Mohon tunggu...
Muhammad Arif Setianto
Muhammad Arif Setianto Mohon Tunggu... lainnya -

Banker, Value-Growth Investor, Peneliti & Admin http://LaporanKeuangan.Info , Pemerhati masalah sosial, Suka Vespa, Motret, dan Rock m/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saya Orang Waras, Saya Tidak Memilih Capres yang Bagi-bagi Uang Sekalipun itu Idola Saya

7 Juli 2014   21:04 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:08 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilu presiden kali inimembuat saya tergerak untuk melakukan sebuah kampanye, bukan kampanye untuk pilih presiden nomer 1 atau nomer 2, tapi saya sebut sebagai kampanye orang waras. bukannya karena saya sok waras sendiri karena saya kadang juga agak gendeng walaupun lebih banyak warasnya, tapi alasan yang lebih penting adalah karena saat ini saya sedang waras…hehehe..

Mungkin teman-teman bertanya kenapa saya tidak terjun sekalian mendukung capres B atau A? bukankah capres anu itu buruk sehingga dengan pilih capres anu yang satunya kita bisa selamatkan Indonesia? Ya, saya memang sudah punya pilihan dan saya kira begitu juga dengan anda, sehingga sia-sia bagi saya/anda untuk memberikan nasehat untuk memilih A atau B, seberapa baguspun saya/anda melakukan persuasi dengan fakta-fakta yang logis, tetep susah untuk mempengaruhi orang yang sudah mantap untuk menyukai sesuatu.

Nah, ngomong ngomong soal dukung mendukung, ini sama halnya dengan cinta mencinta. Seperti banyak telah kita baca dan dengar, bahwa pekerjaan sia-sia di muka bumi ini adalah member nasehat kepada : 1. Orang yang sedang jatuh cinta 2. Pendukung Capres. Dalam hal kampanye sama juga dalam hal PDKT. Sama-sama mewajibkan apa yang namanya pencitraan, entah prabowo entah jokowi, diakui ataupun tidak, yang dipengaruhi itu bukan logika pemilh, tapi emosinya. Emosi melawan logika hampir selalu menang emosi.

Contohnya dalam pacaran/saat sedang jatuh cinta. Anda percaya sama calon/pacar bukan karena ada data dan fakta yang mendukung kesimpulan bahwa dia orang yang baik/tepat dijadikan pendamping hidup. Tapi karena factor suka, dan itu diluar logika. Sahabat anda biang bahwa si dia itu tidak baik, dia suka selingkuh, suka bohong, suka main tangan, tapi tetep aja kitanya ngeyel. Sampai saat anda menjumpai dan merasa sendiri bahwa anda sering dibohongi, namun tetap saja anda berharap bahwa dia akan sadar dan menjadi lebih baik.

Lalu bagaimana dalam Politik? SAMA SAJA. Pendukung Prabowo tak akan terima jika saya ungkap keburukannya, begitu juga dengan pendukung Jokowi tak akan rela kejelakannya dibicarakan. Tapi kali ini, tanggalkan dulu emosi anda. Sejenak saja kita berfikir jernih, bukan untuk merubah pilihan, tapi untuk mengembalikan akal sehat kita, Me refresh dengan menekan tombol F5 pada otak kita, untuk menajamkan kembali mata batin kita agar tegas mengatakan bahwa hal-hal yang salah adalah salah dan yang benar adalah benar. Dimana hal-hal itu saya yakin pasti juga akan diamini oleh siapapun, anda maupun saya, entah pendukung No 1 maupun No. 2. Apakah itu?

Adalah perilaku koruptif. Saya yakin orang waras pasti akan setuju bahwa perilaku koruptif ini tidak baik. Tidak baik untuk pembentukan perilaku, tidak baik untuk proses demokratisasi, tidak baik juga dimata Tuhan. Karena dari perilaku inilah muncul bencana yang lebih besar seperti kemiskinan dan kebodohan di pihak secara luas. Kok bisa? Jelas bisa, karena bagi mereka yang melakukan politik uang logika yang dipakai adalah logika dagang. Dengan mengeluarkan sekian ratus miliar sebagai modal,diharapkan akan didapat sekian triliun sebagai kompensasinya. Dengan logika transaksional, hak-hak masyarakat umum yang seharusnya diberikan oleh Negara agar mereka sehat, pandai dan sejahtera menjadi tidak tersampaikan atau tertutupi oleh kepentingan elite dan penguasa. Minimal mereka harus BEP (Break Event Point), atau jika dibiayai oleh sponsor/donator maka minimal mereka harus bayar pokok hutangnya plus bunga/kompensasi lainnya. Tentu ini sangat merugikan, sehingga saya dan anda sebagai orang waras tentu tidak akan rela dengan pola transaksional seperti ini. Kita bisa kawal pilpres ini agar bisa berjalan dengan sehat dengan tidak membiarkan perilaku koruptif menjadi merajalela.

Dengan cara apa? Dengan cara tidak mau menerima dan tidak memilih calon yang melakukan politik uang. Suara kita, harga diri dan kehormatan kita begitu berharga untuk dinilai dengan uang. Sungguh melecehkan harga diri dan martabat manusia. Tapi Rif, saya kan butuh uang. Oke, anda boleh miskin atau belum kaya, tapi mental anda tidak boleh miskin. Insyaallah dengan mental yang baik akan menjadikan anda lebih sejahtera. So bagi kawan-kawan yang masih berakal sehat, tanggalkan dulu emosi anda, sekali ini saja gunakan logika berfikir yang baik. Apakah anda Pro Prabowo atau pun Pro Jokowi, Jangan Pilih Capres yang membagikan uang untuk meraih kekuasaan, sekalipun itu capres idola anda. Suara Anda tidak dapat dibeli. TOLAK POLITIK UANG DALAM PILPRES 2014 INI!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun