Mohon tunggu...
muhammad ansyari
muhammad ansyari Mohon Tunggu... -

mahasiswa di universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahasiswa Bukan Kaum "Elite"

15 November 2010   08:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:35 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pagi hari perdebatan dimulai . di sebuah ruangan yang menjadi kelas untuk mata kuliah yang selalu memancing perdebatan seru. kali ini tema yang diangkat adalah amuk massa

namun ada seorang teman dengan lantang berkata "kamu tidak bisa menganalogikan telur rebus dengan sebuah negara"

dalam kejadian tersebut sebenarnya banyak hal yang dapat kita petik dan menjadi pelajaran bagi sikap dan kepribadian.

pertama. dalam menyampaikan pendapat, walaupun pendapat dan kritik kita pedas maka ucapkanlah maaf dahulu untuk menyanggah pendapat orang lain. dengan menjaga kesopanan ini seorang individu dapat terlihat lebih ramah dan tidak egois. hal ini memang sepele tapi ingatlah pepatah "terkadang yang membuat orang jatuh itu bukan batu yang besar tetapi kerikil kecil yang tidak terlihat" jadi jaga perasaan orang lain itu lebih utama dari pada kritik dan saran yang sok pintar dan sombong.

kedua. pahami dahulu mengapa seseorang mengambil analogi yang sangat sederhana dan tidak serumit kasus sesungguhnya. nah kalau kita terlalu merasa lebih tahu dar orang lain dan tahu kelemahan dari lawan debat kita maka jangan asal "nyerocos" bisa-bisa kita salah tanggap mengenai analogi orang lain. hal itu tentunya memberikan kesan buruk pada diri kita. lebih baik telaah dulu mengapa begini dan bagaigaimana sehingga bisa seperti ini. dan menurut saya teman saya mengambil analogi telur dalam kasus serumit amuk massa agar teman-teman itu menerti prosesnya amuk massa secara sederhana sehingga dapat membuka pemikiran yang lebih bijak atas kasus yang dibahas.

ketiga, bicara lantang itu baik tetapi bicara lembut dan tegas itu paling baik, mengapa? lembut tegas dan tenang menggambarkan sebuah kebijaksanaan dalam berbicara karena kata-kata yang akan diucapkan dipikirkan terlebih dahulu, sedangkan kalau kita berbicara dengan lantang maka kesan sombong akan terlihat saat kita berbicara. lantang boleh asal pada tempat yang benar. jika lantang saat berdebat maka opini publik akan menganggap kita itu orang yang sombong. yang paling diperlukan dalam berdebat dan mengajukan pendapat adalah ketegasan, ketenangan, dan kelembutan, bagaimana menggabungkan ketegasan dan kelembutan? hal ini silahkan pembaca telaah sendiri.

dan yang terakhir sesuaikan, bahasa, penggunaan kata, dan nada bicara kepada pendengar. kalau kita bicara agak keras, lantang dan berapi-api itu saat pidato dn kampanye sangat manjur, tetapi jangan lakukan hal tersebut pada orang tua dalam penyuluhan cara petani. sebagai mahasiswa seharusnya dapat menyesuaikan bahasanya pada khalayak ramai. dan ingat mahasiswa bukan kaum elite yang cara bicarannya sok elite. tetapi mahasiswa adalah kaum cendikia yang dapat masuk ke dalam berbagai kelas masyarakat. tanpa ragu. mahasiswa seharusnya menjadi penyejuk hati bagi para petani miskin atas ilmu yang diberikan untuk cara bertani yang lebih baik dan murah, mahasiswa seharusnya dapat menjadi contoh bagi masyarakat yang kurang memadai pendidikannya, dan mahasiswa kerjanya bukan demo aja tuh tugas diselesaikan dulu agar IP tak seret, dan yang terakhir mahasiswa bukan orang sombong. atau kaum elite yang bicaranya sok tinggi dan kadang jika ada yang salah tidak pernah malu atas kesalahannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun