Banyak dari kita semua sebagai manusia yang lahir dan hidup di tengah masyarakat yang pada umumnya memiliki kebiasaan atau kebudayaan tertentu. Dari kebudayaan tersebut, banyak dari kita yang hanya sekedar melakukan kebiasaan tersebut tanpa memikirkan apa makna dan tujuan dibalik pelaksanaan tradisi kebudayaan tersebut, utamanya dalam perspektif sejarah.
Pada artikel kali ini, penulis akan berbicara mengenai salah satu tradisi yang berasal dari Kabupaten Gresik.. Tradisi itu adalah Pasar Bandeng. Pasar Bandeng sendiri sesuai dengan namanya merupakan salah satu pasar yang menjadi sentra penjualan ikan bandeng di Gresik. Namun pasar bandeng ini bukanlah pasar bandeng seperti pada umumnya yang terdapat di pasar manapun.
Kegiatan pasar bandeng ini disinyalir dimulai saat salah satu keturunan Sunan Giri yang bernama Syekh Djalaluddin yang populer dengan nama Mbah Buyut Senggulu. Yang jika ditarik garis keturunannya maka akan diperoleh sebagai berikut, yakni Syekh Djalaluddin (Buytu Senggulu) bin Pangeran Setro bin Pangeran Tumapel bin Sunan Dalem bin Sunan Giri. Mbah Buyut Senggulu sendiri sebagai orang kepercayaan dari Giri Kedaton yang diminta untuk berdakwah di daerah Gresik utara. Mbah Buyur Senggulu sendiri memiliki 3 anak perempuan yakni, Nyai Mas, Nyai Angger, dan Nyai Werugil.
Dari Nyai Mas  inilah yang menikah dengan Kyai Qomis Tunggulwulung yang jika silsilah ditarik ke atas maka berhubungan dengan kerajaan Islam di Palembang. Dari sinilah pasar bandeng bermula. Kedekatan antara keluarga Gresik dan Palembang membuahkan kebiasaan dimana keluarga Palembang ini datang ke Gresik pada saat menjelang hari raya Idul Fitri. Momen inilah yang dimanfaatkan warga Gresik untuk berjualan bandeng di sepanjang jalan Samanhudi atau sekitar Pasar Kota Gresik.
Banyak dari kita semua sebagai manusia yang lahir dan hidup di tengah masyarakat yang pada umumnya memiliki kebiasaan atau kebudayaan tertentu. Dari kebudayaan tersebut, banyak dari kita yang hanya sekedar melakukan kebiasaan tersebut tanpa memikirkan apa makna dan tujuan dibalik pelaksanaan tradisi kebudayaan tersebut, utamanya dalam perspektif sejarah.
Pada artikel kali ini, penulis akan berbicara mengenai salah satu tradisi yang berasal dari Kabupaten Gresik.. Tradisi itu adalah Pasar Bandeng. Pasar Bandeng sendiri sesuai dengan namanya merupakan salah satu pasar yang menjadi sentra penjualan ikan bandeng di Gresik. Namun pasar bandeng ini bukanlah pasar bandeng seperti pada umumnya yang terdapat di pasar manapun.
Kegiatan pasar bandeng ini disinyalir dimulai saat salah satu keturunan Sunan Giri yang bernama Syekh Djalaluddin yang populer dengan nama Mbah Buyut Senggulu. Yang jika ditarik garis keturunannya maka akan diperoleh sebagai berikut, yakni Syekh Djalaluddin (Buytu Senggulu) bin Pangeran Setro bin Pangeran Tumapel bin Sunan Dalem bin Sunan Giri. Mbah Buyut Senggulu sendiri sebagai orang kepercayaan dari Giri Kedaton yang diminta untuk berdakwah di daerah Gresik utara. Mbah Buyur Senggulu sendiri memiliki 3 anak perempuan yakni, Nyai Mas, Nyai Angger, dan Nyai Werugil.
Dari Nyai Mas  inilah yang menikah dengan Kyai Qomis Tunggulwulung yang jika silsilah ditarik ke atas maka berhubungan dengan kerajaan Islam di Palembang. Dari sinilah pasar bandeng bermula. Kedekatan antara keluarga Gresik dan Palembang membuahkan kebiasaan dimana keluarga Palembang ini datang ke Gresik pada saat menjelang hari raya Idul Fitri. Momen inilah yang dimanfaatkan warga Gresik untuk berjualan bandeng di sepanjang jalan Samanhudi atau sekitar Pasar Kota Gresik.
Banyak dari kita semua sebagai manusia yang lahir dan hidup di tengah masyarakat yang pada umumnya memiliki kebiasaan atau kebudayaan tertentu. Dari kebudayaan tersebut, banyak dari kita yang hanya sekedar melakukan kebiasaan tersebut tanpa memikirkan apa makna dan tujuan dibalik pelaksanaan tradisi kebudayaan tersebut, utamanya dalam perspektif sejarah.
Pada artikel kali ini, penulis akan berbicara mengenai salah satu tradisi yang berasal dari Kabupaten Gresik.. Tradisi itu adalah Pasar Bandeng. Pasar Bandeng sendiri sesuai dengan namanya merupakan salah satu pasar yang menjadi sentra penjualan ikan bandeng di Gresik. Namun pasar bandeng ini bukanlah pasar bandeng seperti pada umumnya yang terdapat di pasar manapun.
Kegiatan pasar bandeng ini disinyalir dimulai saat salah satu keturunan Sunan Giri yang bernama Syekh Djalaluddin yang populer dengan nama Mbah Buyut Senggulu. Yang jika ditarik garis keturunannya maka akan diperoleh sebagai berikut, yakni Syekh Djalaluddin (Buytu Senggulu) bin Pangeran Setro bin Pangeran Tumapel bin Sunan Dalem bin Sunan Giri. Mbah Buyut Senggulu sendiri sebagai orang kepercayaan dari Giri Kedaton yang diminta untuk berdakwah di daerah Gresik utara. Mbah Buyur Senggulu sendiri memiliki 3 anak perempuan yakni, Nyai Mas, Nyai Angger, dan Nyai Werugil.
Dari Nyai Mas  inilah yang menikah dengan Kyai Qomis Tunggulwulung yang jika silsilah ditarik ke atas maka berhubungan dengan kerajaan Islam di Palembang. Dari sinilah pasar bandeng bermula. Kedekatan antara keluarga Gresik dan Palembang membuahkan kebiasaan dimana keluarga Palembang ini datang ke Gresik pada saat menjelang hari raya Idul Fitri. Momen inilah yang dimanfaatkan warga Gresik untuk berjualan bandeng di sepanjang jalan Samanhudi atau sekitar Pasar Kota Gresik.
Penjualan bandeng ini menjadi sebuah tradisi yang turun temurun dan menjadi semacam agenda tahunan yang terus diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten Gresik setiap menjelang akhir dari bulan puasa yakni tanggal 27-28 Ramadhan. Tidak hanya menjual bandeng seperti yang telah disebutkan di atas. Namun juga adanya pasar bandeng ini menjadi semacam festival tahunan sekaligus menjadi tempat kontes dan juga pelelangan bandeng yang berukuran besar (kawak). Bobot bandeng kawak ini biasanya lebih dari 5 kilogram.
Adanya pasar bandeng ini turut menjadi katalisator dalam pertumbuhan ekonomi di Gresik. Pasar bandeng yang menjadi tempat berkumpulnya masyarakat dan para pedagang menjadikan kegiatan ini menjadi potensi wisata sekaligus perekonomian. Warisan Sunan Giri ini pun tidak hanya menjadi warisan kebudayaan yang ditinggalkan oleh salah satu dari sembilan wali, namun juga menjadi sebuah identitas yang melekat pada kabupaten Gresik sebagai salah satu sentra penghasil komoditas perikanan yang berupa bandeng..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H