Dilansir dari laman el.iti.ac.id (Maret 19, 2023), berbagai perguruan tinggi, seperti Universitas Putra Malaysia (UPM), telah merespons kehadiran ChatGPT dengan mengeluarkan panduan penggunaan dalam kegiatan akademik. Panduan tersebut antara lain mencakup:
Mahasiswa diizinkan menggunakan ChatGPT dengan ruang diskusi terkait aturan akademik yang telah ditetapkan.
Memastikan mahasiswa memahami kuliah melalui asesmen yang menilai pemahaman mereka, dan mengevaluasi referensi yang digunakan.
Memperbanyak aktivitas diskusi dan tugas kolaboratif agar mahasiswa dapat melatih keterampilan berpikir kritis mereka.
Menggunakan ChatGPT untuk meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran dengan meminta mereka untuk memasukkan data atau pandangan pribadi.
Universitas Cambridge dan Warwick University di Inggris juga mengeluarkan kebijakan serupa, dengan Cambridge mengizinkan penggunaan ChatGPT dengan syarat tidak digunakan untuk menulis tugas kuliah atau ujian. Sementara Warwick University menilai penggunaan ChatGPT sebagai hal yang positif bagi mahasiswa untuk belajar.
Etika Penggunaan ChatGPT dalam Penulisan
Di dunia akademik, penerbit jurnal ilmiah seperti Elsevier dan Cambridge University Press pada laman el.iti.ac.id (Maret 19, 2023) juga telah mengeluarkan panduan etika terkait penggunaan ChatGPT dalam penulisan dan publikasi karya ilmiah. Dalam kebijakan etika publikasi Elsevier, disebutkan bahwa ChatGPT hanya boleh digunakan untuk meningkatkan keterbacaan dan ketepatan bahasa dalam artikel, bukan untuk menggantikan peran penulis dalam memberikan pandangan atau analisis data. Penulis wajib melakukan review dan editing terhadap hasil dari ChatGPT, karena bisa saja mengandung kesalahan atau bias. Selain itu, penulis harus menyatakan penggunaan ChatGPT dalam naskah mereka untuk memastikan transparansi dan kredibilitas, contoh:Â
"Bagian dari proses penulisan ini dibantu oleh ChatGPT untuk memperbaiki tata bahasa dan struktur kalimat."
ChatGPT Sebagai Alat Pemacu Kreativitas, Bukan Penghalang
ChatGPT bukanlah ancaman bagi kreativitas, melainkan alat yang dapat memperkaya proses kreatif kita apabila digunakan dengan bijaksana. Dengan mengintegrasikan teknologi ini secara etis, kita dapat memaksimalkan manfaatnya tanpa mengorbankan orisinalitas. Menggunakan ChatGPT secara bijak dapat meningkatkan produktivitas dan kreativitas kita. Teknologi ini memungkinkan kita untuk melihat berbagai perspektif baru yang sebelumnya mungkin tidak terpikirkan. Namun, kreativitas sejati tetap memerlukan eksplorasi dan refleksi pribadi. Sebagai pengguna, kita memiliki kendali penuh atas bagaimana teknologi ini dimanfaatkan. Jika digunakan dengan etika dan tanggung jawab, ChatGPT bisa menjadi mitra yang bermanfaat tanpa mengurangi kemampuan berpikir mandiri.