Namun, sangat disayangkan setelah 7 tahun berdiri Poetri Mardika mengalami kendala finansial yang menyebabkan bubarnya organisasi ini. Akan tetapi, berakhirnya Poetri Mardika bukan berarti berakhirnya semangat perempuan pribumi untuk menyuarakan hak-hak perempuan. Semangat perempuan pribumi tak akan pernah padam meskipun mengalami berbagai kesulitan dalam bentuk apapun.Â
Eksistensi majalah Poetri Mardika menjadi pemantik bagi surat kabar lain untuk mengangkat isu yang berkaitan dengan kedudukan perempuan. Meskipun majalah Poetri Mardika telah mati, semangat perempuan pribumi yang dituliskan dalam majalah Poetri Mardika tak akan pernah mati dan terus diwariskan.
Artikel ini ditulis oleh: Rafi Ramzi dan M. Ammar Rabbaanii.
Referensi:Â
Darwin, M. (2004). Gerakan perempuan di Indonesia dari masa ke masa. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 7(3), 283-294.Â
Diniyanti, R. (2017). Gerakan emansipasi perempuan di awal abad ke-20: poetri mardika 1912-1919 (Bachelor's thesis).
Mahayana, M.S. (2003). Majalah Wanita Awal Abad Ke-20 Corong Ide Emansipasi. WACANA, 5(1), 63-64.
Sari, N. I., & Liana, C. O. R. R. Y. (2019). Peranan Poetri Mardika Dalam Mendukung Pendidikan Perempuan Pribumi Jawa 1912-1918. AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah, 7(1), 1-11.Â
Yanti, R. D. (2020). Potret gerakan perempuan pada abad ke 20 di batavia: poetri mardika 1912. Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 3(2), 138-142.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H