Board Flux dan Dampaknya Terhadap Kinerja Perusahaan: Temuan dari Industri Teknologi
Tata kelola perusahaan (corporate governance) telah menjadi topik yang semakin relevan di dunia bisnis modern, terutama di industri teknologi informasi yang dinamis. Menurut penelitian terbaru oleh Dissanayake, Jeyaraj, dan Nerur (2021) dalam artikel mereka "The Impact of Structure and Flux of Corporate Boards on Organizational Performance: A Perspective from the Information Technology Industry", struktur dewan perusahaan memainkan peran penting dalam menentukan keberhasilan perusahaan di sektor teknologi. Mereka menemukan bahwa faktor-faktor seperti ukuran dewan, keragaman gender, dan usia anggota dewan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja organisasi, di mana ukuran dewan dan keragaman gender menunjukkan efek kurvilinear pada Return on Assets (ROA). Dalam industri dengan karakteristik unik seperti siklus hidup produk yang cepat dan persaingan yang ketat, tantangan tata kelola menjadi lebih besar dan memerlukan pendekatan yang lebih strategis.
Penelitian ini juga memperkenalkan konsep “board flux,” yaitu perubahan komposisi dewan akibat pergantian anggota. Dissanayake et al. (2021) menemukan bahwa perubahan komposisi ini umumnya memiliki dampak negatif terhadap kinerja jangka pendek perusahaan. Misalnya, dalam sampel 270 perusahaan teknologi, ditemukan bahwa perubahan anggota dewan mengurangi ROA secara signifikan dalam dua tahun pertama setelah perubahan tersebut terjadi. Namun, mereka juga mencatat bahwa dampak negatif ini dapat diminimalkan jika dewan tersebut memiliki proporsi anggota independen yang lebih tinggi. Dengan demikian, artikel ini membuka diskusi yang lebih luas mengenai bagaimana perusahaan teknologi dapat mengelola tata kelola mereka secara lebih efektif di tengah tekanan perubahan pasar yang terus-menerus.
Dalam konteks industri teknologi informasi, tata kelola perusahaan menghadapi tantangan yang jauh lebih kompleks dibandingkan sektor lain. Industri ini ditandai oleh perubahan teknologi yang cepat, persaingan global, dan siklus produk yang sangat pendek. Penelitian Dissanayake, Jeyaraj, dan Nerur (2021) menunjukkan bahwa struktur dan dinamika dewan perusahaan memainkan peran kunci dalam bagaimana perusahaan-perusahaan teknologi merespons tantangan ini. Salah satu temuan penting dalam studi mereka adalah bahwa ukuran dewan dan keragaman gender menunjukkan hubungan kurvilinear terhadap kinerja organisasi, diukur melalui ROA. Dewan dengan ukuran terlalu kecil atau terlalu besar cenderung kurang efektif, dengan hasil optimal tercapai ketika dewan memiliki keseimbangan jumlah anggota yang tepat. Berdasarkan data, ditemukan bahwa dewan berukuran sedang dengan komposisi gender yang seimbang meningkatkan ROA hingga 10% lebih tinggi dibandingkan dewan yang didominasi oleh satu gender.
Keragaman gender di dewan perusahaan juga menjadi faktor penting. Studi ini mendapati bahwa dewan dengan keragaman gender moderat mencapai kinerja lebih baik dibandingkan dewan yang homogen secara gender. Dewan yang memiliki 20% hingga 40% anggota perempuan menunjukkan peningkatan kinerja finansial perusahaan, yang menunjukkan bahwa keragaman perspektif membawa manfaat nyata dalam hal pengambilan keputusan dan inovasi. Ini sejalan dengan tren global di mana perusahaan dengan dewan yang lebih inklusif dianggap lebih responsif terhadap tantangan pasar yang terus berubah.
Selain itu, konsep “board flux” yang diperkenalkan dalam penelitian ini memberikan wawasan baru tentang dampak negatif dari perubahan mendadak dalam komposisi dewan. Berdasarkan data mereka, perusahaan yang mengalami perubahan anggota dewan dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan ROA sebesar 5-7%. Dampak negatif ini terlihat lebih besar pada perusahaan yang dewan direksinya tidak memiliki cukup anggota independen, yang menekankan pentingnya keseimbangan antara kontinuitas dan pembaruan. Menariknya, jika lebih dari 30% dewan terdiri dari anggota independen, dampak negatif dari perubahan ini dapat diminimalkan, menunjukkan bahwa anggota independen mampu menjaga stabilitas di tengah perubahan.
Studi ini juga menemukan bahwa dewan yang memiliki anggota dengan pengalaman di industri teknologi lebih siap menghadapi perubahan pasar. Misalnya, perusahaan dengan anggota dewan yang memiliki pengalaman teknologi mencatatkan peningkatan ROA sebesar 12% dalam tiga tahun. Hal ini membuktikan bahwa pengalaman dan keahlian spesifik dalam teknologi memberikan keuntungan kompetitif yang signifikan bagi perusahaan di sektor ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Dissanayake, Jeyaraj, dan Nerur (2021) menegaskan pentingnya struktur dan dinamika dewan perusahaan dalam memengaruhi kinerja perusahaan, khususnya di industri teknologi informasi. Ukuran dewan yang seimbang, keragaman gender, dan kehadiran anggota independen memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas dan mendorong inovasi. Selain itu, perubahan anggota dewan, atau board flux, yang tidak terkendali dapat merusak kinerja organisasi, terutama jika dewan tersebut tidak memiliki anggota independen yang cukup.
Implikasi dari temuan ini sangat relevan bagi perusahaan teknologi yang terus beroperasi di lingkungan yang dinamis. Tata kelola yang baik bukan hanya soal pemenuhan syarat administratif, tetapi juga strategi yang perlu diatur dengan cermat agar perusahaan dapat beradaptasi dengan cepat tanpa mengorbankan kinerja jangka pendek. Perusahaan yang ingin meningkatkan daya saingnya di pasar global harus memperhatikan komposisi dan stabilitas dewan direksi mereka, sembari memastikan bahwa dewan tersebut memiliki keahlian yang sesuai dengan tantangan di sektor teknologi.
Studi ini memberikan bukti kuat bahwa tata kelola yang adaptif dan terukur dapat menjadi kunci bagi perusahaan untuk bertahan dan tumbuh di era digital.
Referensi
Dissanayake, I., Jeyaraj, A., & Nerur, S. P. (2021). The impact of structure and flux of corporate boards on organizational performance: A perspective from the information technology industry. Journal of Strategic Information Systems, 30, 101667. https://doi.org/10.1016/j.jsis.2021.101667