Mohon tunggu...
Muhammad Azka Ulin Nuha
Muhammad Azka Ulin Nuha Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA

Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dinamika Sejarah Pancasila dan Urgensi Pendidikan Pancasila

30 November 2024   23:15 Diperbarui: 30 November 2024   23:14 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pancasila, yang seharusnya menjadi ideologi yang membumi, justru dijadikan alat indoktrinasi dan dimonopoli oleh negara. Dengan jatuhnya rezim Orde Baru, masyarakat menjadi trauma terhadap Pancasila, yang sering diidentikkan dengan pemerintah yang otoriter. Meskipun demikian, Pancasila tetap menjadi dasar resmi bangsa dan negara, dan penting untuk mempelajari serta mengkonseptualisasikan Pancasila secara terus-menerus. Untuk menghindari kehilangan arah, Pancasila harus diletakkan kembali secara proporsional dan kontekstual sesuai dengan semangat zaman.

Akhir dari rezim Orde Baru dan memasuki masa reformasi membawa harapan besar bagi rakyat Indonesia untuk kehidupan yang lebih baik dalam berbangsa dan bernegara. Masa reformasi ditandai dengan pembaruan fundamental di berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, hukum, dan kesehatan. Para mahasiswa dan aktivis menjadi pelopor gerakan ini, mendorong diskusi kembali mengenai Pancasila melalui berbagai seminar, lokakarya, dan kongres. Banyak tulisan dari berbagai ahli menunjukkan bahwa Pancasila tetap diperlukan sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Salah satu pemikiran menarik datang dari Azyumardi Azra dalam tulisannya yang berjudul "Revisi Pancasila," yang terdapat dalam buku "Merajuk Nusantara Rindu Pancasila." Ia mengungkapkan bahwa revitalisasi dan rejuvenasi Pancasila masih jauh dari harapan. Pancasila, sebagai dasar ideologi dan pedoman bersama untuk bangsa yang plural, tetap marginal dalam diskursus nasional. Tiga faktor utama menyebabkan marginalisasi ini: pertama, banyak orang masih mengingat Pancasila sebagai alat politik yang disalahgunakan oleh rezim Soeharto; kedua, liberalisasi politik yang diprakarsai oleh presiden BJ Habibie membuka ruang bagi ideologi lain, terutama yang berbasis agama; ketiga, desentralisasi dan otonomi daerah memperkuat nasionalisme lokal yang dapat bersinggungan dengan etnonasionalisme dan sentimen agama. Suhartono W. Pranoto, seorang pakar sejarah dari Universitas Gadjah Mada, menyatakan bahwa menegakkan Pancasila dan konsistensinya tidaklah mudah. Sepanjang sejarah, Pancasila telah berusaha dikokohkan, mulai dari era Soekarno hingga Soeharto, meskipun situasi memburuk pasca-reformasi. Pada masa Gus Dur dan Megawati, Pancasila terlihat terjaga, tetapi di era SBY, Pancasila tampak kehilangan pamor.

Setiap warga negara Indonesia, dari tingkat SD hingga perguruan tinggi, mempelajari pendidikan kewarganegaraan atau pendidikan pancasila sebagai upaya untuk mempromosikan nilai-nilai kebangsaan dan upaya untuk bisa mengaktualisasi dalam kehidupan sehari-hari. Para pelajar atau mahasiswa adalah generasi penerus bangsa juga merupakan agen perubahan, maka dari itu pendidikan pancasila penting dipelajari karena didalamnya terdapat nilai-nilai yang luhur, perlu ditanamkan untuk menjadi pedoman, landasan dan fondasi hidup berbangsa dan bernegara yang baik. agar bisa bersaing dalam kancah internasional dengan menjadi manusia yang beriman dan takwa kepada tuhan yang maha esa, memiliki kepribadian baik, bisa menjaga persatuan, mentradisikan gotong royong, berkarakter tangguh, berani membela kebenaran, dan bisa menegakkan keadilan.

Tujuan diselenggarakannya Pendidikan Pancasila untuk dapat membentuk warga negara yang baik dan paham akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara serta memiliki rasa cinta dan nasionalisme terhadap negara Indonesia. Tujuan pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi adalah untuk: 1. Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Agar mahasiswa dapat mengembangkan karakter manusia Pancasilais dalam pemikiran, sikap, dan tindakan. 3. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta membimbing untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 4. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui sistem pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD RI Tahun 1945. 5. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta penguatan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat berlandaskan Pancasila, untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan eksternal masyarakat bangsa Indonesia. (Derektorat, 2013).

Aktualisasi Pancasila di lingkup kampus khususnya di UIN Raden mas Said Surakarta yaitu bisa ditemukan di saat PBAK(Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan) 2024. Pada saat itu mahasiswa dari berbagai daerah berkumpul dan saling berkenalan, saling menghormati, dan bisa saling berteman walaupun mungkin memiliki latar belakang daerah dan budaya asalnya yang berbeda-beda. Selain itu juga di waktu sholat, Sebagian mahasiswa melaksanakan ibadah sholat dengan berjamaah di Musholla Fakultas.

Ref.

https://nasional.okezone.com/read/2021/06/01/337/2417589/hari-lahir-pancasila-ini-pengertian-pancasila-secara-etimologis-terminologis-dan-historis. [diakses pada tanggal 15 Oktober 2024].

https://sumedang.kemenag.go.id/post/selamat-hari-lahir-pancasila. [diakses pada tanggal 15 Oktober 2024].

 https://bpip.go.id/berita/tujuan-pendidikan-pancasila-di-perguruan-tinggi-ketahui-landasannya. [diakses pada tanggal 15 Oktober 2024].

Buku pendidikan pancasila: Karsadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun