Mohon tunggu...
Muhammad Baran Ata Labala
Muhammad Baran Ata Labala Mohon Tunggu... -

Petualang Nusantara-Indonesia Tercinta.... Menulis adalah bekerja untuk keabadian (Pramudia Ananta Toer) www.catatan-hambamoe.blogspot.com www.labala-leworaja.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ular Naga; Perspektif Al-Quran & Tradisi Mistis Orang Labala

20 Maret 2016   22:55 Diperbarui: 4 April 2017   18:18 25112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata "makhluk yang melata" yang dalam teks asli al-quran disebut dengan  "dabbah". Oleh sebagian ulama menerjemahkannya dengan "makhluk melata", yaitu makhluk yang berjalan atau bergerak berpindah tempat dengan tidak menggunakan kaki atau tangan atau sayap. Dalam pengertian umum, binatang yang punya ciri melata yaitu berjalan/berpindah dengan perut atau otot perutnya adalah ular.

Kata "dabbah" dalam al-quran memiliki kemiripan dengan kata "Deppa"  dalam bahasa Lamaholot Labala yang juga memiliki arti yang sama yaitu bergerak atau berjalan dengan perut atau melatah ditanah. Dari kata "Deppa" dalam bahasa Labala, kemudian terbentuk kata "Geppa" yang digunakan untuk nama binatang seperti kemodo/biawak yang bila berjalan terlihat seperti melata dengan menyeret perut di tanah. Selain itu, dalam banyak anggapan, komodo/biawak biasa disebut juga dengan naga darat.

Kata lain yang bersinonim dengan kata "Deppa" dalam bahasa labala adalah "doro" yang berarti melatah dipohon. Tapi kata deppa dan doro umumnya digunakan untuk aktifitas berpindah tempat atau bertumbuh pada binatang dan tumbuhan yang melata di tanah atau di pohon seperti ular atau seperti hura jawa (ketela rambat) dimu (semangka/mentimun) dll

Dalam al-quran juga ditegaskan bahwa, makhluk melata yang disebut dengan "dabbah' (ular) ini tak hanya berada dan hidup di bumi, tapi juga berada dan hidup di pelanet/galaksi/alam lain di langit.

"Dan kepada Allah sajalah bersujud segala makhluk melata yang  berada di langit dan semua makhluk melata yang ada di bumi dan juga para malaikat. Sedangkan mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri." (QS. An-Nahl: 49)

Dengan isyarat ayat seperti di atas, maka sebagian ulama mengatakan bahwa tak ada salahnya penjelasan ayat al-quran di atas menjadi isyarat bahwa ada wujud kehidupan alam lain yang memiliki makhluk yang barangkali juga memiliki kemiripan dengan kehidupan di bumi tempat kita hidup.

Tak bisa dipungkiri, kitab suci tiada lain hanyalah kitab pedoman yang menuntun manusia untuk memahami dan memaknai kebesaran dan kekuasaan Sang Pencipta. Kitab suci bukanlah seperti buku ilmiah yang menjelaskan secara terperinci fenomena dan nomena semesta, namun kitab suci juga mengandung signal/isyarat ilmiah yang  bisa dijadikan dasar mencari dan menemukan kebebenaran yang masih ditutup kabut misteri.

Ular Naga Dalam Tradisi Mistis Orang Labala

Ular Naga Adalah Simbol Air dan Siklus Kehidupan

Sebagai Orang Labala, saya tak asing dengan cerita ular naga. Tak hanya berupa cerita yang banyak orang menganggapnya sekadar mitos, namun juga ular naga dalam cerita sejarah, adalah penyebab utama pelarian Orang Labala dari Lepan-Batan. Selain itu, ritual adat yang berhubungan dengan ular naga yang dilakukan oleh Orang Labala, menjadi alasan mengapa mitos tentang ular naga ini tak asing bagi saya.

Bila ditelusuri dari jalan ceritanya dan diamati dari upacara adat berupa ritual Pao Oma (pao= memberi/membujuk/memberi makan, Oma/ume= jatah/bagian) yang di lakukan Orang Labala, Ular Naga tak lain adalah simbol yang merupakan unsur penting kehidupan yang sangat lekat dengan kehidupan manusia. Simbol yang saya maksudkan adalah Air. Air adalah salah satu unsur terpenting yang juga menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia. Bahkan menurut kajian ilmu pengetahuan, air disinyalir sebagai asal mula kehidupan semua makhluk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun