Guru saya pernah berkata, anak SMK ini memiliki tiga keistimewaan, pertama melanjutkan untuk bekerja, kedua membuat bisnis, dan yang ketiga melanjutkan pendidikan. Jadi, lulusan SMK tidak hanya di fokuskan untuk bekerja, tetapi juga bisa membuat usaha bahkan mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, terlebih di perguruan tinggi negeri. Itu semua kembali pada niat, komitmen, dan tujuan masing-masing siswa.
Saya akan membahas lebih lanjut mengenai langkah yang saya jalani dengan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri. Hal ini bermula ketika saya melihat tayangan suatu channel di YouTube, yang membahas seputar jalur masuk ke perguruan tinggi negeri, karena merasa tertarik dengan tayangan tersebut, alhasil saya mencoba untuk menelusuri lebih lanjut dan mencari informasi dengan lebih detail. Setelah mendapatkan informasi yang di butuhkan, saya langsung berusaha untuk meyakinkan diri dalam mengikuti serangkaian tes jalur masuk ke perguruan tinggi negeri, di antaranya ialah jalur Snmptn atau Snbp (Rapor) & jalur Sbmptn atau Snbt (Utbk)
Singkat cerita, saya terpilih sebagai salah satu siswa eligible yang berkesempatan mengikuti Snmptn di tahun 2021. Akan tetapi saya tidak begitu yakin dengan hasilnya, karena saat itu, saya memilih ptn yang tingkat persaingannya cukup tinggi, padahal guru saya sudah menghimbau bahwa Jurusan yang di pilih sebaiknya di sesuaikan dengan jurusan di SMK. Namun, saya mengabaikannya dan tetap berpegang teguh pada prinsip saya.Â
Saya berprinsip bahwa lebih baik saya gagal di jalur snmptn daripada memilih jurusan yang tidak sejalan dengan kemampuan yang saya miliki. Karena kuliah bukan untuk "cari aman" tetapi bertujuan untuk meningkatkan kualifikasi dan potensi yang kita miliki demi keberlangsungan karir kita kedepan.Â
Tibalah pengumuman Snmptn, hasilnya sesuai dugaan dan prediksi, saya gagal dan tidak lolos di jalur tersebut, saya tidak merasa putus asa akan hal itu, saya mencoba untuk bangkit dan belajar untuk persiapan menghadapi sbmptn di tahun 2021, walaupun dengan waktu dan media yang terbatas.Â
Sebagai anak SMK, ada sedikit rasa kewalahan dalam memahami beberapa pelajaran yang akan di ujikan pada tes sbmptn, karena pada dasarnya, pelajaran-pelajaran tersebut tidak saya dapatkan ketika duduk di bangku SMK. Jadi, saya benar-benar mempelajarinya dari awal dengan bantuan YouTube, buku, web, dan tryout gratisan.
Waktu berjalan begitu cepat, tes sbmptn di hadapan mata, dengan bermodal usaha, tekad, dan kerja keras, saya berusaha untuk mengerjakan soal demi soal pada layar komputer hingga selesai. Ketika semuanya beres, saya merasa janggal karena tidak puas dengan jawaban yang saya pilih, dalam benak saya terlintas "kalau pun lolos hanya keberuntunganlah faktor yang memiliki andil cukup besar di tahun 2021 ini".
Pengumuman sbmptn tahun 2021 pun akhirnya tiba, saya mencoba untuk memberanikan diri dengan membuka pengumuman tersebut di layar hp pada pukul 15.30 WIB, hasilnya... Saya mendapati kalimat "Semangat & Jangan Putus asa" yang artinya saya tidak lolos dan gagal, kali ini saya benar-benar kecewa, sedih, frustasi, putus asa, galau, pusing, hingga saya jatuh sakit selama beberapa hari.Â
Apakah dengan kegagalan tersebut saya menyerah? Apakah kegagalan tersebut akhir dari segalanya? Apakah kegagalan tersebut mematikan dan mematahkan mimpi saya untuk dapat berkuliah di perguruan tinggi negeri?Â
Pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa di patahkan hanya dengan satu pernyataan, yakni "kegagalan bukan akhir dari segalanya, tetapi kegagalan merupakan awal dari kemenangan dan bentuk kesuksesan yang tertunda".Â
Saya tidak menyerah begitu saja, lambat laun, saya mencoba untuk menata dan menyusun strategi kembali untuk menghadapi utbk di tahun 2022. Fyi, di tahun 2021, saya tidak mengikuti jalur seleksi mandiri manapun. Maka dari itu, saya kembali memulai dari awal, seperti menyusun planning belajar, membeli paket belajar di beberapa platform, membeli buku kosong untuk catatan, menyiapkan alat tulis dan teman-temanya serta membatasi aktivitas untuk bermain dengan teman. Dalam keberjalanannya, saya merasa jauh lebih siap untuk menghadapi utbk di tahun 2022, walaupun dalam proses belajar pasti ada fase up and down nya, tetapi entah kenapa rasanya jauh lebih baik di banding tahun sebelumnya
Menjelang utbk, rasa kekhawatiran saya semakin meningkat, seperti overthingking hampir tiap malam, overthingking tiap kali melihat skor tryout di twt yang cukup tinggi sedangkan saya masih biasa-biasa saja, overthingking melihat teman yang lebih pandai dan terlihat progressnya. Itu semua saya rasakan dan resahkan. Untuk mengatasi hal tersebut, saya memohon dan meminta doa kepada Tuhan, agar jalan saya dipermudah untuk melewati segala rintangan dan permasalahaan yang sedang saya hadapi dan di ringankan atas segala hal yang memberatkan. Sampai pada akhirnya saya berada di titik siap untuk menghadapi ujian tes berbaris komputer yang kedua kalinya, sedikit flashback pada tahun 2021 saya memilih IPB sebagai venue utbk, tetapi tahun 2022 saya memilih venue utbk di UI, yang bertujuan agar tidak menggoreskan luka lama dan mencari suasana baru. Singkat cerita, saya berhasil mengerjakan soal demi soal dengan baik dan tenang hingga selesai, setelah mengerjakan soal-soal tersebut saya merasa leluasa dan cukup tidak terbebani, karena mungkin faktor persiapan saya yang cukup, walaupun demikian, di tahun 2022 saya juga mempersiapkan diri untuk mengikut jalur mandiri. Jadi, sehari setelah tes utbk, saya membuka buku kembali untuk persiapan jalur mandiri yang akan saya ikuti
Pengumuman Sbmptn tahun 2022 pun tiba, pengumuman yang membuat hati saya deg-degan, membuat pikiran saya tak karuan. Saya berusaha mengumpulkan nyali untuk membuka pengumuman yang kedua kalinya pada pukul 15.15 WIB, hasilnya, saya kembali mendapatkan kata-kata yang kali ini berisi ucapan "Selamat di terima di pilihan pertama sbmptn tahun 2022", alhamdulillah, saya sangat bahagia, senang, terharu, tidak menyangka, ternyata jerih payah selama ini membuahkan hasil.
Jadi, pada dasarnya kuliah bukan hanya bisa di akses oleh anak SMA dan MA saja, tetapi juga bisa di akses oleh anak SMK, semua tergantung pada kemauan hati, niat, ikhtiar, dan kegigihan untuk belajar dan haus akan ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H