Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan Aziz
Muhammad Ridwan Aziz Mohon Tunggu... Guru - Flexible Realist

Saat libur, aku sering berencana bersih-bersih rumah atau bikin kerajinan tangan untuk anak dari YouTube, tapi malah asyik rebahan seharian nonton anime.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Debat sebagai Inovasi Pembelajaran Sosiologi: Tingkatkan Keaktifan pada Materi Globalisasi dan Masyarakat Digital

23 November 2024   09:50 Diperbarui: 23 November 2024   09:50 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Situasi Debat Siswa (Sumber: Dok. Pribadi)

Proses pembelajaran di kelas seringkali dihadapkan pada tantangan untuk membuat siswa aktif berpartisipasi. Di MAN 2 Kulon Progo, guru kelas XII menghadapi situasi serupa. Siswa terlihat kurang antusias saat diminta menyampaikan pendapat atau memberikan tanggapan setelah presentasi. Audiens cenderung pasif, bahkan dalam materi yang relevan dan menarik pada pembelajaran sosiologi seperti Globalisasi dan Masyarakat Digital. Kondisi ini mendorong inovasi metode pembelajaran dengan menerapkan debat sebagai alternatif strategi pembelajaran.

Mengapa Debat?

Debat merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang melibatkan siswa dalam interaksi dua arah secara mendalam. Dalam debat, siswa tidak hanya menyampaikan argumen, tetapi juga belajar mendengarkan, menganalisis, dan merespons argumen pihak lain secara kritis. Kegiatan ini melatih siswa untuk berpikir cepat dan logis, sekaligus meningkatkan rasa percaya diri.

Pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Anom Sarwa Adi Widagda, dkk. (2020) di SMPN 6 Singaraja, diterapkan pembelajaran debat pada mata pelajaran PPKn untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa meningkat selama diskusi debat di kelas. Peningkatan ini dianalisis secara kualitatif dengan membandingkan rata-rata nilai berpikir kritis siswa pada siklus 1 dan siklus 2. Rata-rata nilai berpikir kritis siswa meningkat dari 72,9 pada siklus 1 menjadi 80 pada siklus 2, dengan peningkatan sebesar 7,1 poin.

Pada materi Globalisasi dan Masyarakat Digital, debat sangat relevan karena topiknya bersifat dinamis dan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Tema ini mencakup isu-isu yang memancing beragam opini, seperti pengaruh teknologi terhadap budaya lokal, dampak media sosial pada kehidupan sosial, hingga tantangan etika dalam dunia digital.

Agar siswa lebih antusias dalam kegiatan debat ini, guru mengelompokkan mereka berdasarkan minat. Siswa dibagi menjadi dua tim, yaitu tim debat dan tim kreator. Tim debat bertugas menyampaikan dan mempertahankan argumen dalam diskusi, sementara tim kreator bertugas mendokumentasikan dan membuat konten kreatif dari kegiatan debat tersebut.

Foto Kondisi Debat Siswa (Sumber: Dok. Pribadi)
Foto Kondisi Debat Siswa (Sumber: Dok. Pribadi)

Pelaksanaan Kegiatan Debat

Kegiatan debat ini dilaksanakan dalam beberapa tahap:

  • Pembagian Kelompok: Siswa dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu tim debat dan tim kreator. Tim debat selanjutnya dibagi menjadi dua kelompok kecil, yaitu kelompok pro (yang mendukung suatu argumen) dan kelompok kontra (yang menentang argumen tersebut). Sementara itu, tim kreator bertugas mendokumentasikan jalannya debat dan membuat konten kreatif berdasarkan pelaksanaan kegiatan debat.

Lihat juga Video Sampel Debat Siswa

  • Pemberian Tema: Setiap kelompok diberikan topik spesifik yang berkaitan dengan globalisasi dan masyarakat digital, misalnya, "Globalisasi dan Masyarakat Digital: Memberi Peluang atau Tantangan?"

Lihat materi pengantar debat Globalisasi dan Masyarakat Digital

  • Persiapan: Siswa diberi waktu untuk mencari informasi dan menyusun argumen berdasarkan data yang valid. Guru bertindak sebagai fasilitator untuk memastikan sumber informasi yang digunakan siswa relevan dan kredibel.

  • Pelaksanaan Debat: Debat berlangsung dalam beberapa sesi. Setiap sesi terdiri dari paparan argumen, tanggapan dari pihak lawan, dan sesi kesimpulan.

  • Evaluasi: Guru memberikan umpan balik terhadap penyampaian, relevansi argumen, dan kerja sama tim.

Hasil yang Dicapai

Hasil dari pelaksanaan debat menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada keaktifan siswa. Beberapa siswa yang sebelumnya pendiam mulai berani menyampaikan argumen mereka di depan kelas. Siswa menjadi lebih terlibat dalam diskusi, bahkan audiens yang tidak terlibat langsung dalam debat turut aktif memberikan apresiasi, seperti tepuk tangan, ketika kedua tim debat beradu argumen dengan sengit. Selain itu, kegiatan debat berhasil menciptakan suasana pembelajaran yang lebih hidup dan interaktif.

Fathia, salah seorang siswa kelas XII, berkomentar, "Kegiatan debat ini sangat seru karena topik yang dibahas sangat krusial dan relevan. Bahkan rasanya waktu yang tersedia kurang cukup untuk membahas topik menarik tersebut secara tuntas. Hal yang juga menarik adalah setelah debat selesai, langsung ada evaluasi dari Pak Aziz (Guru). Evaluasi ini sangat membantu karena kami bisa langsung mengetahui kekurangan dari argumen yang disampaikan oleh masing-masing tim dan menjadikannya bahan pembelajaran untuk ke depannya."

Sementara itu, Helin, juga siswa kelas XII, menyampaikan, "Kegiatan ini seru, terutama karena ini pengalaman pertama, jadi ada rasa deg-degan juga. Tapi secara keseluruhan, kegiatan berjalan dengan baik dan bisa terkontrol."

Kegiatan debat ini juga memberikan banyak manfaat bagi siswa. Selain melatih mereka berpikir kritis dan berbicara di depan umum, debat membantu siswa meningkatkan kepercayaan diri. Kerja sama dalam tim debat juga melatih mereka untuk saling mendukung dan membangun argumen secara kolektif, yang menjadi bekal penting untuk masa depan. Hal yang paling menarik adalah bagaimana siswa yang biasanya pendiam mulai menunjukkan keberanian mereka. Debat ini membuka peluang bagi mereka untuk tampil dan menyampaikan pendapat dengan percaya diri.

Evaluasi langsung dari guru menjadi bagian penting dari proses pembelajaran. Dengan evaluasi ini, siswa tidak hanya mengetahui kekurangan mereka tetapi juga mendapatkan solusi konkret untuk memperbaikinya. Hal ini memotivasi siswa untuk lebih siap dalam kegiatan serupa di masa mendatang.

Untuk kegiatan debat berikutnya, mungkin akan lebih menarik jika diberikan waktu tambahan agar setiap tim dapat membahas topik lebih mendalam. Selain itu, variasi format debat bisa dipertimbangkan untuk menciptakan suasana yang semakin dinamis dan menantang.

Kesimpulan

Debat sebagai metode pembelajaran aktif terbukti efektif untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas XII MAN 2 Kulon Progo, terutama pada materi yang menuntut diskusi kritis seperti Globalisasi dan Masyarakat Digital. Metode ini tidak hanya meningkatkan partisipasi siswa, tetapi juga membantu mereka mengembangkan kemampuan berpikir kritis, berbicara di depan umum, dan bekerja sama dalam tim. Ke depan, metode debat ini dapat terus dikembangkan untuk topik-topik lain yang relevan dan menantang.

Dengan inovasi seperti ini, proses pembelajaran tidak hanya sekadar transfer ilmu, tetapi juga menjadi ajang bagi siswa untuk mengasah keterampilan hidup yang sangat dibutuhkan di era digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun