Â
Isu-isu kekerasan perempuan dan seksualitas akhir-akhir ini menggembar-gembor di berbagai media massa Nasional. Menurut Komnas Perempuan tak hanya satu atau dua kasus saja namun mencapai angka 4.000 kasus sejak Januari hingga September 2021.Â
Bayangkan betapa banyak perempuan di luar sana yang menerima kenyataan itu? Sungguh memilukan dan menyayat hati. Lebih miris lagi apabila terjadi pada anak di bawah umur. Tentu dampak secara psikologisnya begitu mendalam. Anak usia 7-15 tahun secara psikologis masih dikategorikan sebagai manusia-manusia yang tengah mencari pondasi hidup.Â
Agar nanti hidupnya jauh lebih baik dari yang tengah dirasakan. Namun, jika mereka yang masih muda telah mengalami tekanan batin yang begitu kuat dan menusuk apakah pondasi hidup mereka akan kokoh? Itu tergantung masing-masing pribadi, ada yang kuat, ada yang langsung depresi, bahkan ada yang langsung bunuh diri.
Syariat yang Dijadikan Topeng SyahwatÂ
Akhir-akhir ini seluruh media di televisi, media online, media cetak, dan media massa yang lain serentak mengangkat isu kekerasan perempuan dan seksualitas. Tidak terhitung lagi jumlah berita yang tersiar dan terngiang di otak kita. Pastinya berita-berita seperti itu begitu mengagetkan.Â
Bagaimana tidak? Seperti berita yang tersiar dan yang paling menarik perhatian penulis sendiri adalah berita mengenai Ustad Cabul Pemerkosa 12 Santriwati di Bandung.Â
Bagaimana tidak menarik? Sedangkan pelaku pencabulan adalah seorang ustad yang notabenenya tahu dan paham akan syariat. Tetapi, sangat ironis sekali karena ustad yang seharusnya menjadi tiang di setiap masalah justru menjadi ranjau yang menjebak korban-korbannya.
Sungguh memilukan syariat disalahgunakan untuk membodohi anak-anak di bawah umur yang sedang menempa itu. Mereka-Para Santriwati merupakan anak-anak yang penurut. Hal tersebut terbukti pada salah satu fakta yang mana Sang Ustad membujuk dengan dalih Murid harus taat pada Guru.Â
Dengan dalih dan doktrin seperti itu secara otomatis anak-anak polos ini menaati kelakuan cabul Sang Ustad. Begitu rusaknya pendidikan moral di pesantren jika ustad-ustad yang dijadikan teladan mempunyai topeng syahwat. Lebih pilunya lagi ketika mendengar ada beberapa korban yang tengah mengandung anak ustad biadab tersebut. Apa mungkin orang biadab seperti itu mau bertanggungjawab?Â
Tentu saja itu hanya pelumas agar syahwatnya terus tersalurkan. Yang tidak habis pikir itu jumlah korban yang mencapai 12 anak. Apakah masuk akal? Apakah santriwati-santriwati ini terlalu polos? Tidak ada perlawanan? Atau ustad biadab ini yang terlalu bernafsu sehingga melakukan segala cara agar nafsunya tersalurkan.Â