Sebelum kita membahas tentang 5 pemanfaatan lahan basah di Kabupaten Barito Kuala, kita harus tahu dulu apa itu lahan basah. Lahan basah adalah wilayah yang biasanya tergenang oleh air secara terus-menerus atau pada musim-musim tertentu. Menurut Konvensi Ramsar (The Convention on Wetlands of International Importance, especially as Waterfowl Habitat) yang ditandatangani pada tanggal 2 Februari 1971, definisi lahan basah adalah: "...wetlands are areas of marsh, fen, peatland or water, whether natural or artificial, permanent or temporary, with water that is static or flowing, fresh, brackish or salt, including areas of marine water the depth of which at low tide does not exceed six metres." (Article 1.1). Dan juga "[Wetlands] may incorporate riparian and coastal zones adjacent to the wetlands, and islands or bodies of marine water deeper than six metres at low tide lying within the wetlands." (Article 2.1). Berbeda dengan daerah perairan, Lahan Basah umumnya dicirikan oleh tingginya muka air yang dangkal, dan mempunyai kedekatan dengan permukaan tanah serta memiliki jenis tumbuhan yang khas. Berdasarkan sifat dan ciri-cirinya itu, lahan basah sering disebut sebagai wilayah peralihan antara daratan dan perairan. Baik sebagai bioma ataupun ekosistem, lahan basah memiliki jenis tumbuhan dan juga satwa yang lebih banyak dibandingkan dengan wilayah lain di muka bumi. Karena itu, lahan basah mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting secara ekologi, ekonomi maupun pada fungsi budaya.
Lahan Basah memiliki beberapa jenis yang dibedakan menjadi dua, yaitu lahan basah alami dan buatan. Lahan basah alami dapat meliputi rawa-rawa air tawar, hutan bakau (mangrove), rawa gambut, hutan gambut, paya-paya, dan riparian (tepian sungai). Sedangkan lahan basah buatan meliputi waduk, sawah, saluran irigasi, dan kolam. Saat ini, lahan gambut dan mangrove, menjadi dua jenis lahan basah yang mengalami kerusakan serius di berbagai wilayah Indonesia. Hutan rawa gambut di Sumatra dan Kalimantan, banyak dikonversi menjadi perkebunan dan lahan pertanian. Pun ribuan hektar hutan mangrove, telah ditebangi dan dikonversi untuk kegiatan budidaya perairan.
Lahan Basah biasanya terdapat pada wilayah yang memiliki ciri khas yaitu selalu tergenang atau tergenang pada musim tertentu dan diiringi dengan tumbuhan serta satwa yang ada disekitar wilayah tersebut. Nah, lahan basah yang menjadi objek penelitian ini terdiri dari 5 tempat serta hal-hal apa saja yang sudah menjadi pemanfaatan dari lahan basah yang berada di Kabupaten Barito Kuala, tepatnya di Kecamatan Berangas Barat, Kecamatan Berangas Timur, Kawasan Ujung Panti Alalak dan Wisata Pulau Kembang.
1. Pemanfaatan lahan basah menjadi tambak Ikan patin dan pembuatan makanan ikan di Kawasan Ujung Panti Alalak, Kabupaten Barito Kuala.
Kita mulai dengan pemanfaatan lahan basah yang pertama yang terletak di jalan Ujung Panti, beringin, kec. Alalak, Kabupaten Barito Kuala. Seperti yang dapat dilihat di foto terdapat tambak yang diisi oleh ikan Patin yang di budidayakan oleh penduduk setempat, terdapat ada sekitar 8 buah tambak yang di manfaatkan oleh penduduk tersebut. Selain memanfaatkan lahan basah di wilayah tersebut dengan membuat tambak ikan, disini juga terdapat industri kecil yang dibuat dan dikelola oleh penduduk tersebut dengan membuat pakan ikan sendiri.
2. Pemanfaatan lahan basah menjadi persawahan yang diselingi/ditambah dengan ketela pohon di Desa Beringin, Kecamatan Berangas Barat, Kabupaten Barito Kuala.
Pemanfaatan lahan basah yang kedua terletak di Desa Beringin, Kec. Berangas Barat ini memanfaatkan lahan basah menjadi persawahan yang sekaligus menjadi tempat tanaman Ketela pohon tumbuh. Pemandangan seperti ini sebenarnya manjadi hal yang biasa terjadi dan sering di manfaatkan oleh penduduk di wilayah seperti gambut untuk percocok tanam, seperti menanam padi, menanam ketela dan sebagainya.
3. Pemanfaatan lahan basah menjadi perkebunan jeruk limau dan jeruk manis di Kawasan Ujung Panti, Kabupaten Barito Kuala.