Mohon tunggu...
Muhammad Arif
Muhammad Arif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Writer at Zakat Sukses
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Arif adalah concent writer di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Zakat Sukses. Saat ini, berkuliah di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) SEBI semester 6, Jurusan Akuntansi Syariah. Memiliki hobi menulis dan berdiskusi, aktif dalam berbagai kegiatan organisasi kemahasiswaan. Arif juga manjabat sebagai kepala departemen Research and Development (RnD) KSEI Islamic Economic Forum (IsEF) dan menjadi senior assistant research di SIBERC (SEBI Islamic and Economic Research Center)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Imam Al Ghazali: 3 Tingkatan Orang yang Berpuasa

13 April 2023   21:04 Diperbarui: 16 April 2023   06:12 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah Anda apa makna puasa yang sebenarnya? Bagaimana seharusnya tindakan orang yang berpuasa? Dan apa sajakah tingkatan bagi orang yang berpuasa? Yuk kita bahas!

Diwajibkan-Nya suatu ibadah dalam Islam bukan karena tanpa sebab. Semua amalan yang dikerjakan tentulah memiliki hikmah yang berbeda-beda dalam kehidupan, ibadah tersebut tak terkecuali berpuasa.

Puasa secara bahasa berasal dari kata "imsak/shaum" yang artinya menahan dan "kalf" yang artinya mencegah dari sesuatu. Sedangkan secara istilah puasa adalah menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkannya mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

Menahan diri yang dimaksud adalah tidak makan dan minum selama waktu berpuasa. Selain itu, juga menahan diri dari hawa nafsu dan hal-hal yang bisa mengurangi pahala puasa. Yakni menahan mata, telinga, tangan, dan anggota tubuh lainnya untuk tidak melakukan dosa.

Berbicara tentang puasa, Imam Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin membagi orang yang berpuasa dalam tiga tingkatan, yaitu tingkatan umum, tingkat khusus, dan tingkat khusus ke khusus.

Tiga Tingkatan Puasa Menurut Imam Al Ghazali

Seperti yang kita ketahui, Imam Al Ghazali merupakan ulama besar Islam yang ahli dalam berbagai disiplin ilmu, seperti fikih, tasawuf, filsafat, dll. Dalam Kitab Ihya Ulumuddin Imam Al Ghazali pernah mengungkapkan yang artinya;

"Ketahuilah bahwa puasa ada tiga tingkatan: puasa umum, puasa khusus, dan puasa paling khusus. Yang dimaksud puasa umum ialah menahan perut dan kemaluan dari memenuhi kebutuhan syahwat. Puasa khusus ialah menahan telinga, pendengaran, lidah, tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh dari dosa. Sementara puasa paling khusus adalah menahan hati agar tidak mendekati kehinaan, memikirkan dunia, dan memikirkan selain Allah SWT. Untuk puasa yang ketiga ini (shaumu khususil khusus) disebut batal bila terlintas dalam hati pikiran selain Allah SWT dan hari akhir." 

Dari ungkapan di atas, kita dapat mengetahui bahwa tingkatan orang yang berpuasa menurut Imam Al Ghazali dilihat dari sifatnya. Di mana, tingkatan yang pertama yaitu menahan dari nafsu mulut dan kemaluan.

Hal ini paling dasar, karena bisa dirasakan langsung oleh anggota badan. Artinya jika orang makan atau minum saat berpuasa maka sudah dipastikan puasanya batal. Ataupun jika seseorang berhubungan kelamin meski dengan pasangan yang halal, hal tersebut pun dilarang saat berpuasa.

Nah, umat Islam kebanyakan masih berada di tingkat umum. Karena banyak yang berpuasa hanya berusaha menahan hawa nafsu dari lapar dan haus saja. Padahal puasa yang sesungguhnya lebih dari itu.

Tingkatan kedua yaitu puasa yang khusus. Nah, tingkatan yang kedua ini sudah semakin sedikit umat Islam yang bisa melakukannya. Yaitu menahan semua panca indera dan anggota tubuh yang dimiliki seperti, mata, telinga, lidah, tangan, kaki, dll untuk tidak melakukan hal yang bisa membatalkan puasa.

Contoh sederhana, orang yang berada di tingkatan ini, sudah terbebas dari ghibah, mendengar hal yang dilarang agama. Bahkan ia mengarahkan kakinya untuk senantiasa melangkah ke tempat yang baik dan ia menjaga tangannya dari hal yang dilarang agama.

Tingkatan ketiga yaitu puasa yang khusus ke khusus. Pada tingkatan ini sangat jarang orang yang bila melakukannya, namun bukan berarti tidak bisa. Para nabi dan sahabat serta ulama-ulama yang dijaga hatinya oleh Allah yang biasanya berada di tingkatan ini.

Di mana, pada tingkatan ini saat berpuasa ia mampu mengontrol hatinya agar tidak memikirkan hal yang menghinakan dirinya, serta selalu mengingat Allah SWT dan hari akhir dalam hembusan napasnya. Bahkan jika ia lalai sedikit saja, ia menganggap puasanya telah batal.

Itulah tiga tingkatan orang yang berpuasa menurut Imam Al Ghazali. Kesimpulan yang bisa diambil adalah puasa hendaknya menjadikan kita lebih dekat kepada Allah dan senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah. Puncaknya semoga kita bisa menjadi orang-orang yang berada di tingkatan ketiga sebagaimana pendapat Imam Al Ghazali di atas.

Perihal berpuasa, banyak sekali amalan sunah yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk kita kerjakan, salah satunya adalah memberi makan orang yang berpuasa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun