Mohon tunggu...
MuhammadBangkit
MuhammadBangkit Mohon Tunggu... Guru - MBS Kertek Wonosobo

Cogitationis poenam nemo patitur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kehidupan Crazy Rich di Era Rasulullah SAW

22 Januari 2025   11:21 Diperbarui: 22 Januari 2025   11:21 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Istilah crazy rich kerap digunakan di era modern untuk menggambarkan orang-orang dengan kekayaan luar biasa yang menggunakan hartanya untuk berbagai tujuan, baik untuk diri sendiri maupun untuk kepentingan sosial. Namun, pernahkah kita memikirkan bagaimana Islam memandang kekayaan dan bagaimana crazy rich di era Rasulullah SAW. beraktivitas sehari-hari?

Islam tidak melarang umatnya menjadi kaya. Sebaliknya, kekayaan dianggap sebagai karunia Allah yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat. Para sahabat Rasulullah SAW., seperti Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, dan Abu Bakar Ash-Shiddiq, adalah contoh crazy rich di era Rasulullah SAW. yang menggunakan harta mereka untuk mendukung dakwah Islam dan membantu sesama.

Islam memandang kekayaan sebagai amanah dari Allah yang harus dikelola dengan bijaksana. Kekayaan bukanlah tujuan hidup, melainkan alat untuk mencapai keridhaan Allah dan memberikan manfaat kepada sesama. Allah SWT. berfirman:


"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qashash: 77)

Ayat tersebut menegaskan bahwa Islam mengajarkan keseimbangan dalam memanfaatkan kekayaan. Kekayaan harus digunakan untuk mencari kebahagiaan akhirat, namun tanpa melupakan hak duniawi. Islam tidak mengajarkan hidup miskin, tetapi mendorong umatnya untuk menjadi kaya dengan cara yang halal dan memberdayakan kekayaan untuk kebaikan.

Salah satu contoh crazy rich di era Rasulullah SAW. adalah Abdurrahman bin Auf. Beliau adalah seorang sahabat yang dikenal sebagai pengusaha sukses dan dermawan yang luar biasa.

Saat berhijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf meninggalkan seluruh hartanya di Mekkah. Di Madinah, ia memulai usahanya dari nol. Ketika salah seorang sahabat dari kalangan Anshar, Sa'ad bin Rabi', menawarkan harta dan istri untuk dinikahi, Abdurrahman dengan santun menolak dan berkata: "Tunjukkanlah aku pasar."

Dengan kerja keras dan ketekunan, ia membangun kembali kekayaannya hingga menjadi salah satu sahabat terkaya. Namun, yang paling menonjol dari Abdurrahman bin Auf bukanlah kekayaannya, melainkan bagaimana ia mengelola hartanya. Ia menggunakan kekayaannya untuk mendukung dakwah Islam, membantu fakir miskin, dan membebaskan budak. Rasulullah SAW. pernah bersabda tentang Abdurrahman bin Auf:

"Abdurrahman bin Auf adalah salah satu penghuni surga, dan ia akan masuk surga sambil merangkak karena hartanya yang banyak. Maka ia mempercepat langkahnya dengan menginfakkannya di jalan Allah." (HR. Ahmad)

Hadis ini menunjukkan bahwa meskipun memiliki kekayaan besar, Abdurrahman bin Auf memahami pentingnya membelanjakan hartanya di jalan Allah agar tidak menjadi beban di akhirat.

Contoh lain dari crazy rich di era Rasulullah SAW. adalah Utsman bin Affan. Beliau adalah seorang saudagar kaya raya yang dikenal dengan kemurahan hatinya. Salah satu kontribusi terbesar Utsman adalah membeli sumur milik seorang Yahudi di Madinah untuk kepentingan umat Islam.

Ketika umat Islam mengalami kesulitan mendapatkan air bersih, Utsman bin Affan membeli sumur tersebut seharga 20.000 dirham (jumlah yang sangat besar saat itu) dan menghibahkannya untuk digunakan secara gratis oleh kaum Muslimin.

Selain itu, Utsman juga menginfakkan hartanya untuk mendukung ekspansi Islam, termasuk membiayai kebutuhan pasukan dalam Perang Tabuk. Rasulullah memuji kedermawanannya dengan bersabda:

"Tidak ada sesuatu yang akan membahayakan Utsman setelah hari ini." (HR. Tirmidzi)

Utsman bin Affan adalah contoh nyata bagaimana seorang Muslim yang kaya dapat menggunakan hartanya untuk mendukung dakwah dan kepentingan umat.

Dalam Islam, kekayaan bukan hanya nikmat, tetapi juga ujian. Allah SWT. berfirman:


"Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan, dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS. Al-Anfal: 28)

Para sahabat yang kaya raya memahami bahwa harta bukanlah tujuan akhir, tetapi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mereka menjadikan kekayaan sebagai alat untuk berbuat kebajikan dan mendukung perjuangan Islam.

Para crazy rich di era Rasulullah SAW., seperti Abdurrahman bin Auf dan Utsman bin Affan, adalah teladan nyata bagaimana seorang Muslim yang kaya dapat memanfaatkan kekayaannya untuk kebaikan. Mereka tidak menjadikan harta sebagai tujuan hidup, tetapi sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, mendukung dakwah Islam, dan membantu sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun