Mohon tunggu...
Muhammad Arrayyaan M
Muhammad Arrayyaan M Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Pelajar Indonesia program studi Energi Terbarukan di Universität Stuttgart, Jerman. Selalu belajar agar bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Covid-19 dan Pemenuhan Target Energi Baru Terbarukan Indonesia

7 Juni 2020   12:27 Diperbarui: 8 Juni 2020   04:07 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Strategi EBT Dalam Bauran Energi Nasional 2025. Sumber: Kementrian ESDM

Indonesia juga memiliki target akan memasang kapasitas tambahan sebesar 35.000 MW yang diharapkan bisa memicu produktivitas. Meskipun target ini sempat diperbaharui, karena dianggap terlalu tinggi. Per Agustus 2019 saja pembangunan yang masih harus direalisasikan masih lebih dari 30.000 MW yang secara bertahap akan dipenuhi.

Penyaluran energi ini bisa diarahkan ke sektor industri yang berperan menaikkan nilai tambah suatu barang, terutama barang tambang mineral. Melihat ini, pemerintah telah merencanakan untuk mengembangkan bahan baku nikel untuk diproses menjadi baterai lithium yang permintaannya meningkat seiring berkembangnya trend penggunaan mobil listrik di berbagai negara.

Energi Baru Terbarukan Lebih Murah

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh International Renewable Energy Agency (IRENA), harga EBT terus menerus turun dan akan menjadi sumber daya pembangkit yang paling murah ke depan. Pembangkit listrik dari energi baru terbarukan seperti tenaga air, biomassa dan geothermal akan semakin kompetitif.

Tren harga listrik yang dihasilkan dari panel surya dan turbin angin dari tahun 2010 hingga 2020 juga terus mengalami penurunan. Harga listrik dari panel surya dan turbin angin sudah dapat bersaing atau bahkan sudah dapat mengalahkan harga listrik konvensional dari bahan bakar fosil. 

Dalam rata-rata dunia listrik dari onshore wind pada tahun 2021 mencapai 0,043 USD/kWh, sedangkan panel surya mencapai 0,039 USD/kWh, sekitar 5 kali lebih murah daripada 2010. Ini artinya, dengan investasi yang sama maka bisa dihasilkan kapasitas pembangkitan yang 5 kali lebih besar.

Momen pandemi ini memang membawa banyak masalah, namun di balik masalah itu tentu terdapat hikmah. Jika Indonesia ingin mengejar target-target yang telah ditetapkan, maka kita semua harus bekerja lebih keras lagi. 

Harapan kita bersama untuk para cendekiawan dan teknokrat untuk dapat menguasai teknologi sebaik mungkin untuk mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang kita miliki. Selain itu agar pemerintah memiliki kebijakan dan regulasi yang jelas dan senantiasa mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan keterjagaan lingkungan.

Sumber: 
International Energy Agency (IEA), Global Energy Review 2020
International Renewable Energy Agency (IRENA), Power Generation Cost 2019
esdm.go.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun