIFA untuk membatalkan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 sontak menuai polemik. Sebab, dugaan pembatalan FIFA disangkut-pautkan dengan penolakan kedatangan Timnas Israel oleh sejumlah pemimpin daerah di Indonesia.
Benturan kepentingan antara sepakbola dan politik menyebabkan gagalnya piala dunia menuai multiefek bagi sejumlah sektor, utamanya ekonomi dan pariwisata.
Sementara pariwisata sebagai sektor yang menyediakan akomodasi, transportasi, hingga produk kreatif berupa souvenir menjadi sektor yang terancam memiliki kerugian dalam jumlah besar. Publik yang bergerak di sektor kreatif turut menyuarakan kekecewaan mereka. Bahwa kesiapan mereka untuk menyambut tamu Piala Dunia U-20 sudah matang, terutama produksi merchandise.
Menyoal gagalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyatakan adanya kerugian perkiraan pendapatan minimal Rp 3,7 triliun. Angka ini tidak lain berasal dari potensi kunjungan wisatawan selama ajang bergengsi itu berlangsung.
Bukan sembarang menilai, angka kerugian yang cukup fantastis tersebut diproyeksikan berdasarkan pergelaran Asian Games pada tahun 2018 lalu. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan bahwa niai keuntungan Asian Games pada saat itu mencapai Rp 40 triliun. Sektor industri pariwisata yang cenderung memunculkan multiefek tentu menjadi yang cukup terdampak dari gagalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023. Geliat sport tourism yang cukup besar di Indonesia membuat sektor pariwisata menyambut baik penyelenggaraan ajang bergengsi sepak bola kelas dunia. Ajang tersebut dinilai dapat membantu pariwisata untuk bangkit dari keterpurukan sebelumnya akibat pandemi Covid-19.
Gagalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 tahun 2023 juga menyasar sektor perhotelan. Dimana ajang olahraga dalam skala besar adalah pangsa pasar tersendiri bagi bisnis di bidang hospitaliti seperti hotel.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) turut mengungkapkan kekecewaan akibat gagalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 lantaran event internasional sekelas piala dunia diharapkan akan mempercepat bangkitnya industri pariwisata setelah pandemi Covid-19 yang hingga kini belum pulih 100 persen.
Bertolak belakang dengan protes kerugian akibat gagalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20, seorang pengamat Pariwisata Abdul Hadi Faisal justru menilai polemik terkait kedatangan Timnas Israel justru tidak akan berdampak pada sektor Pariwisata Indonesia.
Menurut Hadi polemik yang terjadi tidak akan mempengaruhi indikator keputusan berkunjung wisatawan mancanegara ke Indonesia. Sebaliknya, apabila sebuah negara memberlakukan ‘travel warning’ justru meningkatkan motivasi untuk berkunjung ke negara tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H