Kita perlu membangun budaya kolektif sebagai pilihan membangun ragam kebermaknaan melalui penyatuan potensi dan energi. Sinergitas yang lahir dari pribadi-pribadi yang saling mempercayai dan saling peduli akan berlangsung langgeng sebab inisiatif menjaga kebersamaan sudah menjadi kebutuhan dan sekaligus kesadaran setiap orang. Pola Individualitas akan tergerus dan melebur menjadi semangat kolektif yang saling memberdayakan. Sikap reaktif dan emosional pun meredup bersamaan tumbuh kembangnya perasaan ke-kita-an yang terus meluas seiring berjalannya waktu.
Ini bukanlah sekedar mimpi sebab mewujudkannya hanya memerlukan kemauan dan kesadaran. Paradigma “bersama adalah sumber energi” perlu difahamkan dalam ragam bukti aksi yang membuat setiap orang benar-benar bisa merasakan dan mempengaruhi kebijaksanaan dan kualitas ke-diri-annya.
Menarik ketika “kolektivitas masyarakat” semacam ini didorong mewujud dan bahkan kemudian menjadi satu ciri khas karakter masyarakat. Tidak perlu mercusuar dalam membangun atau melatihkan kemauan dan kesadaran tentang “care and share”. Pada saat perulangan kebaikan melahirkan kenyamanan bathin, maka perluasan ruang juang bertajuk kebaikan akan menjadi kebutuhan yang lahir secara alami dari kebijaksanaan diri.
Anda capaian ini mewujud, maka bisa dibayangkan keseharian hidup akan terbentuk apa yang disebut kebijaksanaan yang menentramkan dan membahagaikan. Tidak tersaji lagi persaingan yang saling menjatuhkan. Akan muncul rasa malu atas tindakan efuforia atas setiap kemenangan, sebab menyadari bahwa hal itu berpotensi menyebabkan luka bagi lainnya. Demikian juga yang kalah tidak kemudian melakukan serangkaian aksi yang mempertontonkan kelemahan sang pemanang, tetapi memaknainya bahwa persoalan menang kalah bukanlah substansi perjuangan. Dalam alam kolektivitas, persaiangan akan melebur menjadi pemberdayaan. Kekihlasan untuk mempersatukan potensi lebih diyakini akan mendatangkan kemaslahatan ketimbah menjebakkan diri untuk saling mengalahkan. Ini memang bukan sesuatu yang mudah, tetapi pembiasaan-pembiasaan "kebersamaan" akan membentuk semangat yang selalu saling mendukung.
Mungkin tidak terlalu sulit ketika sebuah kampung menabung Rp 1.000,oo perhari dan akumulasinya dijadikan sebagai modal penting membangun agenda-agenda kebersamaan yang produktif. Tidak sulit untuk membangun lingkungan bersih ketika tersepakati bahwa hidup bersih adalah sumber kesehatan dan kemudian menjadi pilihan gaya hidup. Akan muncul sebuah kesan dan apresiasi berbeda ketika setiap orang yang berkunjung ke sebuah daerah mendapati pesan-pesan bijak dan motivasional di angkutan umum dalam kota. Bahkan, kalimat serupa kemudian tertemukan di setiap becak disegenap penjuru daerah. Bisa dibayangkan ketika masyarakat bergotong royong untuk memberi motivasi dan sekaligus menciptakan solusi bagi penduduk yang sedang ditimpa musibah. Itu beberapa contoh sederhana untuk menandaskan bahwa meng-create kebersamaan tidak harus berbiaya tinggi, sebab kebersamaan hanyalah persoalan kemauan dan kekikhlasan saja.
Bisa dibayangkan andai disetiap diri masyarakat terbangun perasaan malu untuk memiliki piranti hidup berlebihan sementara disekitarnya tampak jelas sedang bergelut dengan ragam kesusahan. Andai setiap "kesusahan dan kesedihan" yang ditemukan atau di dengar difahami sebagai bentuk pesan Tuhan untuk berbagi dan mengembangkan kepedulian. Sepertinya, hidup menjadi bergitu indah dan bermakna saat kebersamaan menjadi spirit yang terus tumbuh dalam setiap jiwa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI