Mohon tunggu...
Muhammad Andrean Hidayatullah
Muhammad Andrean Hidayatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seseorang yang ceria dan penuh semangat untuk belajar. "Selalu menyebarkan energi positif" sebagai prinsip hidupnya. Hala Madrid!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Taksonomi Baru untuk Garis Aksi dalam Transformasi Digital

4 September 2024   21:11 Diperbarui: 6 September 2024   00:41 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Transformasi Digital. Sumber (Freepik.com)

Taksonomi Baru untuk Garis Aksi dalam Transformasi Digital

Digitalisasi tidak lagi menjadi opsi, tetapi sebuah keharusan bagi organisasi yang ingin tetap relevan di era globalisasi dan teknologi modern. Salah satu wujud nyata dari evolusi ini adalah transformasi digital, sebuah proses kompleks yang tak hanya menyentuh teknologi, tetapi juga memengaruhi seluruh aspek operasional perusahaan. Artikel ilmiah berjudul Extending the Process Frontier of Digital Transformation: A Flow-Oriented Perspective karya Hajar Mozaffar dan Marina Candi (2024) memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya memahami transformasi digital dari perspektif aliran (flow-oriented). Perspektif ini menekankan bahwa transformasi digital bukanlah proses linier dengan titik akhir yang jelas, melainkan perjalanan berkelanjutan yang melibatkan berbagai aktor, tingkat organisasi, dan umpan balik yang terus-menerus.

Dalam artikel tersebut, dijelaskan bahwa banyak perusahaan menghadapi tantangan besar dalam melakukan transformasi digital, yang tidak jarang berakhir pada kegagalan atau kerugian finansial. Bahkan, pada tahun 2020, sekitar 70% dari inisiatif transformasi digital global tidak mencapai tujuan yang diharapkan (Baiyere et al., 2020). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada urgensi tinggi untuk bertransformasi, terdapat kesenjangan besar antara harapan dan kenyataan.

Mozaffar dan Candi menyoroti perlunya pendekatan baru yang lebih dinamis dan fleksibel, mengingat sifat transformasi digital yang penuh ketidakpastian. Mereka memperkenalkan fenomena "momen transisi", yakni saat-saat krusial di mana keputusan dan tindakan yang diambil bisa menentukan arah masa depan transformasi. Oleh karena itu, memahami bagaimana organisasi menghadapi dan memanfaatkan momen transisi ini menjadi sangat penting untuk kesuksesan transformasi digital.

Metode penelitian yang digunakan oleh Mozaffar dan Candi dalam artikel ini adalah studi longitudinal multi-level yang mencakup observasi langsung, wawancara mendalam, dan analisis dokumen di dua organisasi yang menjalani proses transformasi digital. Penelitian ini tidak hanya fokus pada hasil akhir transformasi, tetapi juga menggali bagaimana setiap lini aksi berkembang dan saling berkorespondensi untuk membentuk alur cerita transformasi. Dengan pendekatan ini, mereka berhasil menangkap dinamika proses transformasi digital secara lebih holistik dan mendalam.

Salah satu teori penting yang mendukung artikel ini adalah teori generative digital technologies yang menyatakan bahwa teknologi digital bersifat evolutif dan dapat terus menghasilkan variasi inovasi baru dalam organisasi (Vial, 2019). Hal ini diperkuat oleh temuan bahwa proses transformasi digital sering kali tidak berjalan linier, tetapi lebih menyerupai aliran yang terus berkembang. Misalnya, sebuah organisasi yang menerapkan teknologi digital baru mungkin mengalami banyak kendala teknis, seperti kegagalan dalam integrasi sistem. Namun, jika organisasi tersebut mampu memanfaatkan momen transisi yang diidentifikasi oleh Mozaffar dan Candi, mereka dapat menemukan solusi inovatif yang memungkinkan kelancaran transformasi ke depannya.

Fenomena momen transisi inilah yang menjadi inti dari teori yang dikembangkan dalam artikel ini. Momen transisi dapat muncul kapan saja dalam proses transformasi, dan biasanya terjadi ketika berbagai garis aksi dari beragam level organisasi berinteraksi dan menciptakan kondisi yang memungkinkan perubahan besar. Sebagai contoh, dalam penelitian mereka, satu organisasi mengalami perubahan besar dalam sistem inventaris setelah beberapa kali kegagalan dalam penerapan teknologi baru. Momen transisi tersebut memicu organisasi untuk mendesain ulang proses digitalisasi, yang akhirnya berhasil setelah melalui beberapa iterasi. Inilah yang menjadikan transformasi digital sebagai perjalanan yang penuh tantangan, tetapi juga kaya akan peluang inovasi.

Artikel ini juga menyajikan data empiris yang kuat terkait tantangan transformasi digital. Menurut sebuah studi pada tahun 2021, sekitar 40% perusahaan di seluruh dunia melaporkan kegagalan dalam proyek digital mereka karena kurangnya perencanaan strategis yang matang (Chanias et al., 2019). Selain itu, laporan lain menyebutkan bahwa transformasi digital dapat menelan biaya hingga 1,3 triliun USD per tahun secara global, namun hanya 25% dari inisiatif tersebut yang dinilai sukses (Fuchs & Hess, 2018). Ini menunjukkan bahwa tanpa pemahaman mendalam tentang dinamika dan kompleksitas transformasi digital, organisasi berisiko mengalami kerugian besar.

Kontribusi utama artikel ini adalah pengembangan taksonomi baru untuk memahami garis aksi dalam transformasi digital. Garis aksi ini dikelompokkan menjadi tiga kategori: inscribing, mobilizing, dan orchestrating. Kategori ini membantu organisasi untuk mengidentifikasi di mana saja mereka harus fokus dalam proses transformasi dan bagaimana mereka bisa memaksimalkan peluang dalam setiap momen transisi yang muncul. Dengan taksonomi ini, organisasi tidak hanya bisa memahami proses secara keseluruhan, tetapi juga memiliki alat analisis yang lebih tajam untuk memetakan perjalanan transformasi digital mereka.

Transformasi digital merupakan perjalanan panjang yang penuh tantangan, namun di dalamnya terkandung potensi besar untuk menciptakan perubahan mendasar dalam organisasi. Artikel yang ditulis oleh Mozaffar dan Candi (2024) menggarisbawahi pentingnya memahami bahwa transformasi ini bersifat dinamis dan penuh dengan ketidakpastian. Dengan memperkenalkan konsep momen transisi dan mengembangkan taksonomi baru untuk memetakan garis aksi dalam proses ini, penelitian mereka memberikan wawasan yang sangat dibutuhkan bagi perusahaan yang ingin sukses dalam melakukan transformasi digital.

Kesimpulan dari artikel ini menegaskan bahwa untuk berhasil, organisasi harus bersikap fleksibel dan adaptif dalam menghadapi tantangan yang muncul. Transformasi digital bukan sekadar soal adopsi teknologi, tetapi lebih kepada bagaimana organisasi merancang ulang proses, identitas, dan model bisnis mereka agar tetap relevan di era yang terus berkembang. Oleh karena itu, saran yang diberikan adalah agar organisasi memperhatikan tidak hanya teknologi, tetapi juga aspek-aspek lain seperti perubahan budaya kerja dan kolaborasi lintas departemen.

Implikasi dari penelitian ini sangat relevan bagi bisnis B2B yang sering kali dihadapkan pada proses transformasi digital yang kompleks. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana garis aksi berinteraksi dan bagaimana memanfaatkan momen transisi, perusahaan B2B dapat menghindari kesalahan yang umum terjadi dalam transformasi digital. Artikel ini juga membuka ruang bagi penelitian lebih lanjut, terutama dalam menggali bagaimana momen transisi dapat diidentifikasi dan dimanfaatkan secara lebih efektif di berbagai sektor industri.

Referensi

Mozaffar, H., & Candi, M. (2024). Extending the process frontier of digital transformation: A flow-oriented perspective. Information Systems Journal. https://doi.org/10.1111/isj.12557

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun