Mohon tunggu...
Muhammad Baihaqi
Muhammad Baihaqi Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Rajin membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Presensi Tentang Dinamika Tumbuhnya Islam Nusantara

22 Desember 2023   20:28 Diperbarui: 22 Desember 2023   20:36 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai mahasiswa Institut Agama Islam Al-Qodiri di Jember, Jawa Timur, saya, Muhammad Baihaqi ( NIM : 2021096011947), merasa penting untuk membahas dan mendalami tentang islam Nusantara, ini merupakan model pemikiran, pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran Islam yang dikemas melalui pertimbangan budaya atau tradisi yang berkembang di wilayah Asia Tenggara (tetapi kajian ini dibatasi pada Indonesia), sehingga mencerminkan identitas Islam yang bernuansa metodologis. Identitas ini ketika disosialisasikan di kalangan umat Islam, khususnya para pemikirnya direspons dengan tanggapan yang kontroversial: ada yang menolak identitas Islam Nusantara itu karena Islam itu hanya satu, yaitu Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Sebaliknya, banyak pemikir Islam yang menerima identitas Islam Nusantara itu. Bagi mereka, Islam hanya satu itu benar secara substantif, tetapi ekpresinya beragam sekali, termasuk Islam Nusantara. Islam ini ditampilkan (dipikirkan, dipahami dan diamalkan) melalui pendekatan kultural. Hasilnya melahirkan model pemikiran, pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran Islam yang ramah, moderat, inklusif, toleran, cinta damai, harmonis, dan menghargai keberagaman. Keberagamaan Islam demikian ini terjadi lantaran perjumpaan Islam dengan budaya (tradisi) lokal, khususnya Jawa, yang biasa disebut akulturasi budaya. Islam Indonesia patut menjadi contoh cara berislam yang demikian. Model Islam yang serba menyejukkan ini perlu dipublikasikan secara internasional dan diharapkan mampu menggugurkan persepsi dunia bahwa Islam itu penuh kekerasan. Karena tidak sedikit orang yang meng idiologikan agama islam itu sebagai agama yang penuh dengan kekerasan.

SEJARAH TENTANG MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA

masuknya Islam ke Nusantara diketahui sudah ada sejak abad ke-19 dan di latar belakangi oleh adanya kegiatan perdagangan. Masuknya agama Islam ke Indonesia ini sejalan dengan berkembangnya perdagangan antara negara Arab, India, Teluk Persia, Selat Malaka, dan Kepulauan Indonesia yang berlangsung pada abad ke-7 hingga abad ke-15 M. Secara umum, terdapat empat teori utama yang menjelaskan tentang sejarah masuknya agama Islam ke Indonesia yang dilakukan melalui perdagangan,maka dari sinilah tumbuh yang Namanya islam nusantra.

BERIKUT BEBERAPA TEORI YANG DI PAPARKAN OLEH PARA AHLI TENTANG TUMBUHNYA ISLAM NUSANTARA

  • Teori Gujarat

Teori ini dicetuskan oleh G.W.J. Drewes dan beberapa tokoh lainnya yang meyakini bahwa agama Islam dibawa ke Nusantara oleh para pedagang dari Gujarat, India pada abad ke-13 Masehi. Pedagang dari Gujarat tersebut datang melalui Selat Malaka dan menjalin hubungan dengan masyarakat lokal hingga melahirkan Kesultanan Samudera Pasai yang menjadi kerajaan Islam pertama di Indonesia.

  • Teori Mekah

Teori ini memperkirakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dari pedagang Timur Tengah. Menurut Buya Hamka, Islam sudah menyebar di Nusantara sejak abad ke-7 M yang dibuktikan dari kedatangan orang-orang Arab. Teori Mekah juga didukung oleh T.W. Arnold yang menyatakan bahwa saudagar Arab cukup dominan dalam aktivitas pedagangan di Nusantara hingga membentuk komunitas muslim.

  • Teori Persia

Teori Persia didukung oleh Umar Amir Husen dan Husein Djajadiningrat yang berpendapat bahwa tradisi dan kebudayaan Islam di Indonesia mempunyai persamaan dengan Persia. Contohnya seperti batu nisan bercorak Islam di Nusantara dan beberapa ritual di Nusantara yang serupa dengan ritual di Persia.

  • Teori Cina

Sejarah masuknya Islam ke Nusantara juga diperkirakan masuk dari Cina yang dibawa oleh panglima muslim dari kekhalifahan di Madinah pada era Khalifah Ustman bin Affan. Bukti yang mendukung teori ini adalah banyaknya pendakwah Islam yang merupakan keturunan Cinadan memiliki pengaruh besar di Kesultanan Demak.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun