Ketika jam istirahat tiba, Tim heran menyaksikan para guru di sekolahnya keluar dari kelas dan menuju ke kantin, disana mereka meminum kopi, membaca surat kabar, serta bercakap-cakap satu dengan lainnya dan beberapa kali Tim mendengar mereka tertawa terbahak-bahak, lepas tanpa beban. Iklim pekerjaan yang membahagiakan menjadi satu hal yang menurut Tim sangat penting.Â
Dalam bukunya Tim menjelaskan bahwa "strategi paling penting dalam buku ini sebenarnya adalah sesuatu yang paling sederhana yaitu  Jangan lupa bahagia". Selain itu Tim juga menyarankan kepada para guru untuk meluangkan waktu libur sekolah untuk benar-benar berlibur dengan meninggalkan pekerjaan untuk pergi mendaki gunung, bermalam di pantai atau berkunjung ke tempat-tempat lainnya agar dapat mengisi ulang tenaga dan pikiran. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang bekerja nonstop memiliki produktifitas kerja yang lebih buruk daripada mereka yang memanfaatkan hari libur mereka.
Strategi lainnya yang tidak kalah menarik selain straegi "Jangan Lupa Bahagia" dan "Melepaskan Diri Untuk Berlibur", adalah strategi "Kolaborasi Lewat Kopi". Dalam straregi ini Tim semakin menegaskan bahwa suasana hati dan pikiran seorang guru yang berbahagia akan berdampak positif pada saat ia mengajar.Â
Oleh karena itu alih-alih menciptakan suasana kerja yang kompetitif, bersaing menjadi yang terbaik dan memendam rasa untuk mengalahkan orang lain, Tim justru menyarankan agar sesama guru untuk saling berkolaborasi, bekerjasama untuk meningkatkan mutu belajar mengajar.Â
Tim menceritakan bahwa di awal dia mengajar di Finlandia, dia diamati oleh rekannya karena jarang sekali pergi ke kantin guru, rekan tersebut kemudian menyarankannya agar Tim pergi ke kantin setiap hari. Dan benar saja setelah Tim menuruti saran tersebut, Tim menemukan bahwa sebuah tindakan sederhana duduk beberapa menit dengan rekan-rekan kerja telah menyusun setepak demi setapak kolaborasi yang lebih besar.
 Pendidikan yang membahagiakan adalah tujuan yang harus dicapai secara bersama-sama, baik oleh guru maupun murid. Diatas telah dijelaskan bagaimana seorang guru harus membangun suasana kerja yang kondusif, tidak dibebani dengan tumpukan tugas yang melelahkan serta sebisa mungkin memanfaatkan waktu luang untuk berlibur atau bercakap-cakap dengan rekan kerja ketika jam istirahat tiba, sedangkan kepada murid Tim menjelaskan bahwa, ketika di sekolah setiap siswa berhak untuk rehat sejenak selama 5 menit setelah mengikuti pelajaran selama 45 menit.Â
Belum lagi ditambah dalam satu hari terdapat beberapa waktu bagi anak untuk istirahat selama 15 menit. Pentingnya istirahat ini terbukti dalam beberapa penelitian yang menemukan bahwa justru dengan istirahatlah anak-anak akan menjadi semakin fokus dalam mengikuti pelajaran, dan tentu dengan beristirahat akan mampu menyegarkan otak mereka.Â
Masih terdapat banyak strategi lain yang di jelaskan dalam buku Teach Like Finland, dari buku tersebut setidaknya kita dapat belajar bahwa untuk membangun sistem pendidikan yang unggul tidak harus dengan pendekatan yang kaku dan mengekang, justru dengan pendekatan yang lebih humanis akan mampu mencetak siswa-siswa dengan prestasi yang sangat baik.Â
Namun seperti sebuah kalimat dalam kata pengantar buku ini yang ditulis oleh Pasi Sahlberg bahwa, "mustahil memindahkan sistem pendidikan dari satu tempat ke tempat lainnya. Sistem pendidikan seperti tanaman atau pepohonan yang tumbuh baik hanya di tanah dan iklimnya sendiri."Â
Oleh karena itu evaluasi dan perbaikan harus terus dilakukan hingga kita dapat menemukan pupuk terbaik bagi sistem pendidikan di Tanah Indonesia. Sembari berharap kelak lima atau sepuluh tahun lagi akan ada seorang pendidik Australia yang tertarik untuk mengajar di Indonesia hingga akhirnya ia merasa kagum dengam sistem pendidikan kita dan ia pun menulis sebuah buku yang akan menggemparkan dunia pendidikan dengan judul Teach Like Indonesia!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H