Kita semua tahu dan setuju bahwa pertanian sangat berperan penting dalam kehidupan kita. Pertanian itu memenuhi segala macam kebutuhan, mulai dari sandang, pangan, dan papan.
Negara Indonesia merupakan negara yang tropis dan kaya akan sumber daya alamnya. Namun, pengelolaannya sangat jarang dilakukan oleh anak-anak muda. Tentu saja, ada berbagai macam ragam alasannya.
Ini adalah survey yang dilakukan oleh Jakpat dan melibatkan sekitar para generasi muda. Hasilnya cukup mencengangkan. Hanya 6 dari 100 gen-z saja yang ingin terjun ke dunia pertanian.
36.3% para generasi muda beranggapan bahwa menjadi seorang petani tidak memiliki pengembangan karir. Padahal, ini tidak sepenuhnya benar. Menjadi seorang petani pun juga memiliki jenjang karir yang menjanjikan. Pertama-tama dimulai dari seorang petani pemula yang menggarap lahan kecil, kemudian naik kelas menjadi petani menengah.
Setelah pertanian sudah mulai besar, bisa menjadi seorang manajer pertanian yang mengatur pengelolaan sumber daya manusia, keuangan, dan lain sebagainya. Ini masih terus bisa berkembang.
Seorang petani pun juga bisa membangun perusahaan dan merek taninya tersendiri. Tidak hanya itu, bukan hanya hasil panen saja yang bisa menjadi sumber pemasukan, produk-produk pertanian seperti benih unggul, pupuk organik, alat-alat pertanian, media tanam, dan lain sebagainya bisa dijadikan sebagai sumber pemasukan.
33.3% generasi muda juga beranggapan bahwa menjadi seorang petani penuh dengan resiko. Memang benar, menjadi seorang petani penuh dengan resiko.
Menjadi seorang petani ini berarti Anda harus siap menerimanya apabila suatu saat terjadi serangan hama, gagal panen, dan lain sebagainya. Namun, dengan hanya mengetahui bahwa petani penuh resiko, apakah harus dihindari?
Lagipula, pekerjaan apa yang ada di dunia ini yang tidak memiliki resiko? Resiko itu akan selalu ada dalam setiap aspek kehidupan, tinggal kitanya sendiri yang siap atau tidak menghadapinya.