Rabu (28/7/201), tepat pukul 23.30 Wib kami tiba dalam safari Religi ke Gombong, Kebumen Jawa Tengah. Tengah malam itu cukup hening, yaaaaa,,,namanya juda Ndesa jauh dari kebisingan hiruk pikuk perkotaan.
Suasana alam begitu terasa, dengan hamparan persawahan, mayoritas masyarakat Desa Banjarsari adalah bertani. Serasa pulang kampung sendiri, teringat akan suasana di Padang Lawas, Sumatera Utara. Bedanya di Banjarsari semua etnis Jawa, yang ngomongnya medok alias Ngapak.
 Khas banget. Itulah kayanya Indonesia, baik budaya, suku, bahkan bahasa. Tentunya, mayoritas agama muslim, namun jangan menjadi persoalan, apalagi mempertentangkan ugamo atau agama.
Perjalanan dari Ibukota menuju Gombong, mulai terasa lelah, hingga rebahan dikasur lantai atas rumah Bapak, menjadi tempat untuk istrahat tengah malam ini.
"Kamu istrahat diatas ya, naik dari sini. Kamar paling pinggir," cetus Bapak.
Bergegas naik kelantai dua, buka pintu, langsung rebahan. Terlelap, hingga terdengar suara tarhim begitu jelas, karena memang mushollah tepat dihalaman rumah Bapak, pertanda menjelang pagi. Yaaaa,,,tunaikan sholat subuh.
Seperti biasa jam tangan menunjukkan pukul 07.30, sarapan pagi sudah terhidang di meja dapur. Khas makanan Jawa, ada gudek, dan tempe goreng. Selesai sarapan, sebagai pelengkap kopi diseduh untuk sruputan teman ngobrol bersama Bapak dan saudara-saudara.
Tak lama berselang, muncul bapak tua berusia sekitar 72 tahun. Bercerita dengan khas ngapak, banyak tawa dibuatnya. Inilah obat awet muda hidup dikampung, bisa tertawa lepas, melepas rindu dengan saudara-saudaranya Bapak semasa kecil. Kenangan indah yang masih membekas dalam alam pikiran.
"Saya pernah sakit, saking sakitnya, sudah pamitan sama para tetangga disini. Karena saya mau mati" kata sang Bapak Tua tadi. Semua tertawa lepas, termasuk saya.hehehehehe
Nah, yang membuat tertawa kami semua begitu lepas adalah, sakit Bapak Tua itu hanya karena 'Sakit Gigi'.
Ini berbalik arah dengan lagu dangdut ciptaan Obbie Messakh 'Sakit Gigi'. Begini bagian bait syair nya :
Daripada sakit hati
Lebih baik sakit gigi ini
Biar tak mengapa
Rela rela rela aku relakan
Rela rela rela aku rela
Kalau terbakar api
Kalau tertusuk duri mungkin
Masih dapat kutahan
Tapi ini sakit lebih sakit
Kecewa karena cinta
Kalau yang dirasakan Bapak Tua itu sakit Gigi yang dirasakan adalah mendekati maut, hingga memberanikan diri untuk pamitan, dan minta maaf segala kesalahan yang pernah diperbuat. Sikap Bapak Tua itupun sampai Viral di Banjarsari.hehehe
Para pembaca Kompasiana juga, pasti tertawa mendengar cerita Bapak Tua itu, terlebih bercerita dengan logat Ngapak nya.
Kenapa Viral???? Yaaaaa...karena si Bapak Tua itu sampai sekarang sehat, tidak jadi Mati alias Meninggal.hehehe
Sruput, sruput, sruput kopipun masih berlanjut. Hingga cerita selanjutnya adalah, tentang masa sekarang, yaaaaa...covid-19.
'Saya pernah merasakan hilang bau, tapi rasa masih, makan tetap enak, sakit kepala atau demam tidak ada," cerita Mas Mas kira2 umur 38-an begitu.
Kula ambung minyak wangi,ora mambu,kula hirup minyak telon ora mambu. Waduhhhh,,,ngapa yaaaa, katanya pula melanjutkan cerita dengan gaya khas Ngapak.
Isolasi Mandiri (Isoman) pun dilakukan Mas Mas ini. Tanpa ada memeriksakan diri ke Puskesmas atau Rumah Sakit. Karena dia yakin, ketika di periksakan ke Dokter, dipasti vonis Positif Covid. Usaha Isoman Mas Mas inipun berhasil. Dan penciumannya pun nomal kembali.
Yang menjadi lucu dari ceritanya Mas Mas ini adalah. Ketika menjenguk temannya yang sedang positif covid, hasil dari pemeriksaan Dokter.
'Niki obat manjur covid," katanya Mas Mas kepada temannya.
Dengan menyodorkan 'kemenyan' yang sudah dilinting dengan tembakau, untuk di sedot, seperti orang merokok.
Kamipun tertawa terbahak bahak, kembali.hehehehehe
Yaaaaa...merokok, dan kali ini merokok kemenyan, sebagai obat covid. Lintingan itupun diisap temannya yang sedang covid tersebut. Singkat cerita, jelang 4 hari setelah itu, temannya itupun sehat dan bugar kembali.hehehe
Semoga kita semua sehat dan bagi yang sakit segera disehatkan. Warga Bangsa Indonesia dan dunia segera dihilangkan dari Pandemi Covid-19, agar hidup normal kembali sediakala.
Wallahu'alam bisshowab.
Lanjuttt...bersambung....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI