Mohon tunggu...
Muhammad Ayub Abdullah
Muhammad Ayub Abdullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IIQ An-Nur Yogyakarta - Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Menulis adalah keabadian

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Memukul Anak yang Tidak Mau Salat?

1 Juni 2022   21:09 Diperbarui: 1 Juni 2022   21:12 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Republika Online 

Salat merupakan salah satu kewajiban yang harus didirikan oleh umat muslim yang sudah baligh. Ada banyak sekali dallil yang menerangkan tentang hukum wajibnya salat. Salah satu contohnya adalah yang terdapat pada Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat ke 43, yang berbunyi :

"Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk"

            Kemudian di dalam hadits riwayat Al-Baihaqi, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda mengenai kewajiban salat :

"Salat adalah tiang agama, maka barang siapa yang mendirikannya, sungguh ia telah menegakkan agama; dan barang siapa merobohkannya, sungguh ia telah merobohkan agama"

Para Ulama pun telah bersepakat bahwa mengerjakan Salat adalah wajib hukumnya bagi setiap umat muslim dan tidak ada sedikitpun perbedaan pendapat mengenainya. Maka, berdasarkan banyaknya dallil mengenai kewajiban salat, tiada lagi ruang bagi kita untuk mencari celah akan ketidakwajiban salat.

Namun, ada satu hal yang cukup menarik untuk dijadikan bahan diskusi, yaitu tentang memukul anak yang tidak mau salat ketika usianya sudah mencapai sepuluh tahun. Hal tersebut terdapat dalam kitab hadits Sunan Abu Dawud nomor hadits 495 hal 133 yang berbunyi :

"Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka."

Bila kita memahami hadits di atas secara tekstual saja, maka dengan jelas hadits tersebut dapat menimbulkan persepsi bahwa pada saat yang sama terdapat keharusan untuk melakukan kekerasan dalam mendidik anak agar mau salat. Padahal, sekecil apapun, kekerasan tetaplah hal yang tidak dapat dibenarkan. Lalu, bagaimanakah seharusnya kita memahami hadits tersebut?

Peran Orang Tua dalam Pendidikan Ibadah Anak

Orang tua memegang peran yang sangat penting bagi anak, termasuk didikan mereka mengenai kewajiban salat. Karena kita telah tahu bahwa anak adalah tanggung jawab bagi setiap orang tua. Namun, para orang tua juga harus tetap hati-hati dalam mendidik anak-anaknya. Apapun yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya akan menjadi memori yang tersimpan dalam diri anak bahkan hingga ia dewasa.

Ketika anak tidak mau salat, banyak orang tua memukul anaknya (yang telah berusia 10 tahun) ketika tidak mau melaksanakan salat berdasarkan hadits Abu Dawud tadi. Seakan-akan hadits tersebut menjadi legalitas bagi orang tua untuk memukul anak secara fisik. Namun, banyak dari para Ulama yang menjelaskan bahwa pukulan tersebut janganlah pukulan yang menyakiti dan dapat menimbulkan luka.

Nah, di sini lah yang menjadi titik kritik bagi penulis. Walaupun orang tua memang tidak memukul yang menyakiti dan dapat menimbulkan luka, apakah tidak ada cara lain yang lebih baik efektif daripada memukul anak secara fisik? Secara, hal tersebut tidak lagi relevan bila dibawa dalam konteks zaman sekarang.

Memang anak perlu mendapat pukulan ketika ia membangkang, hingga ia merasa "terpukul" bila melakukan pembangkangan tersebut. Dan tentunya bukanlah pukulan yang menjurus pada pukulan fisik. Menurut penulis, ada cara yang lebih baik bagi anak daripada terpukul secara fisik, yaitu pukulan secara non fisik atau batin.

Namun jangan salah dulu, maksud penulis disini bukanlah sebuah pukulan yang dapat mengancam kondisi psikis anak. Pukulan batin di sini maksudnya adalah pukulan yang dapat menimbukan rasa rugi dan penyesalan bilamana anak tidak mau mengerjakan salat. Orang tua perlu mengajarkan kepada anak tentang beberapa keutamaan salat, pentingnya salat, pahala salat yang akan sangat sayang sekali bila ditinggalkan, serta beberapa konsekuensi yang Allah berikan di akhirat kepada orang-orang yang meninggalkan salat. Nah, dengan seperti itu, insyaa Allah anak akan merasa terpukul secara batin, seperti sedih dan gelisah ketika melewatkan ibadah salat.

Mungkin, ada banyak cara lain yang lebih baik bagi orang tua dalam mendidik anak untuk mau beribadah. Oleh karena itu, para orang tua harus memutar otak untuk memilih pola didikan yang lebih baik dan bijak kepada anak-anak mereka, karena cara atau perlakuan orang tua kepada anak pasti akan meninggalkan kesan padanya. Bila pola didikannya buruk, maka akan meninggalkan kesan yang negatif pada anak, sebaliknya bila pola didikannya baik dan bijak, maka akan meninggalkan kesan positif pada anak. Tetap hati-hati dalam mendidik anak, apalagi menyangkut soal ibadah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun