Mohon tunggu...
Muhammad ali Khidhir
Muhammad ali Khidhir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Artikel Memahami Logical Fallacy

5 Oktober 2024   06:00 Diperbarui: 5 Oktober 2024   06:01 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memahami Logical Fallacy

 Tugas mendasar logika sebagai salah satu disiplin ilmu utama filsafat adalah untuk menyelidiki metode dan aturan penalaran yang benar. Tepat bila dikatakan kalau logika merupakan ilmu penalaran yang valid. Meskipun, dalam sejarah lagika sendiri, beberapa ahli logika juga kerap kali berurusan dengan penalaran yang salah, yakni sesat dalam berlogika. Permasalahan ini sebetulnya sangatlah penting dikarenakan beberapa argumen yang secara formal dan tampak valid bisa jadi tidak valid ataukah hanya dalam hal isinya. (Gnl, 2016)

Kata logic (logis) merupakan tatanan cara berpikir dengan benar. Sementara logical fallacy atau kesesatan dalam berlogika merupakan suatu pernyataan yang tidak cocok dengan logika. Kata "fallacy" bersumber dari bahasa Latin fallacia, yang memiliki arti "penipuan", "penipuan", atau "trick". Beberapa kata tersebut menjelaskan fallacy secara cukup sesuai, beberapa kata tersebut sangatlah membujuk serta kerap kali dipakai demi menipu dan memperdaya orang lain. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara yang tidak sengaja sebab kurang memiliki pemahaman dan keteledoran mengenai logical fallacy, akan tetapi, kerap kali dilaksanakan secara sengaja dan sadar demi membujuk dan memeperdaya orang lain. (Rojadi Ridho & Nimasari, 2023)

Sesat dalam berlogika secara umum berarti penalaran yang salah. Aristoteles adalah orang pertama yang melakukan studi sistematis terkait masalah ini. Menurutnya, meskipun kesimpulan sebuah argumen tidak selalu keluar dari asumsi, jika terlihat keluar, maka terdapat sesat dalam berlogika (Aristotle, 1985). Sesat berlogika bisa dilaksanakan secara sadar demi meyakinkan audiens atau bisa dilakukan dengan tanpa disadari karena kurangnya perhatian ataupun ketidaktahuan. (Gnl, 2016)

Meskipun kesalahan berlogika pada umumnya ditemukan ada didalam agumen, kesalahan berlogika bisa diamati dalam wacana atau yang tidak memiliki argumen. Misalnya, "aksen", "abiguitas", dan berbagai pertanyaan kompleks yang seperti itu. Akan tetapi tiap argumen yang mengndung kesalahan berlogika bukannya tidak valid, meski valid, terdapat beberapa pernyataan yang di dalamnya terkandung kesalahan logika. Contohnya, "memohon pertanyaan." (Petitio principii) merupakan bentuk penalaran yang valid. (Gnl, 2016)

Pada logika klasik, kesesatan berlogika dibagi menjadi dua: yang pertama adalah kesesatan bahasa dan yang kedua adalah kesesatan berpikir. Kesesatan bahasa dikarenakan oleh penggunaan bahasa yang tidak tepat atau teledor. Kesesatan berpikir adalah kesalahan logika yang tidak disebabkan oleh bahasa. Kesalahan ini dapat ditemukan dalam dua bentuk: kesalahan formal dan kesalahan materi. Apabila terdapat kesalahan formal dalam pikiran, kita menyebutnya kesalahan formal, tetapi jika ada kesalahan dalam isi pikiran, kita menyebutnya kesalahan materi. (Gnl, 2016)

Menghindari kesesatan dalam berlogika adalah tahapan penting untuk melakukan pengembangan pikiran kritis dan penalaran yang hebat. Dengan memiliki pemahaman tentang jenis kesesatan berlogika dan berlatih demi mengidentifikasinya, kita bisa berubah jadi pendengar dan pembicara yang lebih cakap serta dapat terlibat pada diskusi yang produktif serta membuat pernyataan yang seuai akal dengan berdasar pada asumsi yang kuat dan tepat. (Mesah et al., 2024)

Gnl, I. (2016). Precarious Work: Proletarianization or Precarization. In H. R. E. Z.-. A. YALDIR (Ed.), Current Topics in Social Sciences. ST. KLIMENT OHRIDSKI UNIVERSITY PRESS.

Mesah, W., Darma, F. E., & Lawalata, M. (2024). Memahami Logika Berpikir Sebagai Landasan Membangun Argumentasi Yang Kuat. Jurnal Teologi Injili Dan Pendidikan Agama, 2(3), 173--185.

Rojadi Ridho, A., & Nimasari, E. P. (2023). Filsafat Keseharian 2 (Suprapto (ed.); 1st ed., Issue April). Giri Prapanca Loka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun