Mohon tunggu...
Muhammad Arif Hidayat
Muhammad Arif Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Belajar, Berkarya, Bermanfaat

Santri TBM Panggon Sinau

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Teach Like Indonesia"

4 Desember 2018   21:03 Diperbarui: 4 Desember 2018   21:15 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Pada tahun 2001, Finlandia sebuah negara dengan jumlah penduduk tidak lebih dari enam juta manusia mengagetkan dunia karena siswa-siswinya yang berusia 15 tahun meraih skor tertinggi dalam penyelanggaraan pertama PISA (Programme for International Student Assesment). 

Tes internasional bernama PISA ini mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dalam area membaca, matematika dan IPA. Tahun-tahun berikutnya banyak penelitian dilakukan untuk mengeksplorasi sistem pendidikan seperti apa yang diterapkan di Finlandia, tulisan-tulisanpun bermunculan, salah satunya dan mungkin juga menjadi rujukan utama untuk mengetahui metode pembelajaran di Finlandia adalah sebuah buku yang berjudul Teach Like Finland (Mengajar Seperti Finlandia).

Teach Like Finland ditulis oleh Timothy D. Walker (selanjutnya disebut dengan Tim), awal mulanya Tim adalah seorang Guru yang mengajar di Amerika. Ia merasa sangat kewalahan pada tahun pertama ia mengajar. 

Tim menceritakan bahwa ia harus berangkat pada pukul 06.30 pagi dan tidak jarang ia baru bisa pulang pada malam hari dengan membawa setumpuk pekerjaan dari sekolah. 

Sebelum menjadi seorang guru ia sangat yakin akan mencintai pekerjaan ini namun beberapa bulan setelahnya ia justru merasa pekerjaan menjadi guru sama sekali tidak menyenangkan dan ia sendiri mengakui bahwa ia benci terhadap pekerjaannya.

Tim memiliki seorang istri yang berasal dari Finlandia, dari istrinya pula Tim tahu bahwa sekolah-sekolah di Finlandia sana jauh lebih longgar dibandingkan dengan Amerika, disana guru-guru kelas 1 hanya bekerja tidak lebih dari enam jam setiap hari, kurang lebih pukul 14.00 mereka sudah pulang dan meninggalkan seluruh pekerjaannya di sekolah. Padahal pada jam yang sama (pukul 14.00) Tim dan guru lainnya di Amerika masih ada satu jam pelajaran lagi di sekolah dan baru pada pukul 15.00 mereka bisa mengucapkan selamat tinggal kepada anak-anak di kelas.

Tim mengalami kelelahan yang luar biasa, bahkan karena kelelahan tersebut Tim sempat mengajukan cuti untuk rehat sejanak dari dunia pekerjaan. Hingga suatu saat Tim dan istrinya memutuskan untuk menetap di Helsinski, Finlandia, karena pertimbangan berbagai hal. Tidak lama, hanya beberapa bulan setelah tinggal di Helsinski, Tim mendapat email untuk mengajar kelas 5 di sebuah sekolah, sebelumnya Tim memang telah mengirimkam surat lamaran ke beberapa sekolah disana. 

Petualangan Tim di dunia pendidikan Finlandia pun dimulai, dan karena petualangan ini pula Tim mampu menulis buku Teach Like Finland. Terdapat banyak strategi mengajar yang diungkap dalam buku ini, namun berdasarkan pengamatan Tim hal yang paling mendasar dari pendidikan di Finlandia adalah mereka menghargai kebahagiaan di atas pencapaian. 

Bahkan Tim berpendapat bahwa kegembiraan (kebahagiaan) tidak hanya sebagai sebuah strategi mengajar, namun kegembiraan merupakan tujuan dari pembelajaran pada tiap-tiap kelas. Dari pengalaman dan pengamatan yang dilakukan Tim selama mengajar di Finlandia, setidaknya terdapat lima komponen yang menjadi bahan utama untuk menciptakan kebahagiaan dalam pembelajaran di kelas, komponen tersebut antara lain, kesejahteraan, rasa dimiliki, kemandirian, penguasaan dan pola pikir.

Kehidupan awal di Finlandia bagi Tim cukup membingungkan, sebab suasana di Finlandia sangat berbeda dibanding dengan Amerika. Tim melihat orang-orang di Finlandia sangat damai, menikmati kehidupan, di taman mereka terlihat sedang bersantai sambil bercengkerama dengan sahabat mereka seolah tidak ada pekerjaan yang menunggu. Ternyata hal tersebut juga terjadi di tempat Tim bekerja. 

Selama ini Tim beranggapan bahwa guru yang baik adalah guru yang bekerja dengan sangat keras, mengurangi waktu istirahat dan jam tidur demi menyiapkan pelajaran, bahkan karena banyak hal yang dikerjakan hanya untuk bersosialisasi dengan rekan kerja pun akan sangat jarang dilakukan. Pandangan seperti itu secara perlahan runtuh ketika Tim berada di Finlandia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun