Mohon tunggu...
Muhammad Azwardi Irpan
Muhammad Azwardi Irpan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya antisipasi bukan partisipasi

Selanjutnya

Tutup

Film

Sri Asih Potensi yang Masih Perlu Diasah

10 Desember 2022   23:12 Diperbarui: 10 Desember 2022   23:23 1293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Identitas Film

Judul : Sri Asih

Jenis Film : Laga hidup, aksi, pahlawan super

Produser : Bismarka Kurniawan, Wicky V. Olindo,  dan Joko Anwar

Penulis : Upi dan Joko Anwar

Perusahaan Produksi : Screenplay Bumilangit, SK Global, Legacy Pictures, DMMX Media, dan Adhya Group

Seperti halnya film pahlawan super produksi Hollywood yakni Marvel Cinamatic Universe (MCU) dan DC Etended Universe (DCEU), Sri Asih merupakan film adaptasi dari seri buku komik klasik Indonesia yang juga berjudul Sri Asih karya R. A. Kosasih pada 1954. Sri Asih merupakan film kedua dari Jagat Sinema Bumilangit atau Bumilangit Cinematic Universe (BLCU) yang disutradarai oleh Upi. Berawal dari film Gundala pada 2019 lalu, kemudian dilanjutkan dengan pahlawan super wanita pertama pada film kedua ini yakni Sri Asih. Setelah ditunda hampir dua tahun sejak 2020 silam, akhirnya Sri Asih tayang di bioskop pada 17 November 2022.

Sinopsis

Kisah Sri Asih berawal dari Alana yang diperankan oleh Pevita Pearce sebagai anak yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan. Alana lahir bersamaan dengan letusan gunung merapi yang membuat orang tuanya wafat pada hari itu. Ketika memasuki ke usia anak-anak, Alana diadopsi oleh pengusaha kaya bernama Sarita Hamzah yang diperankan oleh Jenny Chang. Ia merawat dengan sepenuh hati seperti anak sendiri.

Seiring berjalannya waktu, ketika Alana beranjak dewasa, ia memilih karier sebagai penggulat. Ia dianugerahi fisik yang kuat dari manusia normal. Namun demikian, ia sulit untuk mengontrol emosinya. Bahkan emosi tersebut menjadi rasa takut bagi Alana karena terus menghantuinya melalui mimpi yang diwujudkan sebagai Dewi Api.

Alana memiliki rekor tak terkalahkan dalam bergulat sehingga menarik perhatian Mateo Adinegara yang diperankan oleh Randy Pangalila yakni anak semata wayang konglomerat Prayogo Adinegara yang diperankan oleh Surya Saputra. Mateo mengajak Alana untuk berduel. Sebelum bertanding, tangan kanan keluarga Mateo yakni Jagau yang diperankan oleh Revaldo meminta Alana untuk kalah demi menjaga martabat dan ego Mateo.

Karena terbawa emosi Alana, ia malah membantai Mateo hingga kalah telak. Hal ini menyebabkan pertikaian sehingga Mateo membalas dengan menyerang klub dan ibu tirinya Alana. Keluarga Adinegara bebas melakukan tindakan kotor karena punya kendali atas para polisi korup.

Alana kemudian bertemu Kala yang diperankan oleh Dimas Anggara dan Eyang Mariani yang diperankan oleh Christine Hakim, dua orang yang mengetahui latar belakang sosok Dewa Api. Dengan bantuan Kala dan Eyang Mariani, Alana mendapat informasi bahwa ia merupakan titisan Dewi Asih, sang Dewi Keadilan. Ia harus mengemban tugas untuk mengatasi keluarga Adinegara dan pihak-pihak lain yang mengancam keselamatan umat manusia.

Tanggapan Tentang Film Sri Asih

Tidak bisa dipungkiri bahwa industri hiburan film masih sangat diminati oleh masyarakat apalagi dengan jenis film tentang pahlawan super. Hal ini terlihat dari film pahlawan super luar negeri yang memukau. Penonton menikmati kaloborasi dan interaksi antara pahlawan super dengan pahlawan super lainnya untuk membasmi kejahatan dalam satu jagat sinema. Akhirnya Indonesia memiliki jagat sinemanya sendiri yakni Jagat Sinema Bumilangit atau Bumilangit Cinematic Universe (BLCU). BLCU sangat disambut dengan baik dari film pertamanya yaitu Gundala. BLCU kemudian merilis film keduanya yakni Sri Asih. Namun, penayangannya terus ditunda hingga akhirnya tayang pada 17 November 2022.

Penayangan yang ditunda-tunda malah menjadi poin minus dari film ini karena efek dari menunggu membuat hilangnya hype penikmat film. Patut diapresiasi keberanian penayangan Sri Asih yang berdekatan dengan film pahlawan super dari luar negeri yakni Black Panther: Wakanda Forever yang menjadi saingan berat. Namun, tetap saja pemilihan waktu penayangan ini terasa padat karena penonton sudah disuguhi 2 film pahlawan super, Black Adam (19 Oktober 2022) dan Black Panther: Wakanda Forever (9 November 2022). Ada baiknya mempertimbangkan kembali perilisan film Sri Asih agar tidak terlalu padat dan kosong. Berbeda dengan film dari Jagat Sinema Bumilangit sebelumnya yakni Gundala yang tidak memiliki saingan berat ketika perilisannya.

Cerita film Sri Asih berfokus kepada karakter utama yakni Alana dan latar belakang dari legenda Dewi Asih. Keunggulan tersebut sangat terlihat bagaimana karakter utama tersebut ditempa hingga menjadi Sri Asih. Emosi dan motivasi karakter utama disampaikan secara jelas dari film ini. Alur cerita dibawakan secara rapi dan tidak memaksa apalagi pada adegan kilas balik. Namun, karena berfokus pada karakter utama dan latar belakang legenda Dewi Asih mengakibatkan eksekusi karakter pendukung yang kurang baik, seperti pengenalan dan pengembangan karakter yang terasa terburu-buru. Contohnya saja Kala dan Eyang Mariani yang tidak dijelaskan latar belakang sehingga kemunculan mereka terasa tiba-tiba. Begitu juga dengan Renjana yang perannya tidak menonjol yang alih-alih dikatakan sebagai orang yang banyak membantu Tangguh. Beberapa karakter pendukung di akhir film yang tidak diketahui nasibnya menjali plot hole atau rampung alur dalam film ini.

Pemilihan pemeran dalam film ini sudah bagus. Pevita Pearce mampu membawakan karakter utama Alana alias Sri Asih secara totalitas baik berakting ataupun beraksi. Koreografi perkelahian yang diberikan memukau dan cocok dengan karakter utama dengan nuansa gagah dan elegan. Tapi dari segi aspek kebahasaan masih perlu perhatikan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa gaul sehingga ketika berpindah ke bahasa baku maka akan terkesan kaku.

Sri Asih sudah mampu mengangkat standar baru di industri perfilman Indonesia untuk jenis laga hidup pahlawan super. Efek visual yang disajikan sudah bisa memanjakan mata sehingga bisa meyakinkan kejadian secara nyata kepada penonton. Namun, Sri Asih tidak terlepas dari kekurangan terutama pada eksekusi aspek yang mendukung jalan cerita. Semoga saja untuk film berikutnya yakni Virgo & The Sparklings dapat lebih baik dan mendapat dukungan penuh dari penikmat film.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun