Mohon tunggu...
Muhammad Arfan Pramana Iksakta
Muhammad Arfan Pramana Iksakta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Walisongo Semarang

Mahasiswa yang minat dalam menulis, hobi berolahraga dan media desain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengisi Keterbatasan Pendidikan di Era Disrupsi

23 November 2021   21:22 Diperbarui: 2 Desember 2021   12:07 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang tua juga harus dapat memotivasi anak-anaknya agar tidak salah dalam memilih jalan mereka, lagi-lagi mengarahkan setiap hari merupakan peranan utama yang sangat baik. Kecerdasan dan prestasi akademik bisa gugur jika pribadi anak dalam kepercayaan diri luntur. Jangan sampai ketika dewasa nanti ia sulit untuk menyadari potensi dalam dirinya sehingga tidak berani mengambil keputusan dan peluang-peluang yang besar didepan mata mereka. Ini akan disayangkan karena potensi yang ada tidak dapat terjadi berulang-ulang, apalagi diera disrupsi ini dengan tatanan dan sistem yang sudah maju namun kita tidak dapat beradaptasi dengan pergantian yang ada.

Menggunakan kalimat-kalimat pendukung dan halus serta dapat dipahami untuk menjelaskan pentingnya belajar agar mereka berhasil kedepannya. Memberikan pujian kepada anak ketika mereka meraih prestasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan belajar anak agar kepercayaan diri dapat terbangun sejak dini dan dapat selalu berkembang dengan berjalannya waktu.

Dalam berjalannya waktu, selalu memenuhi kebutuhan anak dapat memberi kenyamanan, hal penting lain jangan sampai orang tua terlalu berlebihan memberikan apapun yang anak inginkan. Agar semakin sempurna pendidikan dapat diwujudkan dengan ikhlas dan menikmati semua proses yang ada.

Keterbatasan Pengajar

Dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki keterbatasan pada pengajar atau pendidik. Utamanya dibeberapa posisi desa mengalami  kekurangan guru, bahkan beberapa guru yang berada mengajar di sekolah desa merangkap dua posisi, menjadi guru dan menjadi kepala sekolah atau bahkan merangkap pada jabatan lain, inilah yang menyebabkan titik fokus guru untuk mengajar murid-murid mengalami kemunduran. Bisa jadi juga dibeberapa sekolah terdapat minim sekali pengajar, dimana berbanding terbalik dengan jumlah murid yang terdapat pada sekolah tersebut.

Guru yang seharusnya sebagai tiang peneguh pengetahuan bagi anak-anak mengalami keterbatasan kuantitas, itu akan akan berdampak pada proses pendidikan pada lokasi sekolah tersebut. Selain hal tersebut, kepribadian dari seorang guru juga kunci sukses proses akademik bagi anak-anak yang sedang menempuh pendidikan. Sebagian guru-guru tertentu masih dikuasai oleh emosi yang kurang tenang. Misalkan saja ketika gagasan dari seorang murid disampaikan dan guru sedang tidak setuju boleh jadi personal dari para muridlah yang diserang seperti persoalan nilai ulangan, perilaku dan hal lainnya.

Proses yang dijalankan sepatutnya perlu komunikasi yang baik antara guru dan murid. Lebih awal ketika sudah tahu akan posisi disekolah, beberapa sekolah yang kekurangan pengajar sudah seharusnya sadar akan posisi mereka, bagaimana ia akan bertindak untuk memecahkan solusi, bagaimana menginisiasi persoalan-persoalan yang terjadi. Karena jika jumlah guru yang terbatas maka dampak besar yang akan tertimpa pada murid-murid adalah mereka tidak mendapatkan kesempatan materi yang dipaparkan oleh guru karena ada keterbatasan itu tadi. Banyak sekolah-sekolah terutama di pedesaan yang sistem dan tatanannya kurang teratur, apalagi tenaga untuk membangun pendidikan yang baik tidak bisa membantu banyak dalam perjalanan pembelajaran.

Dampak yang ekstrem pun juga bisa saja terjadi jika guru membiarkan para siswanya berperilaku bebas sehingga yang didapatkan siswa adalah ajaran tanpa pengarahan. Misalkan saja ijin untuk keluar ruangan padahal pembelajaran sedang berlangsung, hal-hal seperti ini sebenarnya kurang baik karena akan mengakibatkan siswa lain juga akan melakukan hal yang sama, bahkan kebiasaan ini akan terulang-ulang, boleh jadi juga para siswa akan memanfaatkan ijin-ijin semacam itu untuk keperluan pribadinya, buruknya dimanfaatkan untuk bolos sekolah. Hal semacam itu jika kita biarkan akan berdampak pada sisi psikologi siswa. Jadi membiarkan sebuah pelangaran-pelanggaran kecil yaitu melanggar ketertiban yang sudah ditentukan. Seharusnya guru dapat bertindak tegas dan memberikan sanksi agar siswa jera dengan aktivitas-aktivitas yang kurang baik yang sering dibiasakan.

Persoalan yang perlu diangkat yaitu guru tidak bosan untuk memberikan motivasi dan mengingatkan kepada seluruh siswa untuk tetap mematuhi peraturan dan etika kesopanan dalam belajar mengajar disekolah, singkatnya bahan yang pernah disampaikan coba untuk diulang-ulang secara terus menerus agar masuk dalam pemahaman para siswa.

Keterbatasan Ekonomi

Peran perekonomian dalam pendidikan sangat menentukan seseorang dalam mencapai suatu pendidikan yang baik, walaupun bukan menjadi peranan utama dalam pendidikan. Ada hal lain yang lebih menentukan hasil seseorang dalam menempuh pendidikan. Pendidikan merupakan lembaga yang berkewajiban mengembangkan masa depan seseorang. Dunia pendidikan bukan bicara hanya sebatas uang atau bisnis saja, melainkan tempat untuk mewadahi seseorang untuk dibina dan diarahkan. Meski demikian tanpa ekonomi yang memadai juga pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan baik dan lancar, sebagai jembatan perantara untuk mengarungi pembelajaran. Misalkan saja seperti sekolah-sekolah yang atapnya roboh karena tersapu angin kencang, akan membuat anak-anak dan guru mengungsi ketempat lain, ini yang juga akan berdampak jika masalah perekonomian mengalami keterbatasan yang amat sulit. Hal itu juga dapat mengurangi peranan intensitas proses belajar siswa serta ketidaknyamanan siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun