"Semua manusia adalah pemimpin. dan hal yang paling kecil dan paling sulit dipimpin adalah dirinya sendiri"
seorang pemimpin bukanlah manusia biasa walaupun pada hakikatnya ia sama dengan kita. yang membedakan seorang pemimpin dengan orang lain adalah kharismanya yang muncul karena beban dan tanggung jawab yang dipikulnya. Semakin berat tanggung jawab seorang pemimpin maka semakin besar dan hebat juga kharisma yang ia miliki.
dalam memimpin seorang pemimpin dapat melakukan apa saja dengan kewenangannya dan tindakannya serta keputusan yang ia buat selalu mengarah kedalam dua realita yaitu menghasilkan keburukan dan menghasilkan kebaikan. Sama seperti tindakan kita sebagai manusia selalu menghasilkan dua hasil yaitu baik dan buruk tergantung niat, cara melakukannya dan hasilnya. Tetapi perbedaan manusia biasa dan seorang pemimpin adalah letak pertanggungjawabannya. tanggung jawab pemimpin menyangkut kepentingan orang banyak sehingga akan sangat sulit untuk mengambil keputusan dan tindakan karena pandangan dan keinginan dari orang-orang yang ia pimpin sangat heterogen
keputusan dan tindakan seorang pemimpin merupakan himpunan dari keinginan dan kepentingan orang-orang yang dia pimpin dan merupakan tujuan yang pasti untuk menjadi suatu keputusan. keputusan dan tindakan tersebut bukan hanya dari himpunan keinginan dan kepentingan saja melainkan dengan penuh pertimbangan serta kematangan dalam berpikir agar mendapatkan keputusan yang bijaksana.
kita sebagai manusia juga merupakan pemimpin atas apa yang dapat kita kendalikan. "dirimu adalah pemimpin jasadmu". Antara qolbu. logika dan nafsu(emosi) yang saling berebut untuk dapat mengendalikan jasad agar bertindak untuk menghasilkan sebuah keputusan dan tindakan. bagaimana ketiga elemen (qolbu,logika dan nafsu[emosi]) bekerja dalam diri? ada banyak kemungkinan mengenai hal ini,antara lain:
pertama: kita mengutamakan pikiran dan logika dalam memimpin jasad ini. Maka kita akan terlalu perfeksionis dan tidak pernah memikirkan perasaan orang lain dalam bertindak dan mengambil keputusan jika ini terus dilakukan maka penindasan dan menzholimi orang lain akan sering dilakukan demi sebuah tujuan yang kita kejar.
kedua: kita mengutamakan nafsu dalam memimpin maka hasil yang diperoleh lebih buruk dari pada memimpin dengan logika. mengapa? nafsu adalah anugrah yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia namun jika nafsu tidak dapat diarahkan dengan baik maka akan berakibat bencana. jeratan kesalahan dan berkurangnya akhlak berawal dari nafsu yang tidak terkendali. jadi pantaskah kita mengedepankan nafsu sebagai dasar untuk memimpin diri?
ketiga: mengutamakan qolbu dalam memimpin berarti kita lebih sensitif terhadap kentingan dan perasaan orang lain hal ini baik namun akan menghasilkan pemimpin yang ragu-ragu dan tidak berani dalam mengambil keputusan. kita lambat dalam mengambil keputusan karena sangat banyak pertimbangan yang ditimbang. dan bahkan sangat sulit untuk mengambil keputusan. jadilah kita orang yang tidak berpendirian dalam hidup dan memimpin. dan istilah pimplan akan melekat dalam diri kita.
pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat mengatur qolbu, nafsu, dan logikanya Muhammad SAW merupakan contoh yang sangat baik dalam memimpin diri dan orang lain. Muhammad SAW dapat mengatur ketiga elemen tersebut. beliau pintar dalam memimpin diri dan orang lain maka saat itu logikanya berjalan ketika logikanya berjalan beliau tidak pernah menzholimi dan menyakiti orang lain, serta keputusan yang diambil teguh dan penuh pertimbangan maka disini qolbu bekerja. Dalam memimpin beliau pasti butuh makan dan kegiatan harian lainnya tetapi ketika makan atau melakukan kegiatan sehari-hari beliau selalu berhati-hati dan tidak pernah berlebih-lebihan maka nafsu beliau dapat beliau arahkan.
Semua proses diatas tentunya diawali Rasulullah SAW dengan bismilah dan doa sehingga Allah SWT merahmati dan meridhoi tindakan dan keputusan Rasulullah SAW.
kesimpulannya jika mau penjadi pemimpin yang baik bagi diri sendiri dan orang lain, bertakwalah kepada Allah SWT karena dengan itu qolbu, logika dan nafsu dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tugasnya dengan bantuan Allah SWT. Belajarlah merasakan perasaan orang lain maka kita akan mengerti cinta pemimpin kepada orang yang ia pimpin,. dan yang paling penting pimpinlah dirimu sendiri sebelum memimpin orang lain. juga libatkan Allah dalam mengambil setiap keputusan dan tindakan yang akan kita lakukan dengan sholat isthiqarah dan doa. wawlahu 'alam
penulis mohon maaf kalau ada kesalahan dalam tulisan ini mohon saran dan kritik yang membangun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H