Mohon tunggu...
Muhammad Arsyad Lussy
Muhammad Arsyad Lussy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Musik, gitar,

Selanjutnya

Tutup

Roman

Satu Senyumnya adalah Luka

26 Januari 2024   07:13 Diperbarui: 12 Mei 2024   20:35 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sontak perasaan seperti berada di dunia lain. Pemilik senyum itu membuat dunia kehidupan berubah drastis, bulir-bulir senyumnya menembus tabir keraguan hingga suasana hening pecah berkeping-keping.

"Ini hal yang langkah, menjumpai sosok begini Hanyalah bagian dari mukjizat" ujar Lipo; tak pakai lama langkah demi langkah berjalan menuju si gadis. Baginya "senyum tadi telah beri peluang, aku yakin sekali!" Tegas Lipo,

Keputusan telah bulat, perasaan tak bisa lagi diganggu gugat, Lipo sudah siap menanggung segalanya.

"Bolehkah---ku isi tempat yang kosong di sampingmu" pinta Lipo dengan berani
"Boleh, silakan duduk" jawab si gadis dengan lugas.
 "Terima kasih, oh iya, namaku Lipo, asal pulau senyum". Kenalannya.
"Pulau senyum? Dimana itu? Aku belum pernah mendengarnya." Tanya si gadis penuh penasaran.
Dengan senyum lebar ia berkata "Ah, itu adalah tempat yang hanya bisa dijumpai oleh orang yang punya senyum manis. Seperti senyummu"

Ungkapan liar itu membuat si gadis tersenyum, layaknya, orang sedang berbunga-bunga.
Tiada ada balasan kata. Entah karena apa?

Perbincangan tidak putus
"Kenapa diam? Bolehkah ku tahu makna senyummu?" Ucap lipo.

Tetiba cerita berubah tangis, satu-persatu rinai perlahan turun dari mata si gadis.
Situasi turut berubah bingung, "apa yang terjadi? Apa yang salah dari bahasaku? Hingga membuat perempuan ini menangis?" Tanya Lipo dalam diri.

Penasaran melingkar kepala, sepasang tangan terangkat mengusap air matanya.
"jika kata-kata menyinggung mu, aku minta maaf" pinta Lipo dengan perasaan bersalah.

"Tak ada yang salah" jawab si gadis. "Aku saja yang belum biasa sembunyikan duka dalam bahagia" lanjutnya.

Dalam hati, "Rupanya dibalik beribu keajaiban senyumnya, salah satunya untuk menutup luka". Bukan soal mudah, apalagi perihal melepas dan mengikhlaskan masa-lalu.

Usai berkontemplasi, seketika "Persis kisahku" ujar Lipo pada si gadis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun