Mohon tunggu...
Muhammad Amar
Muhammad Amar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Aku mah masih pemula

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teladan Sang Generasi X

26 Oktober 2023   23:29 Diperbarui: 26 Oktober 2023   23:48 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebutlah ia seorang lelaki tua,  dengan keseharian mengabdikan dirinya kepada Tuhan yang maha Esa. Suatu Ketika ia menapakkan kakinya di sebuah masjid, kemudian ia berjalan menuju tempat bersuci, lalu ia mengambil air dan ia usapkan ke wajah yang mulai keriput, rambut yang telah memutih, kulit yang sudah mengendur. Dengan rendah hati ia mengadahkan pandangan menghadap langit, seketika tersenyum tipis melihat taqdir yang kelak akan ia dapatkan, memiliki banyak pertanyaan dalam benaknya tentang taqdir yang akan datang  dan bagaimana ia menghadapinya.

Sebut saja lelaki tua itu Bernama bachri, lelaki tua berusia sekitar 63 tahun. Kesehariannya adalah mengumandangkan adzan di sebuah masjid Bernama baiturrahim. Setiap sholat 5 waktu, ia selalu pergi ke masjid bahkan 15 menit sebelum jadwal adzan berbunyi. Masa-masa nya ia habiskan untuk menanam benih-benih pahala, dengan harapan apa yang ditanam kelak akan berbuah di akhirat. Bachri tidak pernah mengeluh walaupun dalam kondisi sakit, karena baginya sakit didunia fana ini tidak seberapa dibandingkan sakitnya siksa akhirat yang bersifat selamanya.

Kebanyakan orang menggangap bachri tidak waras, karena tingkahnya yang mengesampingkan urusan dunia, dan pasti banyak juga yang bertanya-tanya, bagaimana ia makan? Bagaimana ia membiayai hidupnya?. Akan tetapi semua itu bukanlah suatu permasalahan yang rumit bagi bachri, ia beranggapan bahwa semua yang ada di dalam bumi adalah ciptaan Tuhan yang maha Esa, justru Tuhan menciptakan manusia di bumi pertiwi ini adalah untuk mengabdikan diri kepada-Nya, maka serahkanlah segala urusan kepada-Nya, rezeki, makanan, listrik, dll, itu semua adalah milik Tuhan, apabila Tuhan berkehendak niscaya akan mendapatkannya.

Hari demi hari ia lalui penuh perasaan rendah diri mengabdi kepada Tuhan, dengan harapan perjuangannya di dunia akan terbalaskan kelak di akhirat, lebih tepatnya mendapatkan tempat yang sempurna yakni Jannatul Firdaus surga tingkat tertinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun