Mohon tunggu...
Muhammad Arifai
Muhammad Arifai Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Dosen

Humas SMAN 1 Soppeng

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Model Perubahan yang Berujung Bahagia

3 Maret 2022   18:37 Diperbarui: 3 Maret 2022   18:40 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Muhammad A rifai

Jika ingin berkeringat, bergeraklah!

Jika ingin bahagia, berubahlah!

Saya telah berkenalan dengan tiga model perubahan yang semuanya hebat-hebat. Pertama, model BAGJA.  Menurut saya, model BAGJA sangat idealis karena Namanya saja Bagja berarti bahagia. Tentu setiap orang menginginkan yang namanya bahagia. Selain dari segi nama, BAGJA yang merupakan akronim dari Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi, adalah lima langkah utama yang digunakan dalam sebuah proses Inkuiri Apresiatif. Inkuiri apresiatif merupakan sebuah pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi suatu organisasi atau komunitas dalam mengembangkan perilaku suatu organisasi dan dijalankan dalam suasana yang positif dan apresiatif. Fantastis!

Jadi, Ketika saya nanti merencanakan sebuah kegiatan perubahan, saya tinggal buat Langkah-langkahnya yaitu, pertama buat pertanyaan tentang kegiatan perubahan apa yang akan saya lakukan. Kedua, ambil pelajaran tentang kegiatan perubahan tersebut. Tentu saja hal ini sangat bagus karena sebelum melakukan kegiatan perubahan, kita sudah tahu pelajaran yang bisa diambil. Ketiga, gali mimpi. Nah, pada tahapan ini kita diharuskan bermimpi. Memimpikan sesuatu yang baik dan hebat bahkan fantastis tentang perubahan yang akan dilakukan. Keempat yakni jabarkan rencana. Saya mulai menjabarkan rencana perubahan secara lengkap. Mulai dari nama kegiatan, waktu pelaksanaannya, pihak yang terlibat (kepala sekolah, pengawas pembina, komite sekolah, rekan-rekan guru, siswa, dan orang tua siswa, serta alumni), peran dari setiap pihak tersebut, tempat pelaksanaannya, dan biaya yang dibutuhkan, Nah, terakhir adalah atur eksekusi.Pada tahapan kelima ini, mulailah saya mengatur pelaksanaan kegiatan perubahan yang telah dijabarkan tadi.

Jadi, sebenarnya model BAGJA ini fokusnya adalah kekuatan individu yang disatukan sehingga diperoleh kekuatan besar dalam bentuk kolaborasi atau semangat kebersamaan menuju  perubahan yang bermuara pada kebahagiaan bersama.

Model perubahan berikutnya atau model kedua yang saya kenal yaitu CBAM (The Concern Based Adoption Model). Model perubahan ini merupakan stages of concern atau tahap-tahap yang menjadi perhatian. Model ini menggambarkan dimensi perubahan yang efektif: bagaimana perasaan orang saat melakukan sesuatu yang baru atau berbeda, dan kekhawatiran mereka saat mereka terlibat dengan program atau praktik baru. Hal ini tentu sangat tepat digunakan untuk mengukur kekhawatiran rekan-rekan guru tentang inovasi yang diharapkan mereka terapkan.

Model ini sebenarnya juga menarik karena secara langsung kita dapat mengetahui perasaan rekan guru tentang kegiatan atau program perubahan yang akan dilakukan di sekolah. Apakah ia mendukung, menolak, tidak bersedia, tidak tahu, antusias, masa bodoh, atau tidak punya tanggung jawab, dll. Tapi, repotnya, menurut saya adalah saat saya misalnya sudah tahu perasaan rekan guru (sebagian besar tidak mendukung dan hanya sebagian kecil yang mendukung), sementara program perubahan ini harus tetap jalan. Berarti saya harus menerima kenyataan pahit menjalankan program perubahan dengan kondisi minoritas di tengah mayoritas. Wah, kebayanglah tantangannya.

Model ketiga yang telah saya kenal yakni Nudge atau dorongan. Nudge adalah konsep dalam ekonomi perilaku, teori politik, dan ilmu perilaku yang mengusulkan penguatan positif dan saran tidak langsung sebagai cara untuk mempengaruhi perilaku dan pengambilan keputusan kelompok atau individu. Nudging kontras dengan cara lain untuk mencapai kepatuhan, seperti pendidikan, undang-undang atau penegakan hukum.

Teori Nudge adalah konsep yang fleksibel dan modern dalam ilmu perilaku untuk memahami bagaimana orang berpikir, membuat keputusan, dan berperilaku. Konsep ini membantu orang untuk meningkatkan pemikiran dan keputusan mereka, mengelola semua jenis perubahan, dan mengidentifikasi serta mengubah pengaruh yang ada.

Sebenarnya, ide-ide dari teori  Nudge dapat digunakan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan dalam kebijakan publik kadang-kadang tentang memutuskan apa yang tidak boleh dilakukan, sebanyak apa yang harus dilakukan. Jadi, sudah terbayanglah dalam benak saya saat model Nudge (dorongan) ini saya gunakan di sekolah, saya harus memberikan dorongan kepada rekan guru melalui kebijakan dari kepala sekolah berupa SK (surat keputusan) misalnya SK Pembina Berlian (berliterasi Alquran dan Numerasi). Dengan bermodal SK tersebut, saya akan mendorong rekan guru (mengajak,membujuk, memotivasi) agar terlibat dalam program perubahan Berlian.

Berdasarkan uraian yang telah saya kemukakan di atas, model yang paling menarik dan ingin saya pelajari lebih mendalam untuk membawakan perubahan di sekolah adalah BAGJA. Saya memilih model BAGJA karena saya senang dengan Langkah-langkahnya yang jelas, sistematis, dan mudah diimplementasikan. Misalnya membuat terlebih dahulu pertanyaan "Perubahan apa yang saya mau lakukan." Lalu, "Pelajaran apa yang diperoleh dari perubahan tersebut." Kemudian, saya menggali mimpi dari perubahan yang akan saya lakukan, jabarkan rencana kegiatan perubahan, dan terakhir atur eksekusi.

Adapun modal/kekuatan/asset yang telah saya miliki yang pertama modal kemauan yang tinggi untuk melakukan perubahan. Kedua, adalah modal ilmu pengetahuan yang saya peroleh selama mengikuti program guru penggerak.Selanjutnya, modal dukungan dari pengawas Pembina, kepala sekolah, komite sekolah, orang tua siswa, alumni, dan rekan-rekan guru, serta pengurus OSIS dan siswa.

Namun demikian, saya tidak boleh mengenyampingkan tantangan yang bisa saja ada dalam langkah saya melakukan perubahan. Tantangan itu misalnya ada sebagian guru yang tidak mau mendukung kegiatan perubahan yang ingin saya lakukan, siswa yang berbeda-beda karakter dan kompetensinya, dan dukungan dari orang tua siswa yang belum tentu semuanya mau mendukung.

Setelah menguraikan refleksi saya tentang perubahan yang berujung Bahagia, perasaan yang paling dominan muncul adalah Bahagia. Hal tersebut didasari oleh kesuksesan saya Menyusun kegiatan perubahan yang saya beri nama "Berlian (berliterasi Alquran dan Numerasi). Selain itu, juga didasari oleh mimpi yang ingin saya raih yakni membingkai kebersamaan dalam pigura profil pelajar Pancasila di SMAN 1 Soppeng. Hal ini sejalan dengan visi mewujudkan siswa cerdas berkarakter dan berbudaya.

Hal konkret yang akan saya lakukan untuk mempertahankan tekad dan integritas sepanjang waktu berproses mewujudkan perubahan tersebut di atas adalah menjadi motor penggerak perubahan melalui keteladanan aksi nyata yang didasari keikhlasan hati. Saya akan terus bergerak dan menggerakkan rekan guru dan siswa menuju perubahan yang berujung pada Bahagia.

#Maju Bersama Bahagia Semua

#Rela Berbagi Ikhlas Memberi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun