Kiprah Uya Kuya di dunia pertelevisian memang tidak ada matinya. Sempat menggeluti dunia tarik suara bersama grupnya, Warna, kemudian beranjak ke dunia sulap. Tidak cukup sampai di situ, Uya Kuya juga mengajari putrinya, Cinta, untuk bermain sulap. Selanjutnya, Uya Kuya merambah dunia hipnotis, kemudian dalam sebuah stasiun televisi menggunakan keahlian hipnotis-nya untuk mewawancarai masyarakat umum untuk bisa mengutarakan masalah hidup yang sedang mereka hadapi. Dan sekarang yang terbaru, kini hadir program talkshow Rumah Uya yang berperan sebagai agen dan media penyelesaian masalah yang sedang melanda kliennya.
Program Rumah Uya ini juga menghadirkan seorang Ustadz atau Ustadzhah yang berperan sebagai penasihat dari segi syariat Islam. Jam tayang nya dimulai pukul 17.00-17.30 WIB. Kaum ibu-ibu adalah target pemirsa yang diincar program ini.
Program Rumah Uya ini, bagi penulis, cukup inovatif. Penulis memiliki beberapa alasan. Diantaranya, program ini membuka realita ditengah-tengah masyarakat, seperti kurang terbukanya antarsesama. Banyak yang tidak tahu kalo sebenarnya temannya karibnya menyukai pacarnya. Banyak juga orang tua yang tidak tahu apa yang dilakukan anaknya selama ini. Dan banyak juga yang sering bermain serong di luaran. Semuanya dibuka dengan gamblang di program ini. Penulis sangat takjub melihat bagaimana Tim Rumah Uya bisa memperkirakan jalan pikiran target terduga yang memiliki kemungkinan untuk mengelak dari pertanyaan yang nantinya akan diajukan kepadanya. Tim Rumah Uya dengan sukses mampu menghadirkan berbagai bukti yang menguatkan alasan untuk mencurigai sang target.
Upaya tim Rumah Uya tersebut juga tidak ada yang terlewat dengan percuma. Kenyataannya, banyak di antara target terduga yang dengan mudahnya mengaku dengan pengakuan palsu. Banyak dari target yang ketika di tanya apakah dia lajang, ternyata dia punya pacar. Banyak dari target yang mengaku kalau dia tidak mencintai orang lain selain pasangannya yang sah, ternyata di luaran dia punya selingkuhan. Setelah Tim Rumah Uya menghadirkan bukti kuat yang menyanggah pengakuan sang target, baik itu berupa foto, video, bahkan mampu menghadirkan saksi yang bersangkutan, dengan serta-merta sang target pun mati kutu dibuatnya. Sang target tak bisa berkata apa pun lagi, kecuali mengakui perbuatan yang dituduhkan kepadanya itu.
Di sini penulis ingin merefleksikannya Rumah Uya dalam kehidupan kita. Betapa banyak perbuatan kita yang menjerumuskan dalam kubangan fitnah ketika kita hendak dimintai pertanggunjawaban atas apa yang kita perbuat. Banyak dari kita yang menganggap sepele perbuatan kita berdua dengan lawan jenis yang bukan muhrim, bersentuhan dengannya, bahkan sampai mengutarakan pesan-pesan "gombalan". Maka benarlah apa yang disampaikan Beliau Rasulullah SAW dalam sabdanya :
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari: 5096 dan Muslim: 2740)
Sebelumnya pun, Allah Subhanahu Wa Ta'ala sudah menyampaikan bagaimana hukum kehidupan ini antara pria, wanita, dan segala hal yang ada di muka bumi ini. Allah berfirman :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآب
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali ‘Imran: 14)
Maka, coba kita membayangkan diri kita masing-masing jika tiba-tiba kita menjadi target terduga di Rumah Uya. Mampukah kita mempertanggungjawabkan perbuatan kita yang hanya Allah dan kita saja yang mengetahui? Mampukah kita menjawab setiap tuduhan yang diarahkan kepada kita nanti? Yuk, mari kita banyak-banyak beristighfar. Mengoreksi amalan diri masing-masing, sebelum tiba ajalnya, sebelum Hari Penghakiman yang sebenarnya.
Penulis bukan orang yang sok suci, penulis pun juga seorang pendosa. Karena, sebaik-baik pendosa adalah yang bersegera untuk bertaubat.
Semoga kita mampu menjaga diri dan keluarga kita dari fitnah dunia. Amiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H