Si petani itu membawa nipon ke puskesmas, karena ada luka memar bekas pukulan. Nipon dirawat sejenak disana, dan para petugas kesehatan meladeni nipon dengan baik. Termasuk membawakan susu kepada nipon.
Suatu saat nipon berkata pada yang memberinya susu. "Kamu ini orangnya aneh. Di pematang sawah tadi, kamu memukulku dan memberikan rasa sakit kepadaku, tapi disini kamu memberikan susu yang segar kepadaku. Kamu benar-benar aneh ya."
Si pembawa susu kaget bukan main. Dia bukan petani yang memukul nipon. Dia hanyalah petugas kesehatan yang memang tugasnya adalah merawat pasien. Lalu dia berkata: "Bukan aku yang memukulmu, orang lain yang melakukannya."
"Engga, selain kamu, siapa lagi yang bisa datang memukulku di pematang sawah itu? Kenapa kamu memukulku, hanya kamu yang tau rahasianya. Lalu, kenapa sekarang kamu malah membawakan susu untukku, kamu sendiri emang orang aneh yang tau rahasianya." Kata Nipon.
Petugas itu semakin budrek. Dia tak mengerti apa yang sebenernya terjadi. Emang apa yang terjadi sebenarnya?Â
Nipon sudah sedemikian percayanya bahwa semua ini adalah pekerjaan Tuhan, semua campur tangan Tuhan, Manusia hanyalah berakting pada 'lakon' masing-masing. Sebagai manusia ciptaan sang Pangeran, dia percaya bahwa apapun yang terjadi di dunia ini atas kehendak Tuhan. Ketika petani memukulnya, Nipon melihatnya sebagai Tuhan yang sedang memukul. Ketika petugas kesehatan membawakan susu, Nipon melihat Tuhan sendiri yang melakukannya. Ke manapun dia pergi, wajah Tuhan selalu dia lihat di sembarang orang dan makhluk. Tuhan bisa menghukum dan sebaliknya Tuhan bisa begitu belas kasih dan Cinta, tergantung Karma atau Akting yang sedang dilakukan seseorang.
Cerita ini diadaptasi dari prolog buku 'Tuhan Maha Asyik'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H