Dalam beberapa dekade terakhir, perubahan iklim telah menjadi ancaman yang kian nyata bagi kehidupan di Bumi. Krisis iklim memaksa dunia untuk mencari solusi berkelanjutan yang dapat melindungi lingkungan tanpa mengorbankan pembangunan ekonomi.Â
Salah satu pendekatan utama yang kian diadopsi adalah konsep ekonomi hijau, yaitu sistem ekonomi yang berfokus pada keberlanjutan lingkungan dengan meminimalisir dampak negatif terhadap planet ini. Transisi menuju ekonomi hijau tidak hanya menghadirkan harapan untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru, khususnya melalui energi terbarukan.
Potensi Ekonomi Hijau dalam Penciptaan Lapangan Kerja
Peralihan ke ekonomi hijau telah membuka peluang besar bagi penciptaan lapangan kerja. Banyak sektor yang berkembang pesat dalam transisi ini, seperti energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan teknologi efisiensi energi.Â
Menurut data dari Badan Energi Internasional (IEA), sektor energi terbarukan mempekerjakan lebih dari 11 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2020, dan angka ini diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya investasi dan inovasi dalam bidang tersebut. Pekerjaan-pekerjaan ini hadir dalam berbagai tingkatan, mulai dari pengembangan teknologi hingga pekerjaan teknis di lapangan seperti pemasangan panel surya dan turbin angin.
Indonesia sendiri memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor energi hijau, terutama karena letaknya yang kaya akan sumber daya energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, air, dan panas bumi. Dengan investasi yang tepat, sektor ini dapat menjadi solusi pengentasan pengangguran, terutama di daerah-daerah pedesaan yang potensial menjadi pusat pengembangan energi hijau.
Mengurangi Emisi Karbon dengan Energi Terbarukan
Energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, berperan penting dalam mengurangi emisi karbon. Berbeda dengan bahan bakar fosil yang menghasilkan polusi dan mempercepat pemanasan global, energi terbarukan tidak menghasilkan emisi karbon langsung dalam proses produksinya. Selain itu, energi terbarukan dapat diakses secara lokal, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar fosil dan menurunkan jejak karbon yang dihasilkan dari rantai pasokan energi.
Indonesia, sebagai salah satu negara penghasil emisi karbon terbesar, menghadapi tantangan besar untuk menekan angka emisi yang tinggi. Pemerintah telah menetapkan target untuk mencapai net zero emission pada 2060, dan langkah tersebut akan semakin memungkinkan dengan mempercepat adopsi energi terbarukan. Selain membantu mengurangi emisi karbon, energi terbarukan juga mengurangi risiko kesehatan yang timbul akibat polusi udara yang dihasilkan oleh pembangkit listrik berbasis batu bara.
Keuntungan Ekonomi Jangka Panjang dari Investasi Energi Terbarukan
Investasi dalam energi terbarukan tidak hanya menguntungkan secara lingkungan tetapi juga memberikan manfaat ekonomi jangka panjang. Meskipun pada awalnya memerlukan biaya yang cukup besar, teknologi energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, cenderung memiliki biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan pembangkit listrik konvensional.
 Setelah infrastruktur terbangun, biaya pemeliharaan dan operasional menjadi minimal, sehingga biaya per unit energi yang dihasilkan menjadi jauh lebih murah dalam jangka panjang.
Investasi ini juga memberikan stabilitas ekonomi karena energi terbarukan memiliki ketergantungan yang lebih rendah terhadap fluktuasi harga bahan bakar internasional. Dengan semakin berkembangnya teknologi dan peningkatan skala produksi, harga energi terbarukan kini telah menurun signifikan, menjadikannya pilihan yang lebih ekonomis dan kompetitif dibandingkan bahan bakar fosil.
Di tingkat global, transisi ke ekonomi hijau didukung oleh berbagai kebijakan dan insentif, termasuk skema pembiayaan hijau, pajak karbon, dan subsidi untuk energi terbarukan. Negara-negara yang berinvestasi dalam ekonomi hijau dan energi terbarukan tidak hanya akan menjadi pemimpin dalam mitigasi perubahan iklim, tetapi juga akan meraih keuntungan finansial jangka panjang dari industri yang ramah lingkungan.
Tantangan dan Langkah ke Depan
Meskipun ekonomi hijau menjanjikan manfaat besar, peralihan ini juga dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti kebutuhan akan pembiayaan besar, infrastruktur yang memadai, serta kesiapan tenaga kerja dan masyarakat untuk mengadopsi teknologi baru. Kebijakan dan regulasi yang mendukung transisi ini menjadi kunci keberhasilan.
Bagi Indonesia, dukungan pemerintah, keterlibatan sektor swasta, dan partisipasi masyarakat sangat penting untuk mempercepat transisi ke ekonomi hijau. Penerapan kebijakan yang mendukung energi terbarukan, seperti insentif untuk teknologi hijau dan regulasi ketat terhadap emisi, akan mempercepat pencapaian target emisi dan memastikan masa depan yang lebih berkelanjutan.
Kesimpulan
Krisis iklim menuntut perubahan sistemik dalam berbagai aspek, termasuk ekonomi dan energi. Ekonomi hijau dan energi terbarukan menawarkan jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan, tidak hanya dengan mengurangi emisi karbon tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan stabilitas ekonomi jangka panjang. Dengan komitmen bersama dan langkah-langkah strategis, ekonomi hijau dapat menjadi solusi yang bukan hanya ramah lingkungan tetapi juga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat luas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI