Nah, umat Islam kebanyakan masih berada di tingkat umum. Karena banyak yang berpuasa hanya berusaha menahan hawa nafsu dari lapar dan haus saja. Padahal puasa yang sesungguhnya lebih dari itu.
Tingkatan kedua yaitu puasa yang khusus. Nah, tingkatan yang kedua ini sudah semakin sedikit umat Islam yang bisa melakukannya. Yaitu menahan semua panca indera dan anggota tubuh yang dimiliki seperti, mata, telinga, lidah, tangan, kaki, dll untuk tidak melakukan hal yang bisa membatalkan puasa.
Contoh sederhana, orang yang berada di tingkatan ini, sudah terbebas dari ghibah, mendengar hal yang dilarang agama. Bahkan ia mengarahkan kakinya untuk senantiasa melangkah ke tempat yang baik dan ia menjaga tangannya dari hal yang dilarang agama.
Tingkatan ketiga yaitu puasa yang khusus ke khusus. Pada tingkatan ini sangat jarang orang yang bila melakukannya, namun bukan berarti tidak bisa. Para nabi dan sahabat serta ulama-ulama yang dijaga hatinya oleh Allah yang biasanya berada di tingkatan ini.
Di mana, pada tingkatan ini saat berpuasa ia mampu mengontrol hatinya agar tidak memikirkan hal yang menghinakan dirinya, serta selalu mengingat Allah SWT dan hari akhir dalam hembusan napasnya. Bahkan jika ia lalai sedikit saja, ia menganggap puasanya telah batal.
Itulah tiga tingkatan orang yang berpuasa menurut Imam Al Ghazali. Kesimpulan yang bisa diambil adalah puasa hendaknya menjadikan kita lebih dekat kepada Allah dan senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah. Puncaknya semoga kita bisa menjadi orang-orang yang berada di tingkatan ketiga sebagaimana pendapat Imam Al Ghazali di atas.
Perihal berpuasa, banyak sekali amalan sunah yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk kita kerjakan, salah satunya adalah memberi makan orang yang berpuasa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H