PESAN KAUM MISKIN PINGGIRAN
KEPADA CALON PRESIDEN-CALON WAKIL PRESIDEN
Hasil obrolan ringan tak bertema dengan sekolompok masyarakat di warung kopi pinggiran  suatu sore telah menjadi inspirasi tulisan ini. Seperti biasanya, pembicaraan di warung kopi tak memiliki topik bahasan yang jelas sampai kemudian mengarah pada persoalan pilpres yang sebentar lagi di gelar di negeri ini. Pembicaraan lepas itu pun diwarnai dengan letupan-letupan spontan yang kemudian coba dikemas dalam tulisan singkat berikut ini:
Mereka menginginkan kedamaian dan kesejahteraan hadir dalam hidup mereka. Mereka ingin memilki keberanian dan percaya diri untuk merajut mimpi. Mereka pun ingin memiliki capaian yang layak untuk dikenang dan sekaligus membuat mereka merasa menjadi seorang yang berguna dan diharapkan. Hal ini bisa dimaklumi mengingat siapapun di dunia ini benci penderitaan dan tak mau berada dalam perasaan tidak berguna disepanjang hidupnya.
Mereka bosan termanfaatkan. Mereka selalu merasa frustrasi tiap kali recehan yang mereka hasilkan dari keringat pagi sampai malam tak cukup membeli apa yang dinamakan hidup layak. Semua orang ingin punya kesempatan mewujudkan immpiannya. Mereka menginginkan sebuah keadaan yang mendorong mereka malu berdiri sebagai orang bodoh dan miskin. Mereka tidak memerlukan regulasi yang menjanjikan ketenangan dan ketentraman hidup kalau kemudian faktanya semua itu menjadi faktor penghambat ketika mereka mulai beranjak berjuang mewujudkan cita-citanya.
Mereka ingin merasa damai dan tentram. Mereka pun bisa menyadari kalau kemiskinan adalah akibat dari sebuah kebodohan. Ironisnya, mereka hanya bisa berteriak dalam bathin saat keinginan  mencerdaskan diri tak kunjung menemukan kanalnya. Mereka harus menyudahi mimpi untuk memiliki ijazah karena tidak mampu menjangkau harga yang harus dibayar untuk bisa berseragam dan melangkah gagah sebagaimana anak-anak lainnya.